Jumat, 03 September 2010

Jejoongwon (Episode 27)

Raja dikepung oleh para prajurit Jepang. Mereka mengancam Raja dengan pedangnya.

"Dimana Ratu?" tanya pemimpin prajurit Jepang.

"Aku tidak tahu." jawab Raja. "Beraninya kau! Apa kau tidak takut pada Langit?!"

Pemimpin prajurit marah dan mengangkat pedangnya, hendak membunuh Raja.

Putra Mahkota berlari untuk melindungi ayahnya.

"Putraku!" seru Raja.

"Katakan!" seru pemimpin prajurit. "Dimana Ratu?!"

"Aku tidak tahu!" jawab Raja.

Ketika pemimpin prajurit mengangkat pedangnya untuk menebas Raja, mendadak Hwang Jung datang. Ia menyerang pemimpin prajurit dan membunuhnya.

Beberapa pasukan kerajaan juga muncul dan melindungi Raja.

"Yang Mulia, kau harus segera pergi dari sini." kata Hwan Jung.

"Cari dan temukan Ratu!" kata Raja.

"Ya." jawab Hwang Jung.

"Aku tidak mengenal Ratu." kata Seok Ran bersikeras.

"Apa kau yakin?" tanya pemimpin prajurit Jepang.

Saat itu, Ratu masih ada di ruangan dan menyamar menjadi pelayan istana.

"Bukankah kau datang dengan seorang wanita asing?" tanya pemimpin prajurit. "Seorang dokter masuk ke istana tapi tidak mengenal Ratu?"

"Aku bukan dokter pribadinya." kata Seok Ran berbohong. "Aku tidak pernah bertemu dengan Ratu sebelumnya."

"Akan kuhitung sampai tiga." kata pemimpin prajurit. "Satu... Dua..."

"Aku tidak mengenalnya." kata Seok Ran.

"Tiga!"

Pemimpin prajurit mengangkat pedangnya, namun tiba-tiba seorang prajurit lain masuk dalam kondisi terluka parah.

"Obati dia!" Pemimpin Prajurit memerintahkan Seok Ran.

Seok Ran ketakutan, dan terpaksa mengobati prajurit yang terluka tersebut.

Hwang Jung berlari. Ia melihat seorang pejabat yang terluka.

"Dimana Ratu?" tanya Hwang Jung.

"Di ruang pemeriksaan." jawab pejabat. "Dia dibawa ke ruang pemeriksaan!"

"Tidak perlu mencarinya lagi." kata pemimpin prajurit. "Bunuh mereka semua!"

"Tunggu!" teriak seorang pelayan. "Aku adalah Ratu!"

"Seharusnya kau mengatakannya sejak tadi!" seru pemimpin prajurit, menarik si pelayan hingga jatuh ke lantai. "Bunuh dia!"

"Berhenti!" teriak pelayan yang lainnya. "Aku adalah Ratu!"

"Tidak, akulah Ratu!" kata pelayan yang lain lagi. "Bunuh aku!"

"Kurasa kalian bertiga bukan Ratu yang sebenarnya." kata prajurit Jepang. "Tapi aku akan memenuhi permintaan kalian. Aku akan membunuh kalian, setelah itu kami akan mencari Ratu. Bunuh mereka!"

"Berhenti!" seru Ratu. Kali ini Ratu yang sebenarnya.

"Jadi kau ada disana!" kata Pemimpin prajurit.

"Aku adalah ibu negara ini." kata Ratu.

"Bukan! Akulah ibu negara!" seru seorang pelayan melindungi Ratu.

"Sudah cukup." kata Ratu pada pelayannya.

"Yang Mulia..." Seok Ran ketakutan.

"Kenapa kau ingin membunuhku?" tanya Ratu.

"Kau adalah ancaman bagi masa depan kami." kata prajurit.

"Bodoh." kata Ratu. "Negara kami adalah salah satu sejarah dan budaya kuno yang tidak bisa dibandingkan dengan negaramu! Membunuhku tidak akan mengubah apapun!"

"Kau benar." kata prajurit Jepang. "Korea memang pernah seperti itu. Tapi sekarang, Korea hanya seperti sepotong daging yang menunggu seseorang untuk memakannya."

Ratu tertawa. "Kalau begitu, kau pasti anjing yang akan memakan potongan daging kotor itu."

"Ya." kata prajurit Jepang tertawa seraya menggonggong seperti anjing. "Kami adalah anjing yang akan menggigit tangan Tuan kami. Khususnya tangan istri Tuan kami!"

Ratu meneteskan air mata. "Sangat tragis." katanya sedih, tersenyum pahit. "Begaimana negara kami bisa menjadi seperti ini? Sekarang. Bunuhlah aku. Tapi aku akan tetap membuka mataku di kuburanku untuk melihat tindak-tanduk kalian!"

"Bunuh dia!" perintah prajurit itu pada anak buahnya.

Prajurit Jepang membunuh Ratu.

"Yang Mulia!" teriak Seok Ran dan para pelayan, menangis histeris.

Ratu dibawa pergi oleh beberapa prajurit, sementara para pelayan dibunuh oleh prajurit yang lain.

Prajurit itu mengangkat pedangnya untuk membunuh Seok Ran. Namun Hwang Jung mendadak muncul dan menebas prajurit itu hingga tewas.

Seok Ran menangis.

"Dr. Yoo, dimana Yang Mulia?" tanya Hwang Jung.

Seok Ran hanya menangis keras dan menggeleng.

"Dia... sudah meninggal." kata Miryung.

Para prajurit Jepang membakar jenazah Ratu. Underwood dan beberapa orang asing melihat dari jauh dengan sedih, namun tidak bisa berbuat apa-apa.

Keesokkan harinya, Duta Besar Rusia dan Underwood menemui Duta Besar Jepang.

"Aku baru mendengar berita bahwa Ratu telah tewas." kata Duta Jepang.

"Kaulah yang membunuhnya." kata Duta Rusia tajam.

"Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bahwa prajurit Jepang membunuh Ratu kemudian membakarnya." kata Underwood.

"Kami tidak akan membiarkan masalah ini begitu saja." ancam Duta Rusia. "Kami akan melaporkan ini pada organisasi internasional."

"Ini sungguh tuduhan tidak adil." kata Duta Jepang. "Aku akan menyelidiki hal ini."

Pihak Jepang sengaja membakar Ratu agar semua orang tidak tahu bahwa Ratu telah dibunuh. Duta Besar Jepang memerintahkan anak buahnya untuk menyebar desas-desus bahwa Ratu telah melarikan diri dan mencampakkan negaranya.

Kini berbagai pihak mulai ekstra waspada.

Raja tidak bisa makan dan minum karena khawatir makanan tersebut diracuni.

Underwood juga melakukan penjagaan ekstra ketat di istana. Ia menyarankan agar masing-masing dari mereka berjaga-jaga dengan membawa senjata.

Dilain pihak, RS Hansung membuka pengobatan gratis sekaligus menyebar desas-desus miring mengenai Ratu. Hal tersebut menyebabkan tidak ada pasien yang mau pergi ke Jejoongwon.

Secara diam-diam, Kyu Hyun melakukan perjanjian dengan seorang pria asing. Pria tersebut ingin menyewa sebuah bangunan untuk membuka klinik dokter gigi.

"Dan ingat, jika kau membatalkan kontrak ini, kau harus membayar biaya kompensasi 10 kali lipat." kata si pria asin.

"Ya." kata Kyu Hyun. "Jika kau tidak keberatan, cobalah agar tidak keluar masuk melalui gerbang depan. Kau bisa lewat dari gerbang belakang."

"Aku mengerti." kata si pria asing.

Setelah Kyu Hyun pergi, Kim Don mendekati si pria asing. "Apakah ia sudah manandatangi kontrak?" tanyanya.

"Ya." kata si pria asing.

Kim Don memberinya sejumlah uang. Setelah itu, Kim Don memasang sebuah kertas besar bertuliskan, 'Rumah Sakit Hansung. Klinik Cabang. Pengobatan Gratis'.

Kim Don kemudian masuk ke ruang operasi.

"Kau tidak boleh masuk kesana." larang Nang Rang ketika ia tidak sengaja melihat Kim Don dari belakang.

Kim Don menutupi wajahnya dengan topi, kemudian pergi. Nang Rang sedikit bingung.

Malamnya, Chung Hwan kelihatan sangat kesal dan khawatir.

"Ada masalah apa?" tanya Hwang Jung.

"Lihat ini." kata Chung Hwan, menunjukkan selembar kertas pada Hwang Jung. "Pengelola Baek menyewakan salah satu bangunan kita untuk Rumah Sakit Hansung!"

"Kupikir dia akan membuka klinik dokter gigi!" seru Kyu Hyun membela diri.

"Kau melakukan hal yang sangat buruk untuk Jejoongwon!" seru Dr. Avison marah.

"Aku korban!" serunya. "Aku ditipu!"

"Kenapa kau menyewakan bangunan itu?" tanya Hwang Jung.

"Direktur, apa kau tidak tahu mengenai situasi keuangan Jejoongwon saat ini?" tanya Kyu Hyun. Kyu Hyun kemudian berpaling pada Hwang Jung. "Dan kau! Kau tidak sadar bahwa Jejoongwon akan segara hancur, bukan? Direktur! Sejak jejoongwon diberikan pada Gereja Presbiterian Amerika, kondisi keuangan kita sekarat!"

"Kau seharusnya membicarakan hal ini dengan Direktur atau aku terlebih dahulu!" kata Hwnag Jung.

"Membicarakan denganmu?" tanya Kyu Hyun. "Apakah kau ada di Jejoongwon akhir-akhir ini? Tuan Yoo memang memberikan obat gratis pada kita, tapi bagaimana dengan yang lainnya? Bagaimana kalian membayar gaji karyawan yang sudah tidak dibayar 3 bulan?"

Hwang Jung ingin melakukan sesuatu untuk mengusir pihak Hansung walaupun harus membayar kompensasi.

"Jika pihak Hansung dibiarkan, maka mereka pasti akan mencoba mengambil alih bangunan utama juga." kata Hwang Jung pada Dr. Avison.

"Hanya selama tiga bulan." kata Dr. Avison. "Biarkan mereka. Kita hanya perlu berusaha lebih keras dari sebelumnya."

Tiba-tiba Jang Geun datang berlari-lari. "Catatan medis kita dicuri!" seru Jang Geun panik.

"Apa?!" seru Hwang Jung.

Mereka bertiga bergegas menemui Nang Ran di ruang pengobatan.

"Apa yang terjadi?" tanya Hwang Jung.

"Aku datang untuk membereskan barang-barang dan catatan itu sudah tidak ada!" kata Nang Ran cemas.

Hwang Jung membuka lemari. Lemari itu kosong. "Catatan medis kita selama 2 tahun belakangan lenyap." katanya. Ia menoleh pada Nang Rang. "Apa kau melihat orang mencurigakan?"

Nang Rang teringat orang tadi siang. "Aku tidak yakin." katanya. 'Tapi... kurasa aku melihat Kim Don."

"Apa? Kim Don?" tanya Jang Geun, terkejut. "Apa yang dia lakukan disini?"

Kim Don menyerahkan catatan medis Jejongwoon pada Watanabe. Watanabe berencana untuk menarik pasien-pasien Jejoongwon menjadi pasien-pasien Hansung.

Dr. Horton memasakkan makanan untuk Raja. Ia akan meletakkan makanan di sebuah kotak. Kotak tersebut hanya bisa dibuka dengan kunci yang dipegang Raja dan Dr. Horton.

Raja memakan sup jagung buatan Dr. Horton. "Ratu sangat menyukai sup jagung." katanya sedih.

Dalam perjalanan pulang dari istana, perut Dr. Horton berkontraksi. Ketubannya pecah.

"Cepat!" seru Seok Ran panik. "Kita harus ke Jejoongwon!"

"Cepat!" teriak Dr. Horton. "Horton sekarat! Horton sekarat!"

Ketika Hwang Jung sedang memeriksa pasien, ia mendengar Seok Ran berteriak-teriak memanggil Nang Rang. Hwang Jung bergegas berlari untuk membantu.

Hwang Jung memapah Dr. Horton dan membantunya naik ke tempat tidur.

Dr. Horton menjambak rambut Hwang Jung.

"Aaa.. a.. Dokter, dokter... Tolong lepaskan..!" seru Hwang Jung kesakitan.

"Keluarkan bayi ini!" teriak Dr. Horton pada Hwang Jung. "Ini semua salahmu!"

"Bukan aku, tapi Pastur Underwood.. Aaa..." Hwang Jung berteriak kesakitan.

Sementara Seok Ran berusaha membantu Dr. Horton melahirkan, Hwang Jung menjadi pelampiasan Dr. Horton.

Begitu bayi keluar, Dr. Horton menjambak rambut Hwang Jung hingga putus. Bukan hanya sehelai dua helai, tapi segenggaman.

Mendengar kelahiran anak Dr. Horton, membuat Tuan Yoo dan Nyonya Yoo menginginkan cucu juga.

Mak Saeng tiba-tiba mual dan ingin muntah.

"Mak Saeng, ada apa?" tanya Seok Ran.

"Tidak apa-apa." jawab Mak Saeng seraya berjalan keluar ruangan.

Keesokkan harinya, Seok Ran memeriksa Mak Saeng. Mak Saeng sedang mengandung.

Mak Saeng merasa sangat malu karena wanita setua dirinya masih hamil.

"Aku akan membesarkan bayi itu!" kata Mong Chong, berlutut di depan Mak Saeng. "Mak Saeng, tolong terimalah perasaanku."

"Ini memalukan!" seru Mak Saeng malu.

"Aku mencintaimu!" serru Mong Chong, menyerahkan sebuah cincin pada Mak Saeng.

Para perawat, Gwak dan Hwang Jung ikut menonton.

"Mak Saeng, terima cincinnya." kata Nang Rang bersemangat.

"Apa disini ada pertunjukkan?!" seru Mak Saeng.

"Mong Chong laki-laki yang baik." kata Gwak. Semua orang mendukung Mak Saeng dan Mong Chong.

Dengan malu-malu, Mak Saeng mengulurkan tangannya agar Mong Chong.

Seok Ran tertawa. Ia menatap Hwang Jung dari jauh. Hwang Jung tersenyum.

Persiapan pernikahan Mak Saeng dan Mong Chong.

Gwak melihat Miryung dengan pandangan aneh.

"Kenapa dia?" tanya Miryung pada Nang Rang.

"Dia menyukaimu." kata Nang Rang.

Miryung tertawa. "Seleranya tinggi." katanya. "Katakan padanya agar melupakan mengenai hal itu. Aku akan menunggu Dr. Baek Do Yang sampai ia kembali. Dimanapun dia, kuharap dia tidak melupakan aku."

Seok Ran membantu Mak Saeng berdandan. Ia menyentuh tangan Mak Saeng.

"Mak Saeng, bagiku... kau adalah seorang teman untukku." kata Seok Ran, menangis. "Kadang kau adalah kakak untukku.. dan kadang kau adalah seorang ibu untukku."

"Kenapa kau berkata begitu?" tanya Mak Saeng. "Kita bukan seperti tidak akan bertemu lagi! Bukankah kau akan membantuku melahirkan?"

"Tentu saja!" seru Seok Ran.

Mak Saeng menghapus air matanya. "Nona, kau mungkin akan kesepian tanpa aku." katanya.

"Tentu saja!"

"Kalau begitu, kau harus mempertahankan Tuan Hwang." kata Mak Saeng. "Kau harus bicara lagi dengannya."

Seok Ran diam.

Di tempat lain, Hwang Jung membantu Mong Chong bersiap-siap.

"Aku merasa sedih melihat kalian berdua." kata Mong Chong pada Hwang Jung.

"Kami hanya teman." kata Hwang Jung, tersenyum.

"Sekarang tidak ada lagi yang mengejekmu dan memanggilmu tukang jagal lagi!" kata Mong Chong. "Pemerintah sudah menghapuskan perbedaan kelas beberapa tahun yang lalu. Kenapa kau masih lajang?"

Hwang Jung diam.

"Jika kau mau, aku bisa mengajarkan padamu bagaimana aku membuat Mak Saeng hamil." kata Mong Chong menawarkan.

"Lupakan saja!" seru Hwang Jung tertawa.

Upacara pernikahan dimulai.

Tuan Yoo mengantar Mak Saeng ke sisi Mong Chong. Seok Ran mengikuti dari belakang.

Dr. Avison menjadi penghulu mereka.

Hwang Jung dan Seok Ran saling menatap, teringat kenangan-kenangan mereka dulu.

"Apakah kalian bersedia mencintai dan menghargai satu sama lain dimulai dari hari ini?" tanya Dr. Avison.

"Ya!!!" teriak Mong Chong bersemangat.

"Ya." kata Mak Saeng malu-malu.

Mong Chong kemudian memasangkan cincin ke jari Mak Saeng.

"Aku meresmikan kalian berdua menjadi suami istri." kata Dr. Avison, disambut oleh tepuk tangan tamu yang hadir.

Hwang Jung menoleh lagi ke arah Seok Ran melihat jarinya. Seok Ran tidak lagi mengenakan cincin pemberian Hwang Jung.

Do Yang telah tiba di Korea. Watanabe memperkenalkan Do Yang pada Suzuki dan Kim Don. Mulai saat ini, Do Yang akan bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Hansung.

Malam itu, Seung Yeon menawarkan pada Seok Ran untuk menjadi dokter di Rumah Sakit Bogu. Seok Ran belum bisa memberikan jawaban dan ingin berpikir terlebih dahulu.

Seok Ran membuka lokernya dan mengambil sebuah kotak. Ia membuka kotak itu, yang ternyata berisi cincin pemberian Hwang Jung. Seok Ran memandang cincin itu dengan sedih.

Tiba-tiba Hwang Jung masuk ke ruangan. Seok Ran buru-buru menutup pintu lokernya.

Hwang Jung duduk di kursi.

"Kudengar Seung Yeon datang." kata Hwang Jung. "Seharusnya kau memberitahukan dia mengenai pernikahan Mak Saeng."

"Aku memberitahu dia." kata Seok Ran. "Seung Yeon tidak bisa datang karena harus pergi mengajar."

"Begitu." ujar Hwang Jung tanpa menoleh dari catatan yang dipegangnya.

"Seung Yeon memintaku bekerja di Rumah Sakit Wanita Bogu." kata Seok Ran. Ia membuka kotak cincin. "Menurutmu, apa yang harus kulakukan?"

Hwang Jung terdiam.

Seok Ran mengambil cincin tersebut dari kotaknya.

"Bukankah.. lebih penting bertanya mengenai apa yang ingin kau lakukan?" tanya Hwang Jung.

Seok Ran tersenyum. "Ya.. aku mengerti." katanya.

Cincin yang dipegang Seok Ran tiba-tiba terjatuh dan menggelinding ke kaki Hwang Jung.

Seok Ran hendak mengambil cincin tersebut, namun Hwang Jung mendahuluinya.

"Berikan padaku." pinta Seok Ran.

Hwang Jung diam, mendongak menatap Seok Ran.

"Seharusnya aku sudah membuangnya." kata Seok Ran. "Aku ingin membuangnya. Berikan padaku!"

Hwang Jung tetap diam.

Seok Ran hendak berjalan pergi, namun Hwang Jung menariknya dengan tiba-tiba. Ia menatap mata Seok Ran dan memakaikan cincin itu kembali ke jari Seok Ran.

Seok Ran terdiam.

Hwang Jung kemudian mendekatkan wajahnya kearah Seok Ran dan mencium bibirnya. Hwang Jung melepas Seok Ran, kemudian menciumnya lagi.

Do Yang berkunjung ke restoran tempat Je Wook bekerja sebagai pelayan.

"Bagaimana kabar Tuan Hwang?" tanya Do Yang.

"Dia menjadi dokter utama di Jejoongwon." kata Je Wook.

Do Yang tersenyum. Begitu? Bagaimana dengan..." Do Yang ragu kemudian berkata, "Tidak, lupakan saja."

"Kau ingin tahu tentang Yoo Seok Ran?" tanya Je Wook, berhasil menebak pikiran Do Yang.

"Tidak!" bantah Do Yang.

"Aku temanmu, Yoon Je Wook!" seru Je Wook. "Mereka putus. Setelah kematian Heron dan kau menghilang, mereka berakhir."

Setelah pulang dari restoran, Do Yang berdiri diam di depan Jejoongwon dan melihat ke dalam.

Cabang RS Hansung mulai berjalan. Banyak sekali pasien datang ke rumah sakit tersebut.

Hwang Jung melihat Kim Don dan berjalan mendekatinya. Ia menarik kemeja Kim Don dengan marah.

"Kau! Beraninya kau kembali kesini!" kata Hwang Jung.

"Hati-hati dengan ucapanmu." kata Kim Don. "Semua pasien melihat. Aku adalah dokter RS Hansung yang menandatangani kontrak resmi."

"Kau menyebabkan ledakan disini!" teriak Jang Geun. "Beraninya kau kembali kesini!"

"Apa kau punya bukti?" tanya Kim Don menantang. "Jika tidak ada bukti, lebih baik kalian pergi. Banyak pasien yang harus kuobati."

Hwang Jung melepaskan Kim Don.

"Kita punya pasien!" teriak Nang Rang berlari-lari. "Pengelola Chung Hwan juga terluka!"

Yang terluka adalah Chung Hwan dan para pelajar sekolah bangsawan. Rupanya mereka terluka karena melakukan unjuk rasa, protes mengenai kabar yang tidak benar mengenai Ratu.

"Semua pelajar maju untuk protes mengenai kematian Ratu dan meminta penjelasan mengenai hal yang sebenarnya terjadi." kata pelajar.

"Ya, ya, bagus sekali." kata Chung Hwan. "Walaupun kita terluka, kita tidak boleh pergi ke RS Hansung!"

Semua orang di ruangan itu mengangguk-angguk setuju.

"Kalian semua setuju?" tanya Chung Hwan. "Bagaimana bisa kita meminta musuh untuk mengobati luka kita? Dan jika kalian datang ke Jejoongwon, identitas kalian akan aman."

"Bagaimana kau bisa tahu banyak mengenai Jejoongwon?" tanya seseorang.

"Aku adalah pengelola Jejoongwon." kata Chung Hwan. "Aku dipenuhi kemarahan karena kematian Ratu kita dan memutuskan untuk bergabung dengan kalian."

Hwang Jung tiba. Ia meminta Jang Geun membagi pasien menjadi tiga kelompok, kemudian meminta Dr. Avison untuk menghubungi jaringan darurat.

Seok Ran dan Underwood menjalankan perintah Hwang Jung dan mengirim pesan untuk meminta bantuan tenaga medis dari RS Hansung.

Watanabe membaca surat tersebut. "Jejoongwon kedatangan pasien yang sangat banyak." kata Watanabe. "Mereka butuh bantuan kita."

Watanabe merobek surat tersebut dan membuangnya ke lantai.

Di Jejoongwon, para dokter dan perawat kerepotan karena pasien terlalu banyak.

"Apakah dokter akan datang?' tanya Miryung. "Apa yang harus kita lakukan? Pasien terus-menerus datang."

Tiba-tiba, Do Yang muncul di pintu. "Aku adalah dokter bedah dari RS Hansung, Baek Do Yang."Hwang Jung menoleh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar