Kamis, 02 September 2010

Jejoongwon (Episode 20)

"Ayah... aku tidak bisa menerima pinangan itu." kata Seok Ran.

"Seok Ran, apa kau sakit?" tanya Nyonya Yoo.

"Nona, hal seperti ini bukan sesuatu yang bisa kau tolak." bujuk Mak Saeng.

"Seok Ran, seperti yang tadi sudah kukatan, pinangan pernikahan bukan..."

"Ya, aku tahu." potong Seok Ran. "Aku tahu aku tidak bisa menolak dan... aku tahu dengan baik apa artinya kehadiran Tuan Muda untuk keluarga kita."

"Lalu, apa kau tahu berkat siapa ayahmu berhasil keluar dari penjara?" tanya Nyonya Yoo. "Ayahmu masih berada dalam pengawasan. Kau harus menikah dengan Tuan Muda agar kecurigaan itu lenyap! Kau tidak bisa melakukan itu pada Tuan Muda!"

"Ayah, tolong berikan aku waktu beberapa hari untuk berpikir." kata Seok Ran. "Aku butuh sedikit waktu."

Nyonya Yoo mengomel-ngomel memaksa Seok Ran menerima pinangan itu.

Tuan Yoo mengangguk, bersedia memberikan waktu agar Seok Ran bisa berpikir. "Pernikahan adalah keputusan penting. Aku akan memberimu waktu satu hari untuk berpikir." katanya.

"Terima kasih, Ayah." ujar Seok Ran lega.

Seok Ran keluar dari ruangan ayahnya dan menemui Gwak. "Dimana Tuan Hwang?" tanyanya.

"Dia mungkin ada di Jejoongwon." jawab Gwak.

Seok Ran bergegas berlari menuju Jejoongwon. Namun dari ari arah berlawanan, Hwang Jung datang berlari ke arahnya.

"Nona..."

"Tuan Hwang..."

Hwang Jung dan Seok Ran berbincang di sebuah restoran.

Seok Ran memulai perbincangan dengan bercerita bahwa beberapa tahun yang lalu, Amerika mendeklarasikan mengenai kesetaraan semua orang.

"Aku mendengar tentang itu dari Dr. Allen." kata Hwang Jung menanggapi.

"Dunia berubah dan Korea akan berubah juga." kata Seok Ran. Seok Ran mengemukakan bahwa mulanya tidak ada orang yang bermimpi membangun Jejoongwon di Korea, dan sekarang Jejoongwon sudah ada. Hal itu menandakan Korea juga sedang berubah.

Hwang Jung hanya diam, mendengarkan Seok Ran.

"Hari ini..." Seok Ran mulai masuk ke pokok permasalahan. "Aku menerima surat pinangan dari Tuan Muda Do Yang."

"Aku tahu."

"Ayah mengatakan bahwa ia akan mengirim balasannya besok." ujar Seok Ran melanjutkan. "Tapi aku berkata bahwa aku tidak ingin menikah dengan Tuan Muda."

Seok Ran menatap Hwang Jung, menunggu tanggapannya. Namun Hwang Jung tidak mengatakan apapun.

"Apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu padaku?" tanya Seok Ran.

Hwang Jung tetap diam.

"Menurutmu, apa yang harus aku lakukan?" tanya Seok Ran lagi.

Hwang Jung tidak mengatakan apapun dan hanya menunduk.

Seok Ran kesal. Ia pergi meninggalkan Hwang Jung dengan marah sekaligus sedih dan kecewa. Hwang Jung hanya menatap kepergiannya dalam diam.

Di Jejoongwon, Dr. Heron meminta penjelasan Do Yang mengenai pemalsuan tanda tangan yang dilakukan Do Yang.

"Direktur, aku memang besalah." kata Do Yang. "Tapi itu masalah hidup dan mati. Aku tidak punya waktu untuk memikirkan itu."

"Kau bukan tidak punya waktu untuk berpikir, tapi kau memang merencanakan hal itu." bantah Dr. Heron. Kau pria yang sangat menakutkan, Tuan Baek."

"Tapi itu memang kenyataannya." kata Do Yang. "Sulfur itu dipesan untuk keperluan medis."

"Dan aku berkata bahwa Dr. Allen tidak pernah mengatakan apa-apa padaku mengenai itu!" seru Dr. Heron.

"Tapi kami punya saksi!" kata Do Yang. "Seharusnya kami membawa saksi itu padamu terlebih dulu, tapi kami tidak punya waktu. Tolong mengertilah. Tuan Yoo seperti ayah untukku. Jika ayahmu mengalami hal yang sama, apa yang akan kau lakukan?"

Dr. Heron terdiam. "Jika aku tidak berbohong pada Raja, aku pasti sudah menghukummu. Aku membiarkan ini karena kalian memiliki saksi. Dan aku juga sudah mengirim surat pada Allen untuk memastikan, tapi balasannya belum datang."

Do Yang lega dan berterima kasih pada Dr. Heron.

Minggu ujian akan segera tiba. Dr. Heron mengingatkan mereka.

"Bagi murid yang lulus ujian, maka mereka diperbolehkan mengobati pasien dibawah pengawasanku dan Dr. Horton." kata Dr. Heron menjelaskan. "Dan bagi yang mendapatkan nilai tertinggi, maka ia akan diberi waktu tertentu agar bisa mengobati pasiennya sendiri. Selain itu, ia akan diperbolehkan untuk mendampingiku saat operasi katarak setelah ujian."

"Aku yakin nilai tertinggi akan diperoleh oleh Tuan Baek atau Tuan Hwang." bisik Ui Saeng pada temannya.

"Tuan Hwang." panggil Dr. Heron. "Kau belum menyelesaikan pemeriksaan medismu. Jika kau tidak bisa menyelesaikan tugas itu, maka kau akan gagal."

"Ya." jawab Hwang Jung.

Operasi katarak yang akan dilakukan Dr. Heron adalah untuk mengobati mata Nenek yang rabun.

Min Young Ik berkunjung ke Jejoongwon untuk berbincang dengan Dr. Heron mengenai Jejoongwon. Setelah itu, ia bertemu dengan Hwang Jung.

"Tuan Hwang, kau harus memperoleh nilai tertinggi dalam ujian." kata Young Ik.

"Ia pasti bisa mendapatkan nilai tertinggi." kata Jang Geun mendukung.

"Ah, aku punya sesuatu untukmu." kata Young Ik seraya mengeluarkan sebuah surat dari sakunya. "Ini adalah sebuah surat dari Allen."

Hwang Jung menerima surat itu dan membacanya di kamar.

"Sudah beberapa bulan sejak aku meninggalkan Korea." kata Allen dalam suratnya. "Tapi aku masih merasa bahwa semua itu baru saja terjadi kemarin. Aku ingat kimchi buatan Mak Saeng setiap kali aku makan. Tapi yang paling kuingat adalah kau, Tuan Hwang. Kepergianku dari Jejoongwon sangat cepat, namun aku tidak pernah khawatir. Semua itu karena kau ada disana. Tuan Hwang, aku sangat merindukanmu."

Hwang Jung meneteskan air matanya.

"Kurasa, mungkin ide yang sangat baik jika kau meneruskan pendidikanmu di Amerika. Akan lebih baik lagi jika kau datang bersama Nona Seok Ran. Banyak sekali peluang untuk kalian disini."

Hwang Jung menghapus air matanya dan tersenyum. "Aku sangat merindukan Dr. Allen." katanya.

"Ya." kata Jang Geun setuju. "Kenapa kau tidak menggunakan surat ini sebagai alasan untuk bertemu Nona Seok Ran? Kau bisa mengajaknya pergi ke Amerika bersamamu dan dengar apa jawabannya." saran Jang Geun.

Di rumah keluarga Yoo, Seok Ran murung dan mengurung dirinya di dalam kamar. Ibu Seok Ran membawa seorang peramal untuk meramalkan kecocokan antara Seok Ran dan Do Yang berdasarkan horoskop.

"Mereka sangat cocok!" kata peramal itu. "Kekayaan dan kejayaan akan datang di keluarga kalian!"

Nyonya Yoo sangat senang mendengarnya. Tapi sebaliknya untuk Seok Ran. Ia terlihat sangat kesal dan sedih. Seok Ran berjalan meninggalkan kamar dan pergi ke ruang penyimpanan.

Banyak gadis penghibur datang ke Jejoongwon.

"Kami sudah tutup." kata Dr. Heron. "Kalian bisa datang lain waktu."

"Kami datang bukan untuk mencarimu." kata Shilhwa. "Kami ingin bertemu dengan Tuan Hwang."

"Benar, tolong panggilkan Tuan Hwang!" kata gadis yang lain. Ia menoleh dan kebetulan melihat Hwang Jung lewat. "Tuan Hwang!" panggilnya, melambaikan tangan.

"Kendalikan dirimu!" kata Shilhwa mencubit gadis itu.

Rupanya gadis-gadis itu datang agar diperiksa oleh Hwang Jung.

"Kau tidak bisa memenuhi jumlah pasien karena menolong kami, bukan?" tajnya Shilhwa.

"Terima kasih." ujar Hwang Jung tersenyum. "Aku baru saja akan pergi untuk mencari pasien. Kalian bisa meminta Dr. Horton dan Dr. Heron untuk pengobatan."

"Itu tidak adil!" seru Shilhwa. "Teman-teman, ayo kita pergi! Kita akan keluar dari sini agar Tuan Hwang bisa memeriksa kita!"

"Kita tidak boleh menolak pasien." kata Dr. Heron.

"Tapi Tuan Hwang hanya hanya seorang murid kedokteran." kata Dr. Horton.

"Tema ujianku adalah pemeriksaan medis, dan pasien punya hak untuk memilih dokter yang mereka inginkan." kaat Dr. Heron. Akhirnya Hwang Jung diperbolehkan memeriksa para gadis di ruang kelas.

"Aku sampai tidak bisa bekerja." kata seorang gadis yang sedang diperiksa Hwang Jung. "Setiap kali memikirkan dia, jantungku berdebar dengan sangat kencang. Aku tidak punya tenaga. Kadang-kadang, aku jadi merasa tidak ingin hidup lagi!"

Dengan polos, Hwang Jung mengangguk-angguk dan mendengarkan keluhan pasiennya dengan seksama. Dr. Horton ikut mendengarkan.

"Begitu?" gumam Hwang Jung. "Sepertinya sangat memusingkan, tapi aku tidak tahu kau terserang penyakit apa."

"Kau tidak tahu?" tanya Nang Rang. "Itu dinamakan penyakit cinta!"

"Benar!" seru si gadis setuju. "Apakah aku akan mati karena penyakit ini?"

"Lalu, bagaimana penyakit cinta ini disembuhkan?" tanya Hwang Jung.

"Penyakit ini hanya bisa disembuhkan oleh orangnya sendiri." kata Shilhwa, menarik si gadis pergi.

"Penyakit cinta tidak bisa disembuhkan dengan obat." kata Dr. Horton menanggapi.

Hwang Jung mengangguk dan berpaling pada Shilhwa. "Lalu, kau sakit apa kali ini?" tanyanya.

"Tolong periksa apakah aku mempunyai penyakit paru-paru." kata Shilhwa seraya membuka bajunya.

Hwang Jung langsung menutup wajahnya dengan papan.

Mendadak seorang pedagang datang untuk menawarkan barang-barangnya.

Para gadis, Dr. Horton, para perawat dan Hwang Jung berakhir dengan duduk dan melihat-lihat barang dagangan.

"Dr. Horton, bukankah cincin ini cantik?" tanya Park So Sa, menunjukkan sebuah cincin yang dicobanya.

"Tidak." jawab Dr. Horton cepat, menunjukkan cincinnya sendiri. dengan malu-malu. "Ini adalah cincin pertunangan. Di barat, seorang pria akan memberikan cincin pada seorang wanita ketika ia datang melamar. Si pria berlutut di hadapan wanita dan menyatakan cintanya, kemudian meminta si wanita untuk menikahinya."

"Laki-laki berlutut di hadapan wanita?" gumam Nang Rang bingung.

"Sangat romantis." kata Park So Sa. "Seharusnya aku lahir di barat saja!"

Hwang Jung hanya diam dan mendengarkan dengan seksama. Ia mengintip ke tempat cincin dan melihat satu cincin yang menurutnya sangat cantik.

Di tempat lain, Do Yang sedang memandangi sepasang cincin. Itu adalah cincin milik ibunya. Do Yang berniat memberikannya pada Seok Ran jika ia dan Seok Ran menikah.

Hwang Jung merenung di kamarnya. Jang Geun memberikan sebuah sketsa gambar padanya.

"Apa ini?" tanya Hwang Jung.

"Ini adalah posemu selama satu jam." kata Jang Geun. "Judul sketsa ini adalah Pikiran Hwang Jung."

"Ini aku?" tanya Hwang Jung tertawa.

Mendadak, terdengar ledakan dari depan. Jang Geun ketakutan, mengira itu adalah bom atau suara tembakan.

Hwang Jung bergegas keluar. Ternyata orang-orang Jejoongwon sedang menyalakan kembang api bersama orang-orang Cing.

Hwang Jung mendongak menatap kembang api tersebut. Ia teringat kenangan bersama Seok Ran.

Hwang Jung berpikir, kemudian bergegas berlari dan menggedor-gedor sebuah rumah. "Bukakan pintu!" teriaknya.

Seok Ran masih murung di kamarnya. Mak Saeng masuk dan mengajaknya ke ruang penyimpanan. Hwang Jung sudah menunggu di sana.

"Ada apa kau kemari?" tanya Seok Ran dengan nada kurang bersahabat.

"Ada sesuatu yang harus kukatakan padamu." kata Hwang Jung. "Aku... aku mendapatkan sebuah surat dari Dr. Allen. Dan.. dan aku menyelesaikan pemeriksaan medis hari ini."

Seok Ran tidak memandang Hwang Jung. "Itu bagus." katanya dingin.

"No... Nona..." Hwang Jung berkata terbata-bata. "Aku... Me.. Me.. Me..."

Seok Ran menatap Hwang Jung.

"Menikahlah denganku." akhirnya kalimat tersebut terlontar dari mulut Hwang Jung.

Seok Ran menatap Hwang Jung dengan terkejut.

Hwang Jung berlutut di hadapan Seok Ran, kemudian mengeluarkan sebuah kotak berisi cincin. Seok Ran mengulurkan tangannya dan Hwang Jung memasangkan cincin tersebut di jari Seok Ran.

Hwang Jung menangis. Ia kemudian berdiri dan memeluk Seok Ran.

Di saat yang sama di Jejoongwon, Min Young Ik datang bersama pengawal untuk mencari Chung Hwan dan Kyu Hyun.

"Periksa tempat ini!" perintah Young Ik. Para pengawal itu memeriksa ruangan Chung Hwan dan Kyu Hyun, membuat mereka berdua sangat ketakutan. Pengawal membawa Chung Hwan untuk diinterogasi di ruangan lain.

Young Ik memeriksa laporan yang dibuat Chung Hwan dan Kyu Hyun.

"Kemana obat-obatan ini menghilang?!" bentar Young Ik ketika selesai membaca laporan.

"Aku tidak bersalah." ujar Kyu Hyun.

Pengawal yang mengiterogasi Chung Hwan masuk ke ruangan lagi dan melapor pada Young Ik. "Ia sudah mengakuui segalanya." kata pengawal.

"Benarkah?" tanya Young Ik. Ia berpaling pada Kyu Hyun. "Kau dengar itu? Kau harus bersiap-siap."

Kyu Hyun ketakutan. "Me.. mengaku? Mengaku apa?"

"Pengawal, jaga dia!"

"Aku.. aku tidak menghabiskan uang itu sendirian." kata Kyu Hyun membela diri.

Young Ik tersenyum menang.

Young Ik keluar dan menuju ruangan lain dimana Chung Hwan diinterogasi.

"Dia bersikeras tidak mau mengaku." kata pengawal.

"Aku akan mengaku jika aku tahu!" seru Chung Hwan.

"Sudah cukup." kata Young Ik. "Tangkap pria ini!"

"Apa maksudmu?" tanya Chung Hwan panik.

"Diam!" bentak Young Ik. "Pengelola Baek sudah mengaku bahwa kalian menjual obat-obatan dan menghabiskan uangnya bersama!"

"Menghabiskan uangnya bersama?" seru Chung Hwan. "Aku tidak tahu bahwa obat-obatan itu dicuri!"

"Ya, ia bilang kau akan berkata seperti itu." kata Young Ik. "Dan ia juga mengatakan bahwa kau menuduh Hwang Jung yang menyebabkan ledakan di laboratorium."

"Aku?!" seru Chung Hwan. "Dia bilang, aku menuduh Hwang Jung?! Lalu, apakah ia juga mengatakan bahwa ia sengaja membuat Hwang Jung gagal dalam ujian masuk dengan mencuri jawaban ujiannya?"

"Apa?" tanya Young Ik terkejut.

Mendadak Do Yang masuk ke ruangan tersebut. "Ini semua salahku." katanya.

Tuan Yoo datang menjenguk ayah Seung Yeon yang sedang sakit. Masih ingat Seung Yeon? Dia adalah sahabat Seok Ran yang mengalami kekerasan rumah tangga.

Di sana, Tuan Yoo mengetahui bahwa Seung Yeon telah bercerai dengan suaminya.

"Ini semua salahku." kata Ayah Seung Yeon. "Aku memaksanya untuk menikah cepat. Seharusnya aku membiarkannya melakukan apa yang ia inginkan, seperti Seok Ran."

Tuan Yoo berpikir.

Kini waktunya bagi Seok Ran untuk memutuskan.

"Aku tidak akan menikah dengan Tuan Muda Baek Do Yang." kata Seok Ran pada ayahnya.

"Apa?!" seru Nyonya Yoo terkejut.

"Aku mencintai orang lain." kata Seok Ran. "Aku ingin membina hubungan dengannya."

"Siapa laki-laki ini?" tanya Nyonya Yoo. "Apakah ia berasal dari keluarga yang lebih baik daripada keluarga Baek? Apakah ia lebih tampan? Bukan Tuan Hwang, kan?"

Seok Ran diam sejenak. "Dia butuh waktu sebelum datang kemari untuk meminangku. Karena itulah aku ingin menjalin hubungan terlebih dahulu dengannya dan memberinya waktu."

Tuan Yoo terdiam, teringat Seung Yeon. Akhirnya, Tuan Yoo mengizinkan keputusan yang diambil oleh Seok Ran.

Seok Ran tersenyum lega.

Keesokkan harinya, Min Young Ik datang lagi ke Jejoongwon untuk memberitahukan hasil penyelidikannya pada Dr. Heron dan Hwang Jung. Ia menceritakan segalanya mengenai perbuatan Chung Hwan dan Kyu Hyun pada Hwang Jung.

"Mereka harus dipecat." kata Dr. Heron.

"Apapun yang terjadi, mereka adalah pejabat pemerintah." kata Young Ik. "Itu artinya, hanya akulah yang bisa memecat mereka."

"Kalau begitu, tolong pecat mereka." pinta Dr. Heron.

"Direktur, tolong berilah mereka kesempatan sekali lagi." kata Hwang Jung. "Aku yakin mereka akan memperbaiki diri."

Di kantor polisi, Kyu Hyun dan Chung Hwan dihajar habis-habisan.

Tuan Yoo menyatakan permohonan maafnya pada Do Yang karena tidak bisa menerima pinangan Do Yang. Alasan Tuan Yoo adalah bahwa keluarga mereka tidak pantas berdampingan dengan keluarga bangsawan seperti keluarga Baek.

Do Yang terlihat sangat terpukul. Ia ingin bertemu dengan Seok Ran, namun Seok Ran menolak untuk menemuinya.

Do Yang menemukan sebuah surat dari Seok Ran di dalam pohon. Isi surat tersebut adalah permohonan maaf Seok Ran karena tidak bisa menerima perasaan Do Yang.

Do Yang menangis.

Do Yang kembali ke Jejoongwon dan berpapasan dengan Hwang Jung. Ia menatap Hwang Jung tajam.

"Apakah kau sudah mempersiapkan ujian dengan baik?" tanya Do Yang.

"Belum." jawab Hwang Jung.

"Kita harus mendapat peringkat tertinggi agar bisa mendampingi operasi katarak." ujar Do Yang.

"Mendapat peringkat tertinggi bukanlah hal mudah." kata Hwang Jung.

"Aku akan mendapat peringkat tertinggi." kata Do Yang yakin. "Itu adalah jalan satu-satunya agar aku bisa menjadi dokter pertama di Korea. Juga menjadi salah satu alasan kenapa aku mengurungkan niatku untuk pergi ke Amerika."

"Lalu, apa alasan yang lainnya?"

"Alasanku adalah... Seok Ran." jawab Do Yang.

"Jika itu alasanmu, maka aku juga akan berusaha keras." kata Hwang Jung.

Malamnya, murid-murid belajar dengan keras untuk mempersiapkan ujian keesokkan harinya. Lain halnya dengan Je Wook, ia malah mempersiapkan contekan di kertas.

Hari ujian.

Seok Ran meminta Chilbok untuk memberikan beberapa pensil yang sudah ditajamkannya pada Hwang Jung. Hwang Jung tersenyum senang menerima pensil-pensil tersebut. Jang Geun ingin meminjam satu, namun Hwang Jung tidak memberikannya. Jang Geun sangat kesal.

Dr. Heron dan Dr. Horton masuk ke ruang kelas. Mereka meminta anak-anak bertukar tempat duduk sesuai dengan yang mereka perintahkan.

Je Wook membuka contekannya. Dr. Horton mengambil kertas contekan tersebut. Namun Je Wook sudah menyiapkan contekan cadangan di topinya.

Hwang Jung dan Do Yang mengerjakan dengan serius.

Setelah ujian tertulis, dilanjutkan ujian yang lain, sepertinya identifikasi tulang atau semacamnya. Hwang Jung mengerjakan setiap soal dengan cukup lambat. Do Yang yang ada di belakangnya menjadi kesal.

Ujian selanjutnya adalah pemeriksaan medis.

Do Yang memeriksa pasien. Dr. Heron melihatnya.

"Kau demam." kata Do Yang. "Apa kau merasakan sakit atau mual?"

"Tidak." jawab si pasien.

"Apakah kau merasa sakit perut?" tanya Do Yang.

"Tidak."

"Apakah kotoranmu berwarna putih atau abu-abu?"

"Apa?" tanya si pasien bingung. "Kelihatannya hanya seperti diare. Tapi ada darah..."

"Darah di diaremu?" potong Do Yang.

"Ya, aku juga punya wasir."

Do Yang berpikir, kemudian menarik napas dalam-dalam. "Apa kau memakan makanan basi?"

"Ya, kurasa begitu." Pasien seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi Do Yang memotongnya.

"Sudah cukup." kata Do Yang.

Dr. Heron melihat Do Yang dengan heran.

Do Yang mengisi lembar pemeriksaannya dan menuliskan bahwa pria tersebut memiliki penyakit 'Keracunan Makanan'.

Kini giliran Hwang Jung dengan pasien yang sama dengan Do Yang. Berbeda dengan Do Yang yang serius, Hwang Jung bersikap ramah dan santai pada pasien. Ia membiarkan pasiennya menceritakan sendiri apa yang dirasakannya.

"Tidak ada warna putih di diare." jawab pasien itu ketika Hwang Jung menanyakan pertanyaan yang sama. "Tapi ada darah di diareku."

"Benarkah?"

"Ya, dan aku juga punya wasir. Kau mau lihat?"

Hwang Jung tertawa. "Aku sedang ujian. Tapi kau bisa memperlihatkan padaku setelah ujian selesai. Lalu, apakah warga lain mengalami gejala yang sama dengan yang kau alami?"

"Ya, mereka semua." jawab pasien.

"Apa yang kau makan?"

"Makan? Kami hanya minum air." jawab si pasien. "Semua tetanggaku mengalami masalah yang sama."

"Semua warga mengalami diare karena meminum air?"

"Ya, benar!"

"Apakah di diare mereka juga ada darah?" tanya Hwang Jung dengan serius.

"Aku tidak tahu!" jawab pasien. "Aku tidak mengintip diare mereka!"

Hwang Jung tertawa. "Ya, ya, tentu saja tidak!"

Dr. Heron tersenyum tipis.

"Terima kasih atas waktumu." kata Hwang Jung. Ia bangkit dari duduknya dan mengumpulkan lembar pemeriksaannya.

Dr. Heron melihat lembar pemeriksaan Hwang Jung dan memeriksanya. Hwang Jung menuliskan bahwa pria tersebut terkena penyakit 'Disentri'.

Akhirnya hasil ujian keluar.

Hwang Jung melihat papan pengumuman itu dengan diam dan meneteskan air mata.

Go Jang Geun berteriak senang. Ia menempati peringkat kedua tertinggi.

"Aku peringkat tiga!" seru Ui Saeng senang. "Aku akan mentraktir kalian semua minum malam ini!"

Je Wook melihat Hwang Jung, yang berdiri diam. "Apa kau menangis?" tanyanya meledek. "Tidak apa-apa. Kadang-kadang kau tidak bisa memenangkan semua hal."

Je Wook melihat papan ujian. Yoon Je Wook: Ujian Ulang. Je Wook berteriak shock.

Do Yang melihat papan pengumuman. Peringkat Keempat - Baek Do Yang.

Do Yang terpukul melihat hasil itu. Ia kemudian melihat siapa yang menempati peringkat pertama.

Peringkat tertinggi - Hwang Jung.

"Selamat!" seru murid-murid mengucapkan selamat pada Hwang Jung.

Hwang Jung memberitahu hasil ujiannya pada Seok Ran. Kimia A+, Farmasi A+, Pemeriksaan Medis A+, Anatomy A, Bahasa Inggris B, Obat-obatan A. Seok Ran tertawa senang.

"Selamat!" katanya bangga. Sebagai hadiah, Seok Ran membawakan makanan dengan dihiasi bunga Azalea. Seok Ran menyuapkan makanan tersebut untuk Hwang Jung (Seok Ran kayaknya suka banget nyuapin orang).

"Sangat lezat." kata Hwang Jung.

"Benarkah?" tanya Seok Ran, memakan satu. "Ini enak." katanya tertawa.

Je Wook dan Do Yang mabuk-mabukan di rumah bordir.

"Ini pembalasan dendam Hwang Jung." kata Je Wook dalam keadaan mabuk. "Dia menukar lembar jawabanmu. Jika tidak, kenapa kau hanya bisa berada di peringkat keempat?"

Do Yang diam saja dan terus minum. Ia meneteskan air matanya.

Je Wook mebuk berat. Ia meletakkan kepalanya di meja dan terus bergumam. "Dia merebut posisimu sebagai peringkat pertama. Dia juga merebut kekasihmu..."

Do Yang membanting gelas. "Cukup!" teriaknya. Tangannya berdarah karena pecahan kaca.

Keesokkan harinya, operasi katarak di Jejoongwon akan dilaksanakan. Dr. Heron mengumumkan operasi tersebut pada masyarakat. Pihak umum boleh melihat jalannya operasi tersebut.

Watanabe dan Suzuki juga berniat hadir.

Di saat yang sama, Ma Dang Gae berjalan ke arah Jejoongwon. Kereta Watanabe yang lewat membuatnya terjatuh.

Dr. Heron dan Hwang Jung menyambut kedatangan para tamu.

"Ayo kita masuk." ajak Dr. Heron pada Hwang Jung.

"Masuklah terlebih dahulu." kata Hwang Jung. "Aku akan menyusul setelah menyelesaikan tugas disini."

"Baiklah." kata Dr. Heron tersenyum tipis.

Hwang Jung berbalik dan mendengar keributan tidak jauh dari sana.

"Kau orang rendah!" seru seseorang. "Beraninya kau mengotori rumah sakit! Jika kau sakit, kau seharusnya mati saja!"

Hwang Jung maju untuk melihat siapa yang sedang dipukuli.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar