Sabtu, 04 September 2010

Jejoongwon (Episode 31)

Keesokkan harinya, hari saat Do Yang akan melakukan operasi pada Menteri Perang, Hwang Jung berjalan menuju ke Rumah Sakit Hansung. Ia berganti seragam dokter dan masuk ke ruang operasi. Do Yang terkejut dan bingung melihat Hwang Jung.

"Ini adalah perintah khusus dari Direktur Avison." kata Hwang Jung pada Watanabe. "Jejoongwon tidak pernah melakukan operasi paru-paru sebelumnya, jadi kami ingin berpartisipasi. Tolong izinkan kami."

Watanabe menerima surat permohonan dari Direktur Avison dan membacanya.

Hwang Jung menoleh tajam pada Menteri Perang, yang saat itu sudah dalam pengaruh obat bius. Hwang Jung kemudian melihat pisau bedah yang terletak tidak jauh dari kepala Menteri Perang.

Watanabe menerima permohonan Hwang Jung untuk ikut dalam operasi.

"Direktur, akulah yang akan melakukan operasi ini!" kata Do Yang.

"Dan aku adalah Direktur rumah sakit ini." kata Watanabe. Ia berpaling dan tersenyum pada Hwang Jung. "Silahkan bergabung."

"Mohon bantuannya." ujar Hwang Jung pada Do Yang.

"Dr. Hwang!" ujar Do Yang tajam. "Aku mengerti bahwa mungkin ini adalah pelajaran yang sangat menarik untukmu. Tapi kau memiliki hubungan emosional dengan pasien. Kau bahkan seharusnya tidak berada dalam ruang operasi ini. Tolong kendalikan dirimu."

"Aku mengerti maksudmu." kata Hwang Jung. "Aku tidak akan ikut campur. Tolong izinkan aku melihat."

"Aku akan mengeluarkan seluruh paru-parunya..."

"Dr. Baek!" potong Watanabe. "Biar aku simpulkan hasil perdebatan ini. Dr. Hwang adalah teman dekatmu. Ditambah lagi, pemerintah Jepang ingin agar Hansung menyebarkan pengetahuan kedokteran di Korea. Kita harus memegang prinsip kita."

Do Yang menyerah. "Kau hanya akan melihat. Tidak lebih." katanya.

Do Yang memulai operasi.

Dr. Avison bercerita pada Seok Ran dan Jang Geun bahwa secara mendadak Hwang Jung memintanya memberi surat permohonan berpartisipasi dalam operasi di Rumah Sakit Hansung.

"Temanku mengatakan bahwa Menteri Perang akan operasi paru-paru." kata Jang Geun. "Ia pasti ikut berpartisipasi dalam operasi itu."

Seok Ran terkejut dan cemas.

Do Yang mengajari prinsip-prinsip operasi paru-paru pada Hwang Jung.

"Apakah ada tindakan pencegahan khusus yang dibutuhkan?" tanya Hwang Jung.

"Kita harus berhati-hati dengan arteri paru." jawab Do Yang. "Jika arteri paru pecah, maka pasien akan meninggal seketika."

"Aku pernah melihat sebelumnya." ujar Watanabe. "Darah mengalir seperti air ketika pintu darah terbuka."

Do Yang meminta Naoko membantunya, tapi sepertinya Naoko sngat gugup dan ketakutan. Hwang Jung dan Do Yang menyadari itu ketika secara tidak sengaja Naoko menyentuh sedikit arteri paru.

"Nona Naoko, kenapa kau tidak beristirahat?" ujar Hwang Jung menawarkan. "Aku akan menggantikanmu."

Walau mulanya terlihat ragu, Do Yang mengizinkan Hwang Jung membantunya sedikit dengan arteri paru.

Jang Geun dan Seok Ran sangat khawatir kalau Hwang Jung memiliki motif tersembunyi. Seok Ran bergegas pergi ke Hansung.

"Sisi sebelah sini sudah selesai." ujar Do Yang. "Sekarang giliran sisi yang lain."

"Dr. Baek." Hwang Jung berkata. "Bagaimana jika aku membantu di sisi ini? Mungkin aku bisa menjadi asisten operasimu."

"Lihatlah saja." kata Do Yang, melarang.

Watanabe membujuk Do Yang agar mengizinkan Hwang Jung membantu. "Dr. Hwang benar. Seorang dokter bedah membutuhkan asisten." katanya. Do Yang hendak menolak, tapi Watanabe bersikeras. "Waktu kita sempit. Cepatlah."

Do Yang akhirnya mengizinkan Hwang Jung melakukan operasi. Hwang Jung melakukan operasi cukup lama. Do Yang menarik napas.

"Jika Do Yang-sama yang melakukannnya, operasi pasti sudah selesai." kata Naoko.

"Dia mungkin lebih lambat dibanding Dr. Baek, tapi ia melakukannya dengan sangat halus dan teliti." bela Watanabe.

Akhirnya Hwang Jung selesai melakukan operasi dengan benar. Watanabe berjalan keluar.

"Agar lebih aman, aku akan mengikat arteri dua kali." kata Do Yang. "Terima kasih karena membantuku ketika arteri paru dalam bahaya."

Hwang Jung memandang Menteri Perang dan menggenggam gunting operasi dengan erat.

Seok Ran datang ke Hansung dengan cemas dan panik. Ia mencari Watanabe untuk menanyakan jalannya operasi.

Langkah terakhir adalah memotong arteri yang menuju ke paru-paru.

"Tolong izinkan aku memotongnya." kata Hwang Jung.

Kilatan-kilatan percakapannya bersama Menteri Perang hari sebelumnya terlintas dan pikirannya. Kata-kata kasar dan tanpa penyesalan yang dilontarkan Menteri Perang terngiang di telinganya. Hwang Jung berniat membunuh Menteri Perang dengan memotong arteri paru.

"Dr. Hwang!" seru Do Yang, menghalangi Hwang Jung dengan memegang tangannya.

"Tolong, lepaskan tanganku." kata Hwang Jung tanpa memandang Do Yang.

"Apa kau ingin menghancurkan karirmu selamanya?" tanya Do Yang.

"Aku tidak bisa memaafkannya." kata Hwang Jung, mendongak menatap Do Yang dengan tajam. "Kedokteran tidak boleh dipergunakan untuk menyelamatkan orang seperti dia!"

"Dokter adalah orang yang menyelamatkan nyawa orang lain!" seru Do Yang.

"Saat ini, aku menyesal karena telah menjadi dokter!" kata Hwang Jung.

"Dr. Hwang, orang ini adalah pasienku."

"Maafkan aku, tapi orang ini... adalah musuh yang telah membunuh ayahku."

"Apakah hanya ada balas dendam di dalam pikiranmu?!" tanya Do Yang, berusaha membujuk Hwang Jung. "Seok Ran... Pikirkan Seok Ran!"

Tiba-tiba Seok Ran datang. "Dr. Hwang, jangan lakukan ini." katanya cemas.

"Dr. Hwang, tunjukkan pada kami bahwa kau adalah seorang dokter." kata Do Yang. Ia melepas tangan Hwang Jung, meminta Hwang Jung membuat keputusannya sendiri.

Hwang Jung menatap Seok Ran. Seok Ran menggeleng, melarangnya.

Pikiran Hwang Jung bertarung. Hwang Jung menangis, kemudian memotong arteri yang menuju ke paru-paru. Hwang Jung tidak membunuh Menteri Perang.

"Bagus." kata Do Yang.

Hwang Jung menangis.

"Aku tahu bahwa kau tidak akan pernah melukai orang lain." ujar Seok Ran ketika berjalan pulang bersama Hwang Jung.

"Tidak. Aku berniat membunuh Menteri Perang." kata Hwang Jung. "Ini pertama kalinya aku ingin membunuh seseorang dan aku hampir saja melakukannya."

"Tapi kau berhenti." ujar Seok Ran. "Kau membuat keputusan itu sendiri."

"Tuan Baek memberiku kesempatan untuk memilih." kata Hwang Jung datar. "Dr. Yoo, terima kasih karena sudah datang. Jika tidak ada kalian berdua, mungkin saat ini aku sudah menjadi seorang pembunuh. Terima kasih."

"Aku ingin meminta sesuatu padamu." ujar Seok Ran.

Jang Geun, Gwak, Nang Rang dan Miryung menunggu Hwang Jung dan Seok Ran dengan cemas.

"Aku tahu kau tidak akan melakukannya!" seru Nang Rang lega ketika ia melihat Hwang Jung dan Seok Ran tiba.

Menteri Perang tersadar.

"Ada yang ingin kukatakan padamu." kata Do Yang padanya. "Selama operasi, Dr. Hwang Jung datang ke ruang operasi."

"Apa?" tanya Menteri, terkejut. "Untuk membunuhku? Lalu apa yang terjadi? Kau pasti menghentikannya."

"Tidak." bantah Do Yang. "Dr. Hwang Jung membantuku selama operasi.

"Apa?! Kapan aku memintanya melakukan itu?!" tanya Menteri emosi. Perutnya terasa sakit. "Itu sangat memalukan!"

"Jika aku menjadi kau, aku akan sangat berterima kasih dan menyesal." kata Do Yang.

"Aku tidak punya alasan untuk berterima kasih pada orang yang menyebabkan kematian putriku!" seru Menteri.

Pasti heran kan, kenapa Watanabe bersikeras membujuk agar Do Yang mengizinkan Hwang Jung membantu pada proses operasi Menteri Perang?

Watanabe bertemu dengan Kim Don di restoran.

"Hasegawa." ujar Watanabe. Hasegawa adalah nama Jepang Kim Don. "Bayangkan jika kau berada di meja operasi. Di kedua sisimu, Tuhan dan manusia sama-sama memegang scalpel. Jika itu kau, siapa yang akan kau pilih untuk melakukan operasi padamu?"

"Pertanyaan macam apa itu?" tanya Kim Don. "Tentu saja aku akan memilih Tuhan."

"Tapi jika Tuhan adalah musuhmu?" tanya Watanabe lagi. Ia mengibaratkan Hwang Jung adalah Tuhan sementara Do Yang adalah manusia.

"Apakah Tuhan setuju untuk mengoperasimu?" tanya Kim Don. "Dan jika ia setuju, apakah ia tidak akan membunuhmu?"

"Tapim jika ia dokter sejati, bukankah seharusnya ia melihatmu sebagai pasien dan mengesampingkan perasaan pribadi terhadapmu?" tanya Watanabe.

"Memangnya ada dokter yang seperti itu?" tanya Kim Don ragu.

"Itu..." Watanabe ragu. Ia batuk-batuk.

Beberapa saat kemudian, Naoko datang dan bergabung dengan mereka. "Kenapa kau ingin bertemu denganku?" tanyanya pada Watanabe.

"Bagaimana jika kau pergi berlibur?" Watanabe menyarankan. Naoko sangat senang.

Watanabe berkonsultasi dengan Do Yang perihal penyakitnya.

"Kau harus dioperasi besok." kata Do Yang.

"Ah... Kurasa minggu depan saja." kata Watanabe menolak. "Seorang tamu dari Jepang akan datang dan aku memiliki banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Bagaimana jika kau pergi berlibur?"

"Berlibur?" tanya Do Yang bingung. "Bekerja adalah liburan bagiku."

"Apakah Naoko juga berpikiran seperti itu?" bujuk Watanabe. "Pergilah ke Onyang dan beristirahat disana."

"Aku akan berlibur setelah melakukan operasi padamu." kata Do Yang.

Watanabe terus membujuk Do Yang. "Kita akan menetapkan tanggal operasi setelah kau kembali dari liburanmu." katanya memaksa. Do Yang akhirnya setuju.

Masalah muncul di Jejoongwon dan rumah sakit Wanita di Bogu. Banyak pria yang datang untuk mencari istri-istri mereka. Setelah bibir sumbing istri para pria tersebut dioperasi, wanita-wanita tersebut menghilang begitu saja. Para suami datang ke Jejoongwon dan Bogu sambil marah-marah dan mengamuk. Pihak rumah sakit bersikeras mengatakan bahwa mereka tidak tahu apa-apa.

Rupanya pihak rumah sakit wanita Bogu menyembunyikan para wanita.

"Tolong jangan katakan kami disini." kata salah seorang wanita. "Mereka akan membunuh kami!"

Para wanita tersebut ternyata menjadi target kekerasan suami-suami mereka. Tubuh mereka biru-biru akibat kena pukul.

"Aku benar-benar tidak bisa mengerti pada para suami itu." kata Seung Yeon. "Mulanya mereka menyembunyikan istri mereka karena malu. Tapi sekarang mereka memukuli istri mereka karena takut istrinya berselingkuh dengan pria lain."

"Lalu, apa yang akan kau lakukan pada mereka?" tanya Seok Ran.

"Mereka mengatakan bahwa mereka ingin bekerja di rumah sakit." ujar Seung Yeon.

"Tapi mereka akan ketahuan jika bekerja di rumah sakit." kata Seok Ran.

"Kita akan mencari jalan keluar." ujar Hwang Jung menenangkan.

Seok Ran membawa para istri ke rumahnya. Nyonya Yoo menyambut mereka dengan hangat dan ramah. Seok Ran tersenyum, senang melihat sikap ibunya yang makin lama makin membaik.

"Ibu, terima kasih." kata Seok Ran ketika ia, Nyonya dan Tuan Yoo berbincang bertiga.

"Apa kau pikir rumah kita penampungan untuk wanita yang mengalami kekerasan rumah tangga?" tanya Nyonya Yoo. "Kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan karena kau memiliki orang tua yang baik."

"Apa yang akan kau lakukan pada mereka?" tanya Tuan Yoo pada Seok Ran.

"Aku akan berkonsultasi pada misionaris dan berusaha membuat mereka bisa melakukan apapun yang mereka inginkan." jawab Seok Ran. "Beberapa dari mereka mungkin akan pergi ke Amerika bersama Seung Yeon dan misionaris. Mereka ingin belajar keperawatan disana."

"Kau tidak akan pergi ke Amerika, bukan?" tanya Nyonya Yoo cemas.

"Tentu saja tidak." jawab Seok Ran.

Kini, Do Yang dan Hwang Jung sepertinya akan menjadi teman baik. Mereka berdua minum-minum bersama di restoran. Mereka agak mabuk.

"Aku sangat heran ketika kau datang ke ruang operasi untuk bergabung." kata Do Yang, setengah mabuk. "Ah, pria ini bukan manusia! Bagaimana ia bisa belajar dari pasien yang menjadi musuhnya?"

Hwang Jung tertawa. "Aku manusia, karena aku berniat membunuhnya." katanya.

"Aku tahu itu!" kata Do Yang tertawa."Tapi, aku justru makin menyukaimu karena mengetahui sisimu yang berbeda ini."

"Dr. Baek, aku sudah menyukaimu sejak lama." kata Hwang Jung.

"Benarkah?!" tanya Do Yang terkejut. "Aku tidak mengerti. Aku seharusnya menjadi musuhmu!"

"Aku percaya bahwa aku ada disini saat ini adalah berkat kau." kata Hwang Jung. "Coba pikirkan. Jika aku tidak memiliki lawan yang seimbang, aku tidak akan pernah lulus."

Do Yang tersenyum. "Aku juga berpikir begitu." katanya. "Jika bukan karena kau, aku tidak akan bisa bertahan dari masa-masa sulit di Jepang."

"Aku senang kau kembali menjadi seorang dokter bedah yang hebat."

"Tidak." bantah Do Yang. "Aku masih merasa sangat jauh jika aku ingin mengejarmu." Do Yang bercerita bahwa saat di Jepang, murid-murid Jepang memanggilnya tukang jagal karena keahliannya menggunakan pisau. "Itu adalah saat-saat yang paling membahagiakan untukku selama aku tinggal di Jepang. Aku seperti mendapat pengakuan."

Hwang Jung menatap Do Yang. "Terima kasih." katanya.

"Untuk apa?"

"Aku tidak tahu." jawab Hwang Jung. "Aku hanya ingin berterima kasih."

Do Yang tersenyum dan terdiam beberapa saat. "Tuan Hwang, aku meminta Menteri Perang agar meminta maaf padamu. Tapi ia menolak." ujarnya bercerita. "Aku jadi ingat bahwa aku tidak pernah meminta maaf padamu. Dr. Hwang, aku ingin kau memaafkan aku karena masa lalu yang tidak lagi kita ingat saat ini."

"Tidak ada yang perlu dimaafkan." kata Hwang Jung, tersenyum dan mengulurkan tangannya pada Do Yang.

Do Yang tersenyum dan menyambut uluran tangan Hwang Jung.

Di perjalanan pulang, Do Yang mengajari Hwang Jung sebuah lagu barat yang sangat disukai Seok Ran. Mereka saling merangkul dan bernyanyi keras di sepanjang jalan.

Keesokkan harinya, Do Yang membakar semua kenangannya bersama Seok Ran. Do Yang menangis. Kini waktunya ia benar-benar melupakan Seok Ran.

Do Yang membuka sebuah kotak dan memandang cincin ibunya di dalamnya.

Watanabe mengantar kepergian Do Yang dan Naoko untuk berlibur. Setelah mereka pergi, Watanabe meminta Kim Don menghubungi Hwang Jung.

"Katakan padanya kau ingin bertemu." kata Watanabe. "Aku ingin melakukan operasi besok."

"Apa kau pikir ia akan setuju?" tanya Kim Don ragu.

"Kita harus membuatnya setuju." jawab Watanabe, kesakitan.

"Tapi kenapa harus Hwang Jung?" tanya Kim Don. "Kurasa Baek Do Yang juga seorang dokter yang hebat."

"Baek Do Yang memang seorang dokter yang hebat." Watanabe setuju. "Tapi Hwang Jung adalah seorang dokter yang lebih hebat lagi. Dan ada alasan lain. Baek Do Yang sangat berani dan cepat, tapi ia mengeluarkan terlalu banyak sehingga luka operasi menjadi besar. Walaupun Hwang Jung lambat, tapi ia sangat teliti dan luka operasi kecil. Yang mana yang dibutuhkan pasien?"

"Yang terakhir." jawab Kim Don.

Hwang Jung menyanyikan lagu yang diajarkan Do Yang padanya.

Seok Ran sangat senang. "Darimana kau tahu aku suka lagu ini?" tanyanya. "Aku tidak ingat aku pernah bernyanyi untukmu."

"Kau tidak pernah bernyanyi untukku, tapi aku pernah mendengarmu bernyanyi." jawab Hwang Jung. Saat itu adalah saat ketika Hwang Jung berniat kabur dari rumah keluarga Yoo setelah Dr. Allen menolongnya dari luka tembakan.

Hwang Jung menggenggam tangan Seok Ran. "Dulu dan kini, kau tetap sangat cantik." katanya.

Dr. Avison mengumpulkan semua staff Jejoongwon. Ia mengatakan bahwa Jejoongwon mendapatkan donatur, yaitu Mr. Severance dari Cleveland, yang memberikan mereka uang 10.000 dollar. Uang tersebut akan mereka pergunakan untuk membangun Jejoongwon baru.

Dr. Avison, Dr. Horton dan Chung Hwan menemui Raja di istana. Selain melaporkan mengenai dana yang diberikan Mr. Severance, mereka juga memohon agar Raja membuat wanita-wanita yang mengalami kekerasan rumah tangga bisa bebas dari suami-suami mereka. Dalam hal ini, undang-undang pernikahan dan perceraian harus ditambahkan sedikit. Chung Hwan-lah yang berusaha bicara pada Raja. Raja setuju.

Akhirnya, wanita-wanita yang dipukuli tersebut bisa bebas dari suami mereka.

Hwang Jung, Jang Geun, Nang Rang dan Miryung makan bersama di Jejoongwon. Hari ini Hwang Jung berulang tahun. Nang Rang adalah orang pertama yang ingat dan mengucapkan selamat padanya.

Tidak lama kemudian Dr. Horton dan Seok Ran masuk setelah kembali dari istana.

Melihat makanan di meja, Seok Ran berkomentar. "Hari ini pasti ulang tahun seseorang." katanya. "Ulang tahun siapa?"

Hwang Jung tersenyum melihatnya. Seok Ran terkejut.

"Kau sedikit sedih, bukan?" tebak Nang Rang. Ia membantu Hwang Jung di ruang praktek. "Itu adalah surat untukmu."

Hwang Jung melihat surat di atas meja dan membukanya. Surat dari Dr. Allen.

"Dia bilang, ia akan datang pada pembukaan rumah sakit baru." kata Hwang Jung. Ia melihat sebuah surat lainnya. "Apa ini?"

"Surat itu juga sampai hari ini." jawab Nang Rang.

Hwang Jung membuka surat tersebut.

Seok Ran merasa sangat bersalah karena melupakan hari ulang tahun Hwang Jung.

"Ia sangat kesal." ujar Miryung. "Ekspresi wajahnya berubah drastis."

"Apa kau benar-benar lupa?" tanya Dr. Horton.

Seok Ran menggeleng. "Tidak." jawabnya. "Tadi malam aku ingat. Aku bahkan membelikan hadiah untuknya."

"Seok Ran, bagaimana jika kau menyiapkan pesta kejutan?" saran Dr. Horton.

Dr. Horton, Miryung, dan Nang Rang membantu Seok Ran menyiapkan pesta kejutan untuk Hwang Jung. Mereka berusaha membuat kue ulang tahun.

Di lain pihak, Dr. Avison, Gwak dan Chung Hwan mencari lokasi yang tepat untuk membangun Jejoongwon baru. Nama Jejoongwon baru tersebut menjadi Rumah Sakit Jejoongwon Severance. Namun mereka tetap menyebutnya dengan nama Jejoongwon.

Ayah Naoko, Kyu Hyun dan Park So Sa menyetujui dan membicarakan pernikahan antara Do Yang dan Naoko.

Ayah Naoko sepertinya agak kesal karena Kyu Hyun banyak permintaan, seperti agar pernikahan Do Yang dan Naoko dilakukan di rumah keluarga Baek dengan menggunakan tradisi Korea. Kyu Hyun juga meminta Ayah Naoko membangunkan sebuah klinik yang diberikan khusus untuk Do Yang dan Naoko. Ditambah lagi, Park So Sa ingin Naoko tinggal bersama mereka di Korea selama 3 tahun agar mengenal lebih banyak mengenai Korea.

Ayah Naoko terdiam.

"Beraninya Baek Do Yang memanfaatkan aku!" ujar Ayah Naoko marah, ketika ia sampai di Hansung.

"Itu tidak penting." kata Watanabe. "Perang baru saja dimulai."

"Angkatan laut menyerang Armada Rusia Timur di Manchuria!" tambah Duta Jepang.

"Aku tahu." kata Ayah Naoko. "Perang antara Jepang dan Rusia akhirnya dimulai!"

Ayah Naoko memerintahkan Duta Jepang agar memperketat penjagaan dan melarang warga Jepang untuk bicara dengan warga Rusia.

Di tengah perjalanan, Naoko pergi ke kamar kecil. Do Yang melihat obat tidur di dalam kopernya. "Naoko, apakah kau insomnia?" tanya Do Yang.

"Tidak." jawab Naoko dari dalam kamar kecil.

Do Yang menggigit sebuah obat untuk memeriksa.

Do Yang dan Naoko meneruskan perjalanan dan beristirahat di sebuah rumah kecil. Naoko bersandar di bahu Do Yang.

"Naoko... jika... aku hanya berpikir." ujar Do Yang. "Jika aku tidak menikahimu, apa yang akan kau lakukan?"

"Apa kau serius?" tanya Naoko terkejut.

"Aku hanya ingin tahu." kata Do Yang.

"Aku akan minum obat dan mati." jawab Naoko. "Aku selalu membawa obat itu bersamaku. Jadi jangan pernah bercanda mengenai hal itu."

"Aku melihat obat tidur di kopermu." kata Do Yang. "Apakah itu obat yang sama dengan saat aku memompa perutmu? Kau selalu membawa itu karena berpikir bahwa aku mungkin akan meninggalkanmu?"

"Ya," jawab Naoko. "Kau tidak ingin aku mati, bukan?"

"Naoko, itu adalah permen vitamin." kata Do Yang. "Aku juga meminum vitamin itu ketika berada di Jepang."

"Tidak. Mungkin botol itu salah label?"

Do Yang bangkit dari duduknya dan berjalan keluar. Naoko menarik tangannya.

"Terlalu banyak meminum vitamin itu mungkin akan menyebabkan kau diare, tapi tidak akan menyebabkan kau mati." kata Do Yang tajam.

"Do Yang-sama, kurasa kau salah!" kata Naoko.

"Kupikir kau tulus padaku."

"Aku tulus. Aku mencintaimu!" seru Naoko.

Do Yang mengambil kopernya dan berjalan pergi.

"Do Yang-sama, jangan pergi!" panggil Naoko, berusaha mengejar Do Yang.

Pengawal Naoko menghalangi jalan Do Yang.

"Minggir!" perintah Do Yang. "Kubilang minggir!"

Do Yang menyerang para pengawal. Do Yang kalah. Para pengawal memukulinya.

"Jangan pukul dia!" teriak Naoko, melindungi Do Yang. "Do Yang-sama, aku bersalah. Tolong maafkan aku."

Do Yang bangkit dan mengambil kopernya lagi, kemudian berjalan pergi.

Seok Ran dan yang lainnya sedang menghias kue di ruang staff.

"Tuan Hwang datang!" seru Nang Rang memperingatkan.

Seok Ran, Nang Rang, Dr. Horton dan Miryung membuat barisan untuk menutupi kue.

"Bau apa ini?" tanya Hwang Jung. "Seperti bau manis."

"Ada sempat wanita disini, tentu baunya harum." kata Miryung.

Hwang Jung tersenyum dan mengangguk. Ketika Hwang Jung membuka loker, mereka berempat bergeser sedikit. Jika Hwang Jung bergerak ke kanan, mereka akan bergeser ke kanan. Jika Hwang Jung bergerak ke kiri, mereka bergeser ke kiri.

"Apa yang ada dibelakang kalian?" tanya Hwang Jung penasaran.

"Tidak ada apa-apa." ujar Seok Ran capat-cepat.

Hwang Jung menyerah dan keluar.

Surat kedua yang dibaca Hwang Jung adalah surat dari Watanabe. Watanabe meminta Hwang Jung menemuinya di restoran.

"Tolong lakukan operasi pada paru-paruku." kata Watanabe.

Hwang Jung diam. "Tidak." jawabnya. "Kau memiliki Dr. Baek di Rumah Sakit Hansung."

"Dia sedang berlibur dengan tunangannya." kata Watanabe. "Aku tidak tahu kapan ia akan kembali. Tidak ada orang lain yang bisa melakukannya lagi selain kau, Dr. Hwang. Kau tidak akan meninggalkan pasien, bukan? Tolonglah."

"Baiklah." kata Hwang Jung. "Periksakan dirimu ke Jejoongwon. Aku akan membuat jadwal untuk operasimu."

Watanabe agak enggan. "Tuan Hwang, aku adalah Direktur Hansung." katanya. "Kelihatannya tidak akan baik jika aku pergi ke Jejoongwon. Fasilitas kami lebih baik dan..."

"Aku hanya akan melakukan operasi di Jejoongwon." potong Hwang Jung tegas. "Jika kau ingin di operasi, datanglah ke Jejoongwon. Aku pergi sekarang." Hwang Jung bangkit dari duduknya dan berjalan pergi.

Di Jejoongwon, Seok Ran dan semua staff Jejoongwon berlatih menyanyikan lagu Happy Birthday.

Hwang Jung berjalan pulang. Tiba-tiba, Kim Don memukulnya hingga pingsan.

Hari sudah larut malam, tapi Hwang Jung tidak juga kembali ke Jejoongwon. Satu per satu orang mulai pergi hingga akhirnya hanya tersisa Seok Ran.

Kim Don mengikat Hwang Jung yang masih pingsan di sebuah ruangan. Ia menyiram wajah Hwang Jung dengan air agar Hwang Jung sadar.

Hwang Jung membuka matanya. Hal yang pertama kali ia lihat adalah Watanabe yang sedang duduk di hadapannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar