Sabtu, 04 September 2010

Jejoongwon (Episode 36-Tamat)

Mendadak pintu diketuk dengan kasar. Mong Chong membukakan pintu, mempersilahkan orang tersebut masuk. Do Yang masuk terburu-buru.

"Kuharap aku tidak terlalu terlambat!" kata Do Yang, terengah-engah.

Allen melanjutkan pidatonya.

Nyonya Yoo menangis terharu (dan marah karena tahu kalau Hwang Jung menggantikan suaminya sebagai pemimpin pasukan pejuang). Allen memintanya tersenyum.

"Iya, aku akan tersenyum." kata Nyonya Yoo.

Allen menceritakan perjalanan Hwang Jung dan Seok Ran sejak pertama mereka bertemu sampai kini mereka menikah. Mengharukan banget!

"Aku, Hwang Jung, akan menerima Yoo Seon Ran sebagai istriku. Aku akan melaksanakan tugasku sebagai suaminya. Aku akan mencintai dan membantunya. Aku akan menghargai dan melindunginya. Ia akan menjadi istriku satu-satunya. Aku akan setia dan mencintainya selamanya."

Setelah Seok Ran menyatakan janjinya dan Hwang Jung memakaikan cincin pernikahan di jari Seok Ran, Allen mensahkan mereka sebagai suami istri.

"Sekarang, pengantin pria boleh mencium pengantin wanita." kata Allen.

Seok Ran dan Hwang Jung terkejut.

"Tapi ada ibuku disini..." tolak Seok Ran.

"Aku tidak tahu!" seru Nyonya Yoo seraya menutup matanya. "Aku tidak lihat!"

Karena Hwang Jung dan Seok Ran menggunakan pernikahan barat, maka mereka harus mengakhiri prosesi dengan ciuman.

Hwang Jung mencium Seok Ran.

Nyonya Yoo mengintip.

"Terima kasih, Dr. Baek." kata Hwang Jung ketika mereka hendak pergi berbulan madu. "Aku sangat berterima kasih dan meminta maaf padamu."

"Lebih baik kalian cepat pergi." kata Do Yang.

Hwang Jung tersenyum. "Aku... Kurasa aku tidak bisa kembali lagi ke Jejoongwon." katanya. "Tolong jaga Jejoongwon, Dr. Baek."

Do Yang kelihatan sangat terkejut dan matanya berkaca-kaca.

Hwang Jung membungkuk untuk memberi hormat, kemudian menjabat tangan Do Yang.

Do Yang kembali ke Jejoongwon. Mereka sangat sedih karena pernikahan Hwang Jung dan Seok Ran harus dilakukan dengan rahasia.

"Sejak kecil, Dr. Hwang selalu menjadi pemimpin, dan sekarang ia harus jadi pemimpin pasukan pejuang juga." kata Gwak sedih. "Kuharap ia makan dengan baik."

"Yang mencemaskan itu seharusnya Dr. Yoo." kata Miryung. "Kadang-kadang aku merasa kau jatuh cinta pada Dr. Hwang."

"Itu karena kami teman sejak kecil." kata Gwak.

Hwang Jung dan Seok Ran pergi ke makam Ma Dang Gae dan istrinya. Hwang Jung memamerkan Seok Ran pada kedua orang tuanya. Dalam perjalanan pulang, Hwang Jung menggendong Seok Ran di punggungnya.

Chung Hwan sedang berada di markas pasukan pejuang. Mong Chong melapor padanya bahwa ia sudah mengantarkan Hwang Jung dengan selamat ke makam orang tuanya.

"Kapan ia akan datang kemari?" tanya Chung Hwan.

"Beberapa hari lagi." jawab Mong Chong.

"Sayang sekali masa bulan madunya hanya sebentar." kata Chung Hwan sedih. "Kau yakin ia aman?"

"Ia aman." kata Mong Chong menenangkan.

Do Yang datang ke restoran. Ia berjalan ke arah piano dan memainkannya ringan. Kelihatan sekali kalau Do Yang merasa kesepian dan menahan tangisnya. (Tenang aja, kan masih ada Han Ga In yang selalu setia. Hehee...)

Hwang Jung dan Seok Ran berencana menghabiskan masa bulan madu mereka di desa tukang jagal. Mereka menginap di salah satu rumah warga.

Setelah mandi, Hwang Jung masuk ke kamar. Ia duduk di lantai, sementara Seok Ran sudah duduk di atas kasur.

"Selimut ini pasti baru." kata Seok Ran. "Sangat halus."

Hwang Jung memegang-megang selimut itu. "Ya, sangat halus." katanya setuju.

"Kenapa kau duduk disitu?" tanya Seok Ran malu-malu.

"Karena kakiku masih basah." jawab Hwang Jung gugup seraya mengeringkan kakinya dengan handuk. "Jika tidak dikeringkan, kau akan terkena jamur." Aih, capek deh nih dokter...

Seok Ran tertawa.

"Sudah selesai." kata Hwang Jung. "Sekarang kita bisa tidur. Kau tahu, seharusnya mereka memberi kita satu selimut lagi."

"Dr. Hwang. Karena kita sudah menikah, kita bisa berbagi selimut." kata Seok Ran.

"Ah, benar juga! Aku lupa!"

Keesokkan harinya di Jejoongwon, Dr. Avison mengatakan pada semua staf bahwa Hwang Jung mengundurkan diri sebagai Kepala Staf. Hwang Jung mencalonkan Do Yang sebagai penggantinya. Semua orang setuju.

Do Yang mengajari murid-murid kedokteran Jejoongwon.

"Siapa yang bisa mengatakan padaku gejala-gejala malaria?" tanya Do Yang pada para murid, pertanyaan yang sama yang pernah diajukan Dr. Allen pada angkatannya.

Salah seorang murid menjawab, dan murid yang lain melengkapi.

Do Yang tertawa, teringat masa lalunya dengan Hwang Jung.

"Mereka seperti Dr. Baek dan Dr. Hwang." kata Miryung. "Mereka bersaing memperoleh posisi pertama."

"Begitukah?" tanya Do Yang. "Kalau begitu, aku ingin menanyakan satu hal. Apa yang lebih penting dibandingkan dengan persaingan dalam kedokteran?"

Tidak seorangpun dari keduanya bisa menjawab.

"Jawabannya adalah keinginan untuk belajar." jawab Do Yang. "Keinginan itu bisa lebih mengembangkan kemampuan kalian dibandingkan dengan persaingan."

Pengangkatan Do Yang sebagai Kepala Staf membuat Watanabe kebakaran jenggot. Ditambah lagi hampir selesainya Rumah Sakit Severance Jejoongwon. Hansung tidak akan bisa lagi menggembar-gemborkan mengenai fasilitas modern yang mereka miliki.

"Satu-satunya hal yang mengibur adalah bahwa Hwang Jung tidak akan bergabung dengan Baek Do Yang di rumah sakit yang baru." kata Watanabe.

"Maksudmu, dari segi kedokteran, kau senang Hwang Jung bergabung dengan pasukan pejuang?" tanya Kim Don.

Watanabe mendengus.

Hwang Jung memulai tugasnya sebagai pemimpin pasukan pejuang. Begitu mengetahui bahwa Hwang Jung memimpin pasukan, makin banyak warga yang ikut serta bergabung bersama mereka.

Target penyerangan meraka adalah Kedutaan Jepang. Setelah pasukan pejuang lain bergabung, mereka akan langsung menyerang.

Di rumah, Seok Ran menjahitkan sebuah baju hangat untuk Hwang Jung. Ia menuliskan inisial HJ pada baju itu.

Hwang Jung pulang. Ia melihat makanan yang sudah disiapkan Seok Ran. "Nasinya gosong." komentarnya.

"Maaf." kata Seok Ran sedih. "Sebelum aku pergi, aku tidak bisa membuatkanmu nasi yang baik."

"Karena bulan madu sudah selesai, kau harus segera kembali." kata Hwang Jung. "Aku juga harus pergi ke gunung."

Seok Ran berjanji pada Hwang Jung akan belajar memasak agar bisa membuatkan makanan yang enak untuk Hwang Jung.

Hwang Jung mengantar Seok Ran pulang ke rumah. Seok Ran menangis.

"Ingat janji kita tadi malam?" tanya Hwang Jung.

"Kita akan mengucapkan selamat tinggal seperti akan bertemu lagi besok." kata Seok Ran.

Hwang Jung mengangguk.

Beberapa hari kemudian, setelah menjenguk Seung Yeon yang sedang sakit, Seok Ran berjalan pulang bersama Chilbok. Ada dua orang pengintai yang mengikuti mereka.

Seok Ran melihat seorang peramal. Ia meminta Chilbok mengawasi pengintai, kemudian pergi mendekati si tukang ramal.

"Tolong ramal aku." kata Seok Ran.

"Beritahukan tanggal lahirmu." kata peramal itu dengan suara aneh.

"Kau tahu tangal lahirku." kata Seok Ran, tersenyum.

Peramal itu mengangkat wajahnya. Ia adalah Hwang Jung yang menyamar.

"Aku datang karena merindukanmu." ujar Hwang Jung. "Dan ada alasan lain. Tanggal penyerangan sudah ditetapkan."

Wajah Seok Ran berubah murung.

"Karena itulah aku datang untuk menemuimu." tambah Hwang Jung.

Seok Ran mencoba menguatkan diri dan menahan air matanya. "Semuanya akan baik-baik saja."

Hwang Jung tertawa. "Tentu saja." katanya. "Aku hanya ingin melihat istriku dan menggenggam tangannya."

"Tolong baca garis tanganku."

Kabar mengejutkan muncul di surat kabar. Pasukan Jepang melakukan serangan mendadak di markas pasukan pejuang dan membunuh banyak diantara mereka.

Seok Ran ketakutan. "Ia akan baik-baik saja, bukan?"

"Kita hanya bis aberharap." kata Do Yang, panik. "Seok Ran, apa kau tahu cara menghubungi Dr. Hwang?"

"Aku tahu, tapi..."

Seok Ran berlari ke tempat Hwang Jung menyamar menjadi peramal. Tapi Hwang Jung tidak ada disana. Ia menunggu, tapi Hwang Jung tidak juga muncul.

Malam itu, Seok Ran kembali ke Jejoongwon. Mong Chong sudah ada di sana dan mengabarkan bahwa Hwang Jung baik-baik saja. "Ia akan datang di pembukaan Rumah Sakit Jejoongwon Severance." kata Mong Chong.

Seok Ran sangat lega mendengarnya.

Hari pembukaan Rumah Sakit Jejoongwon Severance.

Pihak Jejoongwon lama mengucapkan selamat tinggal pada rumah sakit Jejoongwon.

Watanabe dan Duta Jepang datang ke acara pembukaan tersebut.

Ketika Seok Ran sedang berdiri seorang diri, Hwang Jung mendekatinya.

"Pasukan kami tidak lagi bisa berperang disini." katanya. "Kami menerima pesan bahwa Jenderal Hong Beumdo di Manchuria membutuhkan dokter. Mendengar itu, pikiranku menjadi jernih. Walaupun aku tidak bisa berperang menggunakan senjata, tapi aku bisa berjuang demi negaraku dengan mengobati prajurit yang terluka di medan perang. Aku kewalahan dengan posisiku sebagai pemimpin dan tidak memenuhi potensiku sebagai dokter. Sekarang, aku bisa berjuang dengan cara menyelamatkan nyawa."

"Kau akan pergi ke Manchuria?" tanya Seok Ran. "Aku akan ikut denganmu."

Hwang Jung menolak, tapi Seok Ran bersikeras. "Kita akan pergi bersama." katanya.

Sebelum pergi, Seok Ran pamit pada Seung Yeon. Keadaan Seung Yeon sekarat. Karena bersikeras menyembuhkan pasien, Seung Yeon terkena TBC. Sebelum meninggal, Seung Yeon menitipkan pasien Bogu pada Seok Ran.

Seok Ran datang terlambat ke stasiun kereta.

"Aku... aku tidak bisa pergi ke Manchuria denganmu." kata Seok Ran pada Hwang Jung. "Maafkan aku. Aku lupa bahwa aku seorang dokter. Kau pergi karena pasien membutuhkanmu disana. Aku harus tinggal karena pasien membutuhkan aku disini."

"Aku akan mengurus segalanya disini." kata Do Yang.

Hwang Jung tersenyum. "Ya, lakukan itu." katanya. "Sebelum menjadi istriku, Dr. Yoo adalah seorang dokter. Aku ingin menghormati keinginannya. Aku akan pergi sekarang."

Seok Ran menangis. Hwang Jung memeluknya.

Hwang Jung naik ke kereta. Ia mengulurkan tangannya pada Seon Ran.

Seok Ran menggenggam tangan Hwang Jung sampai laju kereta semakin kencang dan genggaman mereka terlepas.

5 tahun kemudian.

Meja kerja Baek Do Yang terpasang beberapa pigura foto. Pigura berisi foto Naoko, foto Hwang Jung bersama para pejuang dan foto Seok Ran bersama Hwang Jung.

Di puncak sebuah bukit, seorang pria berjalan pelan.

"Dr. Hwang!" panggil Seok Ran.

Hwang Jung menggandeng tangan Seok Ran. "Aku ingin membangun rumah sakit kita disini." katanya.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar