Sabtu, 04 September 2010

Jejoongwon (Episode 35)

Hwang Jung membaca kembali puisi yang dituliskan Jenderal Huh Wi untuknya.

Do Yang masuk ke ruangan. "Apa ini?" tanyanya ketika melihat kertas yang dipegang Hwang Jung. Ia membacanya dan tersenyum. "Aku jadi ingat kata-kata terakhir Dr. Heron." katanya. "Ia berkata bahwa ia

ingin mencintai Korea lebih dalam. Ia ingin mencintai pasiennya lebih ketimbang mengobati mereka. Kurasa guru-guru kita orang yang sangat hebat."

"Ya." ujar Hwang Jung setuju. "Seseorang sepertiku tidak bisa dibandingkan dengan mereka."

Do Yang menggeleng. "Kau berbeda." katanya. "Seorang dokter yang hebat tidak akan memilih untuk menjadi dokter yang hebat, tapi di dipilih."

"Dipilih?"

"Ya." jawab Do Yang. "Kelihatannya, orang yang menulis puisi itu sudah memilihmu." Do Yang melihat Hwang Jung. "Apa ada sesuatu yang mengganggumu?"

Hwang Jung diam. Ia kembali ke kamarnya dan berpikir.

Keesokkan harinya, Hwang Jung memeriksa Raja. Mendadak, para prajurit Jepang datang.

"Yang Mulia, semuanya sudah siap." kata prajurit. "Jenderal Ito Hirobumi sudah menunggumu untuk melepaskan tahta pada putramu."

"Kapan aku setuju untuk turun tahta?" tanya Raja.

"Aku tidak akan menduduki tahta sekarang!" seru Putra Mahkota. "Pergi sekarang juga!"

"Kau tidak ingin pergi?" tanya prajurit, mengancam.

"Yang Mulia sudah menyuruhmu pergi!" seru Hwang Jung. "Pelepasan tahta adalah peristiwa besar bagi kami! Beraninya orang asing memerintahkan apa yang harus kami lakukan!"

"Kau tidak ingin melepaskan tahta?" tanya prajurit, tidak memedulikan Hwang Jung. "Kalau begitu, kami akan menggunakan pengganti untuk melaksanakan pelepasan tahta."

Dengan seenaknya, Duta Jepang dan kroni-kroninya membacakan pidato seakan-akan dia adalah wakil Raja. Duta Jepang mengatakan dalam pidatonya bahwa ia akan menurunkan tahta pada Putra Mahkota. Mereka memaksa kasim istana untuk membawa stempel kerajaan untuk mengesahkan pidato tersebut.

Kasim menangis.

Hwang Jung tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berdiri diam dan memandang dengan marah.

Hwang Jung menemui Allen.

"Aku merasa aku melakukan sebuah kesalahan besar." kata Hwang Jung. "Semua orang bergabung dengan pasukan pejuang, tapi aku malah menolak menjadi pemimpin pasukan karena ingin melindungi Jejoongwon. Aku menyesali keputusanku. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan."

"Hanya kaulah yang bisa menjawab itu." kata Allen. Ia mengatakan pada Hwang Jung agar tidak terlalu khawatir karena seseorang memiliki takdirnya sendiri walau saat ini terasa sulit. Jika waktunya tiba, Hwang Jung akan sadar apa takdir yang harus dijalaninya.

Pihak Jepang melakukan program intensif untuk melindungi warga dan prajurit mereka dari penyakit, salah satunya adalah dengan memeriksa wanita-wanita penghibur.

Alih-alih memeriksa, Kim Don dan Suzuki memerintahkan para wanita melepas pakaiannya agar mereka bisa memeriksa para wanita itu secara keseluruhan. Wanita penghibur Jepang setuju saja, tapi wanita penghibur Korea tidak mau.

Wanita penghibur Korea datang ke Jejoongwon dalam keadaan babak-belur karena dipukuli. Mereka bercerita bahwa mereka dipaksa membuka pakaian dan diseret ke ruang pemeriksaan. Namun karena para wanita melawan, orang-orang Jepang memukuli mereka habis-habisan.

Miryung menangis melihat teman-temannya.

"Kita tidak boleh membiarkan ini." kata Hwang Jung.

"Kita harus melakukan sesuatu." kata Seok Ran, setuju. "Mereka memiliki maksud tersembunyi dan cara mereka sangat tidak berprikemanusiaan."

Ketika Seok Ran dan Seung Yeon sedang memeriksa pasien wanita di rumah sakit Bogu, Kim dan dan Sato datang. Mereka membuat keributan dengan mengatakan bahwa Bogu mencuri pasien mereka.

Seok Ran melawan. "Semua pasien disini datang dengan kemauan mereka sendiri." katanya. "Lalu apa masalahnya?"

"Ternyata Korea punya wanita yang cerdas juga." kata Sato, mendekati Seok Ran.

"Ini adalah wanita yang tidak bisa dimiliki Baek Do Yang." kata Kim Don.

"Begitu?" Sato mengangkat tangannya untuk menyentuh dagu Seok Ran. Seok Ran menghempaskannya dengan kasar. Sato tertawa. "Baek Do Yang punya selera yang bagus pada wanita. Katakan pada Baek Do Yang bahwa Sato ingin bertemu dengannya."

Sato dan Kim Don berjalan pergi.

Tidak lama kemudian Hwang Jung datang. "Ada apa?" tanyanya. "Aku baru saja melihat Kim Don pergi."

Di Jejoongwon, seorang pasien datang. Ia merintih-rintih karena wasirnya sakit. Mong Chong memapahnya.

"Pengelola Oh! Ini keponakanmu!" kata Mong Chong panik.

Orang itu memberikan pandangan penuh arti pada Chung Hwan.

"Keponakan?" tanya Chung Hwan heran, tapi kemudian ia mengerti. "Ah, Chushik! Ayo cepat masuk!"

"Apa kau sudah mendengar mengenai penurunan tahta?" tanya Chushik. Entah Chushik ini nama asli atau nama palsu. "Dr. Hwang, disaat seperti ini, seseorang sepertimu harus maju. Jika kau memimpin pasukan, akan lebih banyak lagi yang bergabung."

Hwang Jung diam.

"Sepertinya akan sulit." kata Chushik, melihat ekspresi Hwang Jung. "Aku akan menganggap jawabanmu 'tidak'. Aku pergi."

"Tunggu." panggil Hwang Jung. "Tolong tunggu sebentar. Berikan aku waktu beberapa hari untuk berpikir. Aku harus merundingkan ini dengan seseorang terlebih dahulu."

"Ya." kata Chushik.

Dua orang wanita datang ke RS Bogu untuk berkonsultasi. Mereka menderita bintik-bintik ditubuh setelah memakan obat yang diberikan RS Hansung.

"Bisakah aku lihat obat itu?" tanya Seok Ran.

Kedua wanita memberikan obat yang sama. Sebuah pil berwarna merah.

Seok Ran berpikir sebentar, kemudian membawa obat itu ke Jejoongwon.

"Ini antibiotik yang dikembangkan di Jepang." kata Do Yang. "Antibiotik ini sangat efektif, tapi kemudian dilarang karena menimbulkan efek negatif pada sistem pencernaan dan ginjal."

"Lalu kenapa mereka menggunakannya disini?" tanya Seok Ran.

"Sepertinya ini adalah pengembangan dari antibiotik itu." jawab Do Yang. "Mereka pasti berpikir akan sia-sia jika dibuang begitu saja." Do Yang menambahkan bahwa teman sekelasnya yang mengembangkan obat tersebut bernama Sato.

Seok Ran baru teringat bahwa Sato mengatakan ia ingin menemui Do Yang. Do Yang memutuskan untuk datang menemui Sato, sementara Seok Ran dan Hwang Jung pergi ke rumah sakit lain untuk memboikot obat antibiotik Hansung.

Do Yang datang ke Hansung. Ia masuk ke ruangan Sato dan meletakkan obat dengan kasar di atas meja.

"Kau yang memberi resep antibiotik ini, bukan?" tanyanya. "Ini antibiotik terlarang!"

"Kau tahu antibiotik ini. Tapi ini berbeda dengan yang kau ingat." kata Sati dengan sikap menyebalkan.

"Mungkin ini produk pengembangan." kata Do Yang. "Tapi apakah ini lolos klinikal tes?"

"Kami sedang melakukan klinikal tes." jawab Sato.

"Dengan siapa? Dengan pasien yang datang kemari?" tanya Do Yang tajam. "Jika kau memberi resep obat ini lagi, aku tidak akan melepaskanmu." Do Yang berjalan pergi.

"Tunggu!" teriak Sato. "Aku yakin kau sudah tahu bahwa Naoko kembali ke Jepang sebagai ganti nyawamu."

Do Yang terkejut.

"Apa aku membuatmu terkejut?" tanya Sato sinis. "Tapi sekarang, nyawamu tidak bisa lagi dilindungi. Aku memperingatkanmu. Jika kau berani datang kemari lagi, kau akan mati tanpa diketahui oleh siapapun." ancamnya.

Do Yang kembali ke Jejoongwon dengan sedih, memandang tumpukan surat Naoko yang datang dari Jepang.

Setelah mengetahui bahwa pihak Agency Kesehatan melakukan hubungan dengan rumah sakit lain, memboikot obat yang diberikan Hansung dan merawat para wanita penghibur, Duta Jepang sangat marah, "Kita tidak boleh membiarkan itu." katanya. "Siapa yang memimpin mereka?"

"Hwang Jung." jawab Watanabe.

"Tentu saja." kata Duta Besar. "Orang seperti dia hanya akan membuat kita pusing jika terus dibiarkan hidup. Aku akan menangkap dia secepatnya. Kondo! Pergi dan tangkap Hwang Jung sekarang juga!"

Oh, ternyata nama prajurit Jepang yang super menyebalkan itu adalah Kondo. "Ya!" serunya.

Hwang Jung menceritakan pada Seok Ran bahwa Chushik datang menemuinya dan memintanya bergabung dengan pasukan pejuang.

Seok Ran tersenyum. "Apakah sulit untuk menolak mereka lagi?" tanyanya pelan. "Aku mengerti mengapa mereka memilihmu. Apa kau tahu? Kau seperti lilin. Saat gelap di gunung, sebuah lilin bisa membantumu menemukan jalan pulang. Tidak peduli seberapa gelap, semua orang akan mengikuti cahaya lilin. Tapi, lilin itu membakar dirinya sendiri. Ia tidak sadar bagaimana ia lenyap dan kesakitan. Bergabunglah dengan pasukan pejuang. Jika kau ragu karena aku, tapi ada banyak alasan lain untukmu bergabung."

Tidak lama kemudian, beberapa pasukan jepang muncul di restoran dan menangkap Hwang Jung.

Hwang Jung dibawa ke penjara.

Watanabe melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada Tuan Yoo. Ia menggunakan alat setrum untuk membuat Hwang Jung mengakui hubungannya dengan pasukan pejuang.

"Katakan siapa taman-temanmu." kata Kondo.

Hwang Jung tertawa. "Kau menyuruhku mengarang cerita?" tanyanya tanpa rasa takut.

Watanabe mulai menyiksa Hwang Jung habis-habisan.

Dengan bantuan Allen, pihak Jejoongwon berniat mempublikasikan klinikal tes terlarang yang dilakukan Hansung lewat sebuah surat kabar bernama Daehan. Mereka menyangkutkan hal tersebut dengan penangkapan Hwang Jung. Dengan begitu, mereka berharap Hwang Jung bisa dibebaskan.

Setelah disiksa, Hwang Jung dimasukkan ke kamar tawanan. Disana, ada dia orang tawanan lagi. Sato dan Suzuki menyuruhnya meminum obat. Hwang Jung melihat obat itu. Itu adalah pil merah antibiotik yang diberikan Hansung pada pasien.

Hwang Jung berpura-pura meminumnya, namun kemudian mengeluarkannya lagi setelah Sato dan Suzuki pergi.

Nyonya Yoo sangat sedih dan frustasi mendengar calon menantunya ditangkap.

"Kenapa nasib kita begitu buruk?" tanyanya pada Seok Ran. "Mulanya ayahmu, sekarang calon menantuku."

"Ibu, semuanya akan baik-baik saja." ujar Seok Ran, mencoba menenangkan.

"Kau tahu betapa kejamnya Jepang!" seru Nyonya Yoo. "Kau pikir mereka akan melepaskannya dengan mudah?"

Mendadak Mak Saeng datang. Ia menenangkan Seok Ran dan Nyonya Yoo bahwa Hwang Jung pasti akan baik-baik saja.

Keesokkan harinya, artikel di surat kabar mengenai obat antibiotik Hansung terbit. Pihak Jejoongwon penuh harap, sementara pihak Jepang mencak-mencak mengatakan bahwa berita tersebut salah. Duta Jepang memanggil para wartawan untuk mewawancarainya. Selain itu, ia juga menyogok mereka dengan amplop berisi uang.

"Kita lihat saja bagaimana usaha mereka untuk mengeluarkan Hwang Jung." kata Duta Jepang pada Kim Don. "Hwang Jung harus mati. Dengan begitu, pasukan pejuang tidak akan bisa berbuat apa-apa."

Beberapa saat kemudian, telepon berdering. Duta Jepang mengangkatnya.

Akhirnya Hwang Jung dibebaskan. Jang Geun memeriksa Hwang Jung. Beruntung luka Hwang Jung tidak terlalu parah.

Setelah keluar dari kamar Hwang Jung, Do Yang berjalan-jalan di Jejoongwon.

"Pada kekasihku, Do Yang-sama." Do Yang teringat isi surat Naoko. "Kau tidak akan tahu berapa banyak aku berusaha lari dari rumah karena merindukanmu. Tapi mereka selalu bisa menangkapku sebelum aku naik ke kapal." Naoko bercerita bahwa ia memohon-mohon pada ayahnya agar ayahnya membebaskan teman Do Yang (Hwang Jung). Sebagai gantinya, Naoko terpaksa berjanji akan berusaha melupakan Do Yang.

Ternyata, yang menyelamatkan Hwang Jung adalah Naoko.

"Do Yang-sama, aku sangat mencintaimu. Tapi sekarang, aku harus melupakanmu. Aku harus meninggalkanmu agar kau bisa terus melanjutkan hidup."

Ayah Naoko menghancurkan cincin pemberian Do Yang.

"Tolong lupakan aku juga."

Do Yang menatap hampa ke langit. I think he fells so lonely..

Seok Ran merawat Hwang Jung.

"Maafkan aku karena telah membuatmu cemas." kata Hwang Jung, tersenyum menenangkan.

Seok Ran hampir menangis. "Aku berpikir berulang-ulang selama kau berada di penjara." katanya. "Aku berpikir mengenai berapa banyak waktu yang bisa kita miliki bersama di dunia ini. Aku ingin menikah. Lebih cepat lebih baik."

"Aku... sudah memutuskan untuk bergabung dengan pasukan pejuang." kata Hwang Jung.

"Aku tidak peduli apakah kau dokter atau prajurit. Aku tahu apa yang kau takutkan, tapi itu tidak penting."

"Aku merasakan hal yang sama." kata Hwang Jung. "Kau sudah menunggu sangat lama, bukan? Aku minta maaf."

Seok Ran menangis. Hwang Jung mengusap air mata Seok Ran, kemudian memeluknya.

Keesokkan harinya, Hwang Jung menuliskan namanya di kertas rahasia. Kertas tersebut berisi nama-nama para pemimpin pasukan pejuang.

Nyonya Yoo sangat senang dan terharu mengetahui bahwa Seok Ran dan Hwang Jung akan menikah. "Jika ayahmu disini, ia pasti akan sangat senang." katanya seraya memeluk putrinya.

Hwang Jung memberitahukan pada teman-temannya bahwa ia akan menikah dan butuh pendamping. Gwak dan Jang Geun saling berebut.

"Aku sudah mengenal dia sejak bayi!" seru Gwak.

"Aku teman sekamarnya!" seru Jang Geun. "Kami bahkan berlatih napas buatan bersama."

Nang Rang dan Miryung melongo.

"Itu menjijikkan!" seru Nang Rang.

"Akan kuadukan pada Dr. Yoo." kata Miryung.

Do Yang masuk ke ruangan itu. "Yang menjadi pendamping Dr. Hwang pasti aku." katanya percaya diri. "Dia temanku dan aku sudah mengenal Seok Ran bertahun-tahun. Tentu saja aku."

Gwak dan Jang Geun tersenyum. Tentu saja mereka tidak bisa mengalahkan Do Yang. "Itu bagus." kata mereka.

Hari pernikahan Seok Ran dan Hwang Jung.

Pihak Jejoongwon sibuk mempersiapkan pernikahan.

Kondo menemukan sebuah kertas di saku tahanan yang ia tangkap. Kertas tersebut adalah kertas nama-nama pemimpin pasukan pejuang.

"Coba lihat disini." kata Kondo.

"Hwang Jung?" gumam Duta Jepang. "Jadi dia memang salah satu prajurit pejuang? Dimana dia?"

"Ada pernikahan di Jejoongwon hari ini."

"Bagus." kata Duta Jepang. "Tangkap dia saat pernikahan itu. Aku akan datang sendiri ke sana."

Di rumahnya, Nyonya Yoo dan Mak Saeng membantu Seok Ran berdandan. Hwang Jung masuk ke dalam dan terpana melihat Seok Ran.

Di Jejoongwon.

"Dr. Baek, orang-orang Jepang di luar bertingkah aneh." kata Mong Chong cemas. "Aku punya firasat aneh bahwa pernikahan ini akan hancur. Biasanya hanya ada satu orang disini, tapi sekarang ada empat."

"Mungkin mereka ingin mengawasi tamu." kata Do Yang.

Tidak lama kemudian, Chung Hwan datang. Ia mengajak Do Yang bicara dengannya di dalam.

"Apa?!" seru Do Yang. "Dr. Hwang adalah pemimpin pasukan pejuang?!"

"Ssshhh... pelankan suaramu." kata Chung Hwan. "Ia menggantikan Tuan Yoo. Apakah kita harus menunda pernikahan hari ini?"

"Jika pernikahan ditunda, maka pernikahan mungkin tidak akan bisa diselenggarakan lagi." tolak Do Yang. "Penundaan pernikahan, hanya akan memperlihatkan bahwa kita takut pada Jepang. Kita harus mencegah dia agar tidak ditangkap."

"Bagaimana?" tanya Mong Chong.

Do Yang tersenyum.

Hwang Jung dan Seok Ran berangkat dari rumah keluarga Yoo.

Chung Hwan dan Do Yang menyiapkan jebakan untuk pihak Jepang. Mereka memanggil Chung Hwan dan Miryung.

"Bukankah mereka terlihat bagus bersama?" tanya Chung Hwan datar.

Pernikahan di Jejoongwon dimulai. Dr. Avison membacakan pidato pernikahan.

Di luar, pihak Jepang sudah bersiaga dan langsung masuk. Do Yang tersenyum tipis.

"Apa maksudnya ini?!" seru Chung Hwan pada Duta Jepang dan prajuritnya. "Kenapa kalian mengganggu acara pernikahan?!"

Chung Hwan dan yang lainnya berusaha menahan pihak Jepang.

Kondo dan para prajuritnya mengeluarkan pedang mereka. Tamu ketakutan.

"Hwang Jung, kau ditangkap!" seru Kondo seraya menarik pengantin pria.

Pengantin pria itu menoleh. Ternyata Gwak dan pengantinnya, Miryung. "Ada apa?" tanyanya polos. "Aku bukan Hwang Jung. Namaku Lee Gwak."

"Kau pasti salah." kata Do Yang. "Pernikahan Hwang Jung ditunda."

"Lalu, dimana Hwang Jung?" tanya Duta Jepang.

"Aku tidak yakin." jawab Do Yang tenang. "Kenapa kau ingin mencarinya?"

Duta Jepang merasa dibodohi. Ia memerintahkan Kondo untuk menggeledak Jejoongwon mancari Hwang Jung.

"Silahkan, cari saja sebanyak yang kalian mau." kata Chung Hwan. Ia menoleh pada Gwak dan Miryung. "Kau terlihat bagus, Gwak."

Gwak tertawa senang pada Miryung.

Miryung kesal.

Duta Jepang marah besar. "Aku akan menangkap Hwang Jung apapun yang terjadi!" teriaknya.

Di sebuah gereja kecil di gunung, Hwang Jung dan Seok Ran bersiap menikah.

Allenlah yang akan menjadi penghulu mereka. Saat Allen baru mengucapkan beberapa kalian, terdengar ketukan kasar dari pintu gereja.

Hwang Jung dan Seok Ran menoleh terkejut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar