Jumat, 03 September 2010

Jejoongwon (Episode 26)

Dr. Heron memegang scalpel dengan tangan gemetar dan kehilangan keseimbangannya.

"Dokter, duduklah saat kami melakukan operasi." kata Hwang Jung. "Jika kau memberi instruksi pada kami, kurasa kami bisa melakukannya."

Do Yang mengangguk.

"Nang Rang, berikan kursi padaku." kata Dr. Heron. Ia menyerahkan scalpel pada Do Yang. Hwang Jung mengangguk padanya.

Do Yang membedah pasien. Dr. Heron memberikan instruksi pada mereka. Hwang Jung membuka perut kemudian Do Yang memasukkan jari kedalam untuk menemukan ureter. Ia mencari-cari batu dalam saluran ureter.

"Potong secara vertikal untuk mengambil batu itu." kata Dr. Heron. "Tuan Hwang, kau yang mengerjakannya mulai tahap ini."

"Apa?"

"Ini artinya, kalian berdua telah belajar prosedurnya." kata Dr. Heron menjelaskan.

"Lakukanlah." kata Do Yang pada Hwang Jung.

"Scalpel." kata Hwang Jung, meminta pisau pada Nang Rang, kemudian membuang batu yang ada pada ureter. "Batu sudah dibuang."

"Sekarang.. kau harus menjahit dan menutup abdomen." kata Dr. Heron, pucat. Hwang Jung mengkhawatirkannya.

"Tuan Hwang, selesaikan operasi ini." kata Do Yang. "Aku akan mengantar Direktur ke kamarnya."

"Jagalan dia." kata Hwang Jung cemas.

Do Yang dan Miryung mengantarkan Dr. Heron ke kamarnya. Kondisi Dr. Heron sangat tidak baik.

Miryung menyuapi obat pada Dr. Heron.

"Kau belajar dengan sangat baik." kata Dr. Heron pada Miryung. Membuat Miryung sangat senang.

Hwang Jung menyelesaikan operasi dengan baik. Setelah itu, ia pergi ke sumur untuk mencuci muka.

"Tuan Hwang." Seok Ran datang dari belakang. "Kudeangar kau langsung melakukan operasi ketika kembali. Kau pasti lapar." Seok Ran tersenyum.

"Aku harus melihat Direktur." kata Hwang Jung dingin. "Kesehatannya sedang sangat buruk. Kurasa aku harus menambah jam praktekku."

"Kau pasti sangat sibuk." kata Seok Ran.

Hwang Jung mengambil jasnya dan berjalan pergi.

"Tuan Hwang.."

"Banyak pasien yang menunggu." kata Hwang Jung. "Aku harus pergi."

Seok Ran terdiam sedih.

Dr. Horton meminta Raja memberikan titah agar Dr. Heron pergi berlibur ke suatu tempat untuk beristirahat.

"Tapi, apakah Jejoongwon akan baik-baik saja tanpa Heron?" tanya Raja.

"Jangan khawatir, Yang Mulia." kata Dr. Horton. "Murid-murid dan aku akan menjaga Jejoongwon. Lagipula, kita memiliki Tuan Hwang."

"Maksudmu, Hwang Jung?" tanya Raja. "Ya, benar. Selama ada dia, semua pasti baik-baik saja."

Dr. Heron sangat sulit disuruh beristirahat. Bahkan dengan titah Raja, Dr. Heron juga tidak peduli. Apa yang diinginkan dan dipikirkan olehnya hanyalah pasien-pasiennya.Do Yang mencoba membujuk. Tapi Dr. Heron tetap keras kepala.

"Aku tidak akan meninggalkan pasien disini hanya demi kesehatanku." kata Dr. Heron.

"Kau sehat agar bisa mengobati pasien." kata Hwang Jung membujuk.

"Aku tidak akan pergi kemana-mana." kata Dr. Heron.

"Direktur, jika dokter menyarankan pasien untuk pergi ke desa untuk memulihkan kesehatannya, apakah itu tindakan yang baik?" tanya Do Yang.

"Itu tindakan baik." jawab Dr. Heron.

"Lalu, siapa doktermu?"

"Bukankah kau, Tuan Baek?" tanya Dr. Heron. "Tapi aku..."

"Kalau begitu, aku menyarankan padamu untu pergi dan memulihkan kesehatanmu." kata Do Yang.

Dr. Heron akhirnya bersedia (dengan berat hati) untuk pergi. Di perjalanan, Dr. Heron melihat sumber air.

"Tunggu!" katanya. "Kurasa kita harus membangun sistem penyaringan air Tuan Baek disini."

"Ya, aku akan membangunnya bersama Mong Chong." kata Do Yang.

Seok Ran memeriksa pasien-pasien wanita. Dr. Horton mengawasinya dan Park So Sa membantunya sebagai perawat. Seok Ran kelihatan sedih dan murung.

"Mungkin ia belum siap." kata Dr. Horton menghibur. "Berilah ia sedikit waktu lagi."

Seok Ran mengangguk.

"Apa yang perlu dibicarakan?" tanya Park So Sa. "Seorang tukang jagal rendah dipukuli..."

"Perawat Park!" seru Dr. Horton menghentikan.

Seok terlihat marah. "Tuan Hwang adalah ketua dokter pelatihan." kata Seok Ran. "Dia adalah orang kedua setelah Direktur. Jangan berkata komentar apapun mengenai Tuan Hwang didepan kami atau pasien." Seok Ran bangkit dari duduknya dan berjalan pergi.

Di ruangaan lain, Hwang Jung memeriksa pasien laki-laki dibantu oleh Miryung.

Pasien yang diperiksa Hwang Jung adalah pasien yang rahangnya kaku karena tertawa. Aneh banget nih! Hehe..

Semua pihak dan staff Jejoongwon makan siang bersama. Hwang Jung masuk.

"Tuan Hwang, makanlah." kata Seok Ran.

"Hwang! Bergabunglah dengan kami!" panggil Jang Geun dari meja lain. Hwang Jung duduk di depan Jang Geun.

Hwang Jung melihat Je Wook. "Maafkan aku karena kejadian yang lalu." katanya.

Je Wook tidak menjawab.

Hwang Jung meletakkan nasinya di dalam sup. Je Wook menoleh.

"Mulanya aku berpikir mengenai itul." kata Je Wook. "Tapi sekarang aku mengerti. Para bangsawan memakan sup dan nasinya terpisah. Tidak mencampurnya."

"Dia melakukannya agar bisa cepat kembali memeriksa pasien." bela Jang Geun.

"Kau harus belajar tata krama terlebih dahulu sebelum belajar kedokteran." ejek Je Wook. "Sekarang kau adalah orang bebas, seharusnya kau menghilangkan kebiasaan orang rendahmu."

Seok Ran menoleh ke arah Je Wook dengan marah.

Hwang Jung diam saja dan memakan makanannya.

"Menundukkan kepalamu ke arah makanan juga sesuatu yang dilakukan orang rendah!" kata Je Wook padanya. "Kau harus membawa sendok padamu, bukan kau yang mendekati sendok."

"Lagipula kenapa kau menggunakan sendik? Kau menundukkan kepalamu dan makan seperti anjing." tambah Ui Saeng.

Seok Ran bangkit marah, tapi Park So Sa menghentikannya.

Je Wook mendekati Hwang Jung. "Kau harus menggunakan sumpit seperti ini. Apa kau tidak tahu apa-apa?" ejeknya. "Ikuti aku."

Hwang Jung diam, kemudian mencengkeram tangan Je Wook keras.

"Lepaskan aku!" seru Je Wook kesakitan.

"Yang Mulia sudah memperbaiki statusku." kata Hwang Jung tajam. "Jika kau menunjukkan penolakanmu, kau akan melawan Yang Mulia. Aku tidak akan diam lagi melihat sikapmu."

"Tanganku mati rasa!" kata Je Wook. "Lepaskan aku! Tolong lepaskan aku! Sakit!"

Hwang Jung melepaskan tangan Je Wook dan berjalan keluar ruangan.Seok Ran mengejarnya.

"Tuan Hwang!" panggilnya, menutupi jalan Hwang Jung.

"Tolong minggir." kata Hwang Jung dingin. "Aku harus memeriksa pasien."

Watanabe menjenguk Dr. Heron di desa. Ia berbincang sebentar dengan Dr. Heron, kemudian bicara dengan Do Yang.

"Kurasa, Heron tidak akan hidup lama." kata Watanabe pada Do Yang.

"Direktur sudah lebih baik." bantah Do Yang.

"Tuan Baek, percayalah padaku. Pria itu akan segera mati." kata Watanabe. "Jika itu terjadi, kau akan kehilangan satu-satunya orang yang mendukungmu. Ah, kudengar, Hwang Jung merebut kekasihmu."

"Tidak seperti itu." kata Do Yang.

"Aku mengerti. Dia tidak merebutnya, tapi kekasihmu yang pergi padanya." kata Watanabe.

"Apa sebenarnya yang ingin kau bicarakan?" tanya Do Yang kesal.

"Aku tidak datang untuk menjenguk Heron." kata Watanabe. "Aku datang untuk bertemu denganmu. Kau dikhianati oleh kekasihmu dan dikalahkan oleh sainganmu. Jika Heron meninggal, kau akan menjadi layangan tanpa benang." Watanabe memperagakan tangannya jatuh dari atas ke bawah. "Tuan Baek, datanglah ke rumah sakit kami. Kami akan segera membangun rumah sakit."

"Watanabe-san, aku tidak punya keinginan untuk meninggalkan Jejoongwon." kata Do Yang dingin. "Setelah masalah mengenai Tuan Hwang, posisiku menjadi sangat jelas, dan aku tahu dengan pasti siapa guruku. Aku akan mengikuti Direktur Heronn, seseorang yang sangat peduli pada pasiennya. Ia tidak akan mati. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi."

Watanabe hanya diam dan mengangguk.

Do Yang kembali ke rumah dan terkejut melihat Dr. Heron tidak ada dikamarnya.

"Kemana Direktur?" tanya Do Yang pada Mong Chong.

"Dia memeriksa pasien lagi!" kata Mong Chong cemas.

Do Yang menarik napas dalam dan bergegas mencari Dr. Heron.

Dr. Heron sedang memeriksa sejumlah pasien. Nang Rang bingung harus berbuat apa. Begitu melihat Do Yang, ia meminta Do Yang membantunya memeriksa pasien.

"Kau adalah pasienku." kata Do Yang pada Dr. Heron. "Aku tidak akan membiarkanmu melakukan ini."

"Kalau begitu, periksa pasien-pasien disini untukku." kata Dr. Heron, bangkit dari duduknya. "Maafkan aku." katanya pada pasiennya. "Tapi Tuan Baek Do Yang adalah dokter yang labih baik dariku dan dia akan merawat kalian."

Malamnya, saat Do Yang kembali dari memeriksa pasien, kesehatan Dr. Heron tiba-tiba memburuk. Nang Rang dan Mong Chong sangat panik.

"Ini pleuritis..." kata Dr. Heron pada Do Yang, tersenggal-senggal. "Tuan Hwang.... Panggilkan dia...."

Do Yang diam, cemas.

"Direktur.... Jejoongwon..." Dr. Heron berusaha bicara. Tubuhnya gemetaran hebat. Ia menggenggam tangan Do Yang. "Tuan Hwang... Panggilkan dia..."

"Mong Chong, pergi dan laporkan ke Jejoongwon!" perintah Do Yang.

"Ya, Tuan!"

"Apa yang terjadi?!" tanya Hwang Jung cemas.

"Dia bicara dengan bahasa Inggris dan Korea!" kata Mong Chong panik.

"Tuan Hwang, apa yang harus kita lakukan?" tanya Jang Geun.

"Kurasa aku harus pergi." kata Hwang Jung. "Tuan Go, tolong rawat pasien besok!"

Hwang Jung segera pergi dengan angkong.

"Nang Rang, ruangan ini dingin." kata Do Yang panik. "Cepat nyalakan api!"

"Baik Tuan! Direktur, kau harus kuat!" kata Nang Rang. "Tuan Hwang akan segera datang!" Nang Rang pergi.

"Tuan Hwang... Tuan Hwang... Tuan Hwang..." Dr. Heron mencoba bicara.

"Ya, dia akan segara tiba. Bertahanlah." kata Do Yang.

"Tuan Hwang... Tuan Hwang...." Dr. Heron terus memanggil Hwang Jung.

"Tuan Hwang akan segera datang. Direktur, dia akan segera datang." kata Do Yang menenangkan.

"Tuan Hwang...." Dr. Heron melihat Do Yang, namun dipengelihatannya ia melihat Hwang Jung. Dr. Heron menggenggam tangan Do Yang (yang ia kira Hwang Jung). "Tuan Hwang... dengarkan... aku..."

"Direktur, aku..." Do Yang hendak memberitahu bahwa dia bukan Hwang Jung, namun Dr. Heron memotongnya.

"Tuan... Tuan Hwang..." kata Dr. Heron.

"Ya." jawab Do Yang, untuk menenangkan Dr. Heron.

"Kau akan... Kau akan menjadi dokter terhebat di Korea." kata Dr. Heron. "Kedokteran masa depan Korea... bergantung padamu... Tuan Hwang... tolong jaga Jejoongwon. Tolong... Tolong jaga Tuan Baek juga... Dia.. dia juga dokter yang baik. Tapi.... kau harus menolongnya... Saat yang tepat... akan... datang... saat semua cita-cita.... terwujud... tapi... ia tidak punya kemampuan... untuk tahu kapan saat itu."

"Direktur.." Do Yang meneteskan air mata.

"Tuan Baek... tidak tahu bagaimana caranya menunggu... Dan dia terlalu memaksakan diri... Dia berjuang... Tuan Hwang... kau harus... tetap disisinya... Kau mengerti...? Aku ingin... mencintai orang Korea... lebih dalam..." Dr. Heron menangis, kemudian meninggal dengan mata terbuka.

Do Yang menutup mata Dr. Heron.

Hwang Jung datang terlambat. "Direktur!" panggilnya. "Direktur!"

Ia masuk ke dalam rumah dan melihat Dr. Heron sudah meninggal. Hwang Jung menangis.

Do Yang hanya diam.

Seluruh murid dan staff Jejoongwon memakamkan Dr. Heron dan memberikan sekuntum bunga di atas petinya.

Do Yang hanya menatap bunganya tanpa melempar bunga tersebut ke atas peti Dr. Heron. Ia menoleh ke arah Hwang Jung, kemudian membuang bunganya di tanah dan berjalan pergi.

5 Tahun kemudian.

Direktur pertama Jejoongwon, Dr. Allen. Direktur kedua Dr. Heron. Direktur ketiga Dr. Vinton. Direktur keempat yang saat ini sedang pemimpin Jejoongwon adalah Dr. Avison.

Hari kelulusan murid pertama Jejoongwon.

Hwang Jung membaca sumpah dokter di hari kelulusannya sebagai murid terbaik. Semua murid yang lulus mengikutinya. Murid Jejongwon yang diwisuda saat itu ada 7 orang, termasuk Hwang Jung, Seok Ran, Jang Geun dan Ui Saeng. Je Wook tidak lulus.

"Mulai saat ini, kalian semua akan menjadi dokter." kata Dr. Avison, disambut oleh tepuk tangan semua orang yang hadir.

Setelah kematian Dr. Heron, Do Yang tiba-tiba menghilang entah kemana. Tidak ada yang tahu kemana dia pergi.

Dihari yang sama, Jepang juga membangun rumah sakitnya. Rumah Sakit Hansung. Rumah sakit tersebut diresmikan oleh Watanabe dan Duta Jepang yang baru. Mereka bertekad untuk mengalahkan Jejoongwon.

Berkat operasi katarak yang dilakukan Hwang Jung, Korea menjadi berhubungan baik dengan Rusia. Duta Besar Jepang berusaha menghancurkan hubungan itu. Untuk saat ini, akan menfokuskan diri untuk melenyapkan Ratu.

"Dia membuat Permerintahan Jepang kita sakit kepala." kata Duta mengomentari Ratu. "Karena rubah itulah maka rencana kolonisasi untuk Korea berjalan sangat lambat."

"Jika kita melenyapkan dia, Raja tidak akan punya pilihan lain selain menyerahkan negara ini pada kita!" kata salah seorang prajurit Jepang.

"Ini artinya, langkah kita selanjutnya adalah berburu rubah." kata prajurit yang lain.

"Direktur Watanabe." panggil Duta. "Jika aku menangkap rumah itu untukmu, apakah kau akan mengalahkan Jejoongwon?"

"Ya!" jawab Watanabe.

Hwang Jung memberikan instruksi pada tabib istana cara agar Raja terhindar dari penyakit menular di istana.

Saat ia sedang memberikan instruksi, tiba-tiba seorang pejabat tiba dan meminta konsultasi dengannya. Pajabat tersebut terkena penyakit kencing nanah. Bukan hanya satu pejabat yang terkena penyakit tersebut, namun ada beberapa pejabat yang lainnya.

Agar kesempatan ini tidak dimanfaatkan Jepang untuk menjatuhkan pejabat Korea, maka Jejoongwon memanggil para pejabat yang sakit secara diam-diam.

Penyakit tersebut diakibatkan oleh hubungan seksual. Hwang Jung bertanya pada pejabat, dengan siapa mereka berhubungan. Mereka menjawab, dengan pelayan-pelayan istana.

Seok Ran dan Dr. Horton memberitahukan informasi mengenai penyakit tersebut pada Ratu. Ratu mengatakan bahwa ia akan meminta para pelayan istana untuk diobati secara diam-diam di malam hari.

Sebagai informasi tambahan, Dr. Horton kini sudah menikah dengan Horace Underwood dan kini Dr. Horton sedang mengandung.

Dalam perjalanan pulang, Seok Ran dan Dr. Horton berkunjung ke rumah sakit Jepang. Disana, Seok Ran bertemu dengan seorang prajurit Jepang berpakaian seperti samurai.

Mereka berbincang dengan Watanabe. Watanabe bercerita bahwa pasien di RS Hansung dibagi menjadi beberapa tipe sesuai dengan kemampuan pasien dalam membayar biaya operasi.

"Dr.Horton, kau akan segera melahirkan." kata Watanabe. "Bagaimana jika datang ke rumah sakit kami? Kami memiliki ahli kandungan terbaik."

"Aku akan melahirkan di Jejoongwon. Ada Dr. Yoo Seok Ran, dokter kandungan terbaik di Korea." kata Dr. Horton sedikit menusuk.

"Kalau begitu, mungkin Dr. Yoo Seok Ran bersedia bergabung dengan rumah sakit Hansung?" tanya Watanabe.

"Terima kasih, tapi tidak." jawab Seok Ran.

"Ah, kau bahkan menjawab tanpa berpikir!" kata Watanabe tertawa. "Rumah sakit ini akan selalu terbuka untuk kalian. Datanglah kapan saja. Saat Tuan Baek kembali, kau mungkin akan sering mengunjunginya disini."

"Apa maksudmu?" tanya Seok Ran, terkejut.

"Kami tidak mendengar kabar mengenai Tuan Baek sejak pemakaman Dr. Heron." kata Dr. Horton. "Dimana dia?"

"Dia pasti sudah memutus hubungan dengan kalian semua!" seru Watanabe.

Di tempat lain, Do Yang sedang melakukan operasi. Ia melakukan operasi dengan cepat dan menggunakan stopwatch.

"29 menit dan 26 detik." kata Do Yang setelah operasinya selesai.

"20 menit lebih cepat dari Dr. Kimura." kata perawat.

Do Yang keluar dari ruang operasi dan melihat kertas pengumuman. Peringkat Pertama, Baek Do Yang. Do Yang sangat senang.

"Orang Korea menjadi posisi pertama lagi?" kata seorang murid Jepang dari belakangnya. Ia membawa Do Yang keluar dan memukuli Do Yang bersama teman-temannya.

"Beraninya kau melakukan operasi lebih cepat dari Dr. Kimura!" seru murid Jepang. "Sekarang aku tahu kenapa kau pandai menggunakan pisau. Di Korea, tukang jagal sudah menggunakan pisau sejak lahir."

"Aku... tukang jagal?" tanya Do Yang.

"Siapa lagi? Binatang rendah!" kata murid Jepang, meludahi Do Yang.

"Aku tukang jagal?" tanya Do Yang, tertawa. "Aku tukang jagal?!"

Do Yang babak belur, namun terlihat bahagia. Ia pergi minum dengan seorang gadis Jepang.

"Apa kau tahu bahwa waktu yang tepat akan datang pada seseorang?" tanya Do Yang. "Itu artinya, sesuatu pasti akan terjadi jika saatnya sudah tepat. Sangat penting mengasah kemampuanmu sambil menunggu saat itu tiba. Itulah yang guruku katakan. Aku merasa saat itu akan segera tiba."

"Lalu kenapa kau kelihatan bahagia?" tanya gadis itu.

Do Yang tidak menjawab.

Seok Ran menceritakan pada Hwang Jung bahwa Do Yang saat ini bersekolah di Universitas Pemerintah Jepang.

"Kuharap berita ini bisa meringankan bebanmu." kata Seok Ran. "Saat Tuan Do Yang menghilang, kau menyalahkan dirimu sendiri. Sejujurnya, aku juga menyalahkan diriku sendiri."

Dr. Avison meminta Seok Ran, Miryung dan Nang Rang pergi ke istana tanpa Dr. Horton karena Dr. Horton sedang mengandung. Hwang Jung menawarkan diri untuk ikut juga.

Disaat yang sama, pihak Jepang sudah mempersiapkan pasukannya untuk menangkap dan melenyapkan Ratu.

Seok Ran dan Hwang Jung berpisah jalan di istana. Seok Ran memeriksa pasien wanita sementara Hwang Jung dan Dr. Avinson berjaga di Kantor Kesehatan di istana.

Pihak Jepang menyerang masuk ke istana. Mereka membunuh semua penjaga istana dengan brutal, dan menyusup ke tempat Seok Ran memeriksa pasien.

Nang Rang, Miryung dan Seok Ran ketakutan.

Pemimpin prajurit melukai lengan Nang Rang dengan pedangnya dan membunuh pasien Seok Ran. Ia mengarahkan pedangnya ke leher Seok Ran.

Nang Rang berusaha keluar dengan diam-diam untuk mencari bantuan.

"Dimana Ratu Korea?" tanya prajurit itu pada Seok Ran. Ia tiba-tiba teringat pernah melihat Seok Ran di RS Hansung.

Terdengar suara tembakan dari luar.

"Yang Mulia, pasukan menyusup masuk ke dalam istana!" pelayan istana membangunkan Raja dan Ratu.

"Dimana Putra Mahkota?" tanya Raja panik.

"Aku disini." jawab Putra mahkota.

Nang Rang menemui Hwang Jung dalam Kondisi terluka parah.

"Tuan Hwang... Nona Yoo... Istana diserang!" kata Nang Rang panik.

Hwang Jung bergegas keluar sementara Dr. Avison mengobati Nang Rang.

Hwang Jung mengambil pedang dan membunuh seorang prajurit. "Dr. Yoo!" panggilnya cemas. "Dr. Yoo Seok Ran!"

"Ratu melarikan diri." kata prajurit Jepang melaporkan. "Ia pasti menyamar menjadi pelayan istana."

"Jangan khawatir. Wanita ini pasti bisa mengenalinya." kata pemimpin prajurit.

"Aku tidak tahu." kata Seok Ran. "Aku hanya memeriksa pelayan istana."

"Seok Ran!" teriak Hwang Jung. "Seok Ran!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar