Senin, 06 September 2010

Cinta Yang Terpilih (Part 1)

glitter-graphics.com

Title : Cinta Yang Terpilih
Author : Sweety Qliquers
Genre : Romance
Episodes : 8 Part
Part 1 “Rencana Gila Rain Bi”
Production : www.korea-lovers86.blogspot.com
Production Date : 14 Januari 2010, 04.24 PM
Cast :
Son Ye Jin
Lee Min Ho
Rain Bi
Yoon Eun Hye (Rain Bi’s Wife)


Cinta Yang Terpilih
Created By Sweety Qliquers

Part 1
Rencana Gila Rain Bi


Son Ye Jin membuka mata. Temaram bias malam menyambutnya. Dia menghela napas panjang. Berapa lama aku tertidur? Lalu didengarnya dengkur halus di sisinya. Sesosok tubuh masih tertidur pulas. Dadanya yang terbuka tampak bergerak naik-turun, seirama alunan napasnya.

Son Ye Jin menelusuri raut wajah itu. Alis matanya tebal memikat, saling bertaut pada pangkal hidung bertulang tinggi. Dan, mata yang terpejam itu, betapa menyimpan tatapan sempurna! Menabur sejuta pesona, sekaligus jerat yang tak terelakkan! Son Ye Jin terpaku dalam diam. Perlahan, jemarinya membelai dahi pria di sampingnya dengan lembut.

Detik berikutnya, kelopak mata di bawah alis itu terjaga. Son Ye Jin bergerak mencari tombol lampu, tapi sebuah rengkuhan menghentikan gerakan tangannya. Dalam sekejap, Son Ye Jin sudah berada dalam sebuah dekapan yang kokoh.

“Jangan dinyalakan, aku masih ingin memelukmu dalam gelap.” bisik Rain Bi, merangkulnya erat.

“Malam makin larut, sudah waktunya kau untuk pulang,” bisik Son Ye Jin pelan, melonggarkan pelukan.

“Jam berapa sekarang?” suara Rain Bi terdengar malas.

“Hampir tengah malam.”

Pelukan Rain Bi terlepas dalam satu gerakan, lalu terdengar lenguhan dalam nada penuh keluhan. “Selarut itukah?”

“Ya,” jawab Son Ye Jin, sambil menekan tombol lampu. Kali ini Rain Bi tak menahan gerakan tangannya. Dan, cahaya membias terang.


“Mengapa waktu berlalu begitu cepat ketika bersamamu? Membuatku selalu kekurangan waktu, bagai orang yang dahaga.”

“Kalau begitu, pergilah ke kamar mandi. Hilangkan dahagamu dan mandilah yang bersih!”

“Mandi katamu? Tengah malam begini? Oh, terima kasih banyak,” tolak Rain Bi mentah-mentah, sembari meraih kemeja di sandaran kursi.

“Aroma tubuhku melekat di tubuhmu, itu bisa memancing kecurigaan Yoon Eun Hye,” Son Ye Jin memperingatkan.

Gerakan Rain Bi yang tengah mengenakan kemeja terhenti. Ia berpikir sesaat, lalu dilepasnya kemeja itu. “Apakah semua wanita hamil seperti itu?” keluhnya.

“Hidung dan telinganya mendadak berubah sedemikian peka sehingga bagaikan mengetahui semua yang kulakukan….” Lanjutnya.

Naluri wanita. Son Ye Jin berkata dalam hati. Atau naluri janin?

“Mungkin pembawaan bayi dalam kandungannya,” kata Son Ye Jin, tanpa nada.

“Ngidam maksudmu? Bisa jadi! Yoon Eun Hye jadi serba aneh akhir-akhir ini. Apa pun yang diinginkannya harus tersedia saat itu juga. Apa yang dia minta sekarang harus ada tanpa bisa ditunda lagi,” keluh Rain Bi, menumpahkan emosi.

“Kau tahu gaya ngidam-nya yang terbaru?”

Son Ye Jin menggeleng pelan. Sebetulnya hatinya nyeri setiap kali mendengar cerita tentang Yoon Eun Hye. “Dia ingin naik kapal pesiar ke Milton, melihat indahnya pulau Pandewa!”

“Oh, apa susahnya? Bukankah ada banyak kapal wisata ke sana?”

“Tapi sayang, lihat apa yang akan terjadi padaku! Tiga malam empat hari aku harus mendampingi Yoon Eun Hye di kapal! Kau kan tahu, semenjak hamil, dia rewel luar biasa ….”

“Itu kewajibanmu, bukan? Kehamilannya adalah ‘hasil karyamu’. Jadi, kenapa tidak kau coba menikmatinya sebagai bulan madu kedua?”

“Kalau boleh memilih, aku lebih suka berlayar bersamamu,” bisik Rain Bi, sembari merengkuh Son Ye Jin yang segera berkelit dan menepis rengkuhan pria itu.

“Sudahlah, cepat mandi, Rain Bi. Yoon Eun Hye sudah menunggumu di rumah….”

“Tunggu! Ini ide yang bagus! Aku sedang berpikir untuk membawamu serta dalam pelayaran itu,” kata Rain Bi, tertawa.

“Apa?” Son Ye Jin terlonjak.

“Kau ingin menjadikan aku dayang-dayang Yoon Eun Hye? Oh, please, Rain Bi, no way!”

“Dengarkan rencanaku,” kata Rain Bi, tampak berpikir keras. Sejurus kemudian ia berkata lagi, serius.

“Keikutsertaanmu harus dikemas rapi. Kau bisa tampil tanpa berpotensi dicemburui istriku,” Rain Bi menjelaskan penuh semangat.

“Caranya, harus ada seseorang yang mendampingimu, entah sebagai tunangan, pacar, atau apalah! Pokoknya, seseorang yang berperan sebagai pasanganmu!”

“Ide gila! “Jawab Son Ye Jin.

“Sama sekali tidak, Son Ye Jin. Ini justru ide cemerlang. Suatu permainan yang menggairahkan. Bayangkan, kita berlayar bersama, menikmati cahaya bulan purnama di laut lepas, wow!”

“Maaf, aku tidak tertarik. Lagi pula, pasti tidak akan ada temanku yang sudi ikut berperan sebagai pelengkap penderita dalam permainan sandiwara yang kau buat!” Son Ye Jin menolak jengkel.


“Tidak masalah. Aku sudah memiliki tokoh utama untuk kamuflase itu.”

Son Ye Jin tertegun. “Apa maksudmu?”

Rain Bi tersenyum lebar. “Tempo hari, ada seseorang yang kalah bertaruh. Dia berutang padaku dan aku tahu dia sedang tidak memiliki apa pun untuk membayarnya. Jadi, pasti dia mau melakukan apa saja untuk melunasi utangnya. Apalagi mendampingi gadis secantik dirimu, meskipun hanya sandiwara.”

“Rain Bi!”

“Jangan cemas, Son Ye Jin. Kau pasti tidak akan kecewa pada penampilannya. Dia tinggi dan tampan, kok. Kalau tidak demi rencana ini terlaksana, aku juga tidak akan rela melihatmu berdampingan dengannya. Apalagi memikirkan kalian harus tidur sekamar!” Rain Bi menggelengkan kepalanya.

“Cukup, Rain Bi! Hentikan khayalan gilamu itu!” bentak Son Ye Jin, habis kesabaran.

“Kau pikir aku ini apa? Menyuruhku berpasangan dengan pria yang tidak kukenal demi mendampingimu pesiar dengan istrimu?”

“Tapi Son Ye Jin, aku benar-benar ingin berlayar dan bercinta denganmu di bawah cahaya bulan. Kapan lagi kita akan mendapatkan kesempatan seperti ini?” Rain Bi merengek manja, seperti anak kecil.

“Kita bisa melakukannya kapan-kapan, Rain Bi. Hanya kita berdua,” ucap Son Ye Jin, tak tega mendengar keluhan Rain Bi.

“Tidak mungkin, Son Ye Jin. Kau kan tahu, semenjak hamil, Yoon Eun Hye tidak mengizinkanku pergi, ke luar kota sekalipun.”

“Tapi….”

“Sudahlah, kau tidak usah takut. Aktor kita ini bukan seorang pria yang berwatak nakal, apalagi terhadap wanita. Lagi pula, aku akan memberinya persyaratan yang sangat ketat, sehingga kujamin kau aman bersamanya. Dia pasti tidak berani melanggar persyaratanku. Selain itu, bukankah aku berada di kapal yang sama? Aku bisa segera berada di sisimu secepat yang kamu inginkan. I will be there for you Son Ye Jin!”

“Aku…,” Son Ye Jin ragu-ragu.

“Tenang saja. Besok akan kupesan tiket dan kita akan menikmati pelayaran ini seperti bulan madu pengantin baru. Ya?” bujuk Rain Bi, dengan tatapan manjanya.

Son Ye Jin mengerjapkan mata. Tatapan itu, mengapa ia selalu terjebak di dalamnya? Bagai mangsa yang terjaring laba-laba!


Hari Pertama

Seorang petugas kapal membantu Son Ye Jin menemukan kamarnya. Dengan sopan diketuknya pintu sebelum membuka pintu kamar. “Sudah ada yang menunggu Ibu di dalam, silakan….”

Langkah Son Ye Jin terhenti di ambang pintu. Keraguan mendadak menguasainya. Dia menyadari, bahwa ia tidak berlayar sendirian. Son Ye Jin tidak menempati sebuah private room, melainkan kamar umum. Ya, di kapal ini, statusnya adalah menjadi ‘tunangan’ seseorang. Dan, seseorang itu sosok yang asing baginya. Sekadar namanya pun ia tak tahu. Son Ye Jin sendiri merasa heran pada dirinya. Mengapa akhirnya ia mau saja menerima bujukan Rain Bi, menjalankan ide gila di dalam kapal pesiar ini! Maka, ketika sosok itu muncul di depannya, Son Ye Jin tertegun dalam kegamangan yang luar biasa.

Pria itu berdiri di sisi jendela. Tubuhnya tinggi seperti yang digambarkan Rain Bi. Rambutnya tertata rapi. Sebuah ransel masih menggantung di pundaknya. Rupanya, meskipun sudah lama berada di kamar, dia belum juga berbenah. Apakah ia merasakan kegamangan yang sama?

Son Ye Jin menarik napas, menghimpun kekuatan. Sengaja dibuatnya suara yang sedikit gaduh, seirama hentakan sepatunya di dek kapal. Ternyata berhasil. Kehadirannya membuat pria itu berbalik dan menoleh kepadanya.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar