Selasa, 06 Juli 2010

Fajar Telah Merekah

Title : Fajar Telah Merekah
Author : Sweety Qliquers
Genre : Romance 17+
Production : www.rainlovers86.blogspot.com
Production Date : 15 Mei 2010 – 11.20 AM
Cast :
Rain Bi as Lee Young Jae
* Kekasih Han Ji Eun
* Shock berat setelah mengetahui kekasih yang dicintainya-Han Ji Eun mengalami kecelakaan dan lumpuh
* Akhirnya Lee Young Jae menyadari bahwa cinta itu masalah hati bukan hanya sekedar fisik belaka

Song Hye Gyo as Han Ji Eun
* Seorang gadis energik, lincah dan pemberani
* Kekasih sekaligus teman mendaki gunung Lee Young Jae
* Merasa kasihan pada Lee Young Jae karena harus memiliki kekasih seperti dirinya, seorang gadis cacat yang lumpuh karena sebuah kecelakaan


Fajar Telah Merekah
(SQ86`Story)

Pipi tirus itu telah basah. Aliran bening menyapu bedak yang memolesnya. Lee Young Jae melihat pemandangan itu dengan hati galau. Kecewa dan rasa tak percaya menghimpitnya. Betapa tidak, Han Ji Eun gadis yang selama ini begitu dipujanya kini menjadi seorang gadis lumpuh. Gadis yang lemah, tak berdaya. Yang tak mungkin lagi diajak menelusuri gunung-gunung tinggi. Ji Eun yang energik, yang lincah dan pemberani seperti lenyap. Yang ada hanyalah seorang gadis cacat!

Akh! Young Jae tak tahu harus berbuat apa. Ia begitu kecewa, sangat kecewa. Ia tak mengerti, mengapa kecelakaan itu harus merenggut sepasang kaki Ji Eun? Mengapa bukan kaki Go Ah Ra yang lebih suka naik mobil daripada jalan kaki ke manapun ia pergi? Atau kaki Gook Ji Yun yang anti naik gunung? Mengapa harus Ji Eun?

"Young Jae... " Suara lirih Ji Eun menyentakkan Young Jae. Young Jae menatap mata bening Keysha tanpa menjawab.

"Kau kecewa dengan keadaanku?" tanya Ji Eun hampir tak terdengar.

"Aku tidak tahu," jawab Young Jae, lesu.

"Aku tahu apa yang tersimpan di hatimu, Young Jae. Aku mengerti perasaanmu," ujar Ji Eun masih dengan suara lirih. Young Jae diam. Mengarahkan pandangan ke luar. Memperhatikan bunga sepatu yang tertanam rapi di halaman rumah Ji Eun.

"Aku rasa," kata Ji Eun lagi, "kita harus berpisah. Aku tidak mungkin kembali seperti dulu. Dan... aku tidak cocok untuk seorang Young Jae yang raja gunung." Meski hati kecilnya masih mencintai Young Jae, tapi Ji Eun memaksakan diri untuk mengucapkan kata-kata itu. Gadis itu berusaha kukuh, berusaha untuk tidak menangis lagi. Ia tak ingin menjadi gadis cengeng hanya karena sebuah keputusan yang diucapkannya sendiri. Kendati tadi ia telah menunjukkan kecengengannya, yang timbul karena rasa iba pada dirinya.

Young Jae terhenyak mendengar ucapan Ji Eun. Tak pernah disangkanya kalau Ji Eun bisa mengambil keputusan itu. Sepertinya, ia tahu apa yang berkecamuk di benak Young Jae.

Ah, keresahan bagai menyerbu Young Jae. Dia masih mencintai Ji Eun tapi... rasanya ia tak dapat membayangkan akan seperti apa hubungan mereka nanti? Ada jarak yang memisahkan mereka, Yah. bagaimana mungkin Ji Eun yang lumpuh, dapat meniti hari bersamanya, seorang pemuda yang selalu ingin bergerak?

"Ji Eun, aku tidak ingin melukai hatimu," ujar Young Jae kemudian.

"Siapa yang terluka, Young Jae? Kita berpisah baik-baik bukan?" Nada suara Ji Eun, tenang. Padahal dalam hati seribu jarum menghujamnya.

"Jangan ucapkan kalimat itu lagi, Ji Eun." Young Jae menukas. "Aku kemari bukan untuk disuguhi kepahitan. Tapi aku ingin melihatmu, menikmati senyummu dan... "

"Apa lagi yang kau lihat pada diriku, Young Jae? Kakiku yang cacat ini? Oh, kau tidak usah menghiburku, Young Jae. Aku tahu apa yang kau rasakan. Kau kecewa 'kan? “ sergah Ji Eun.

"Ji Eun, kau jangan berprasangka begitu."

"Aku melihat kenyataannya, Young Jae. Aku merasakan tatapanmu yang memendam sejuta kecewa. "

"Akh, sudahlah Ji Eun. Lebih baik kita bicara soal lain saja.” Young Jae kehabisan kata.

"Aku tak mau bicara soal, apapun kecuali hubungan kita!" Ji Eun bersikeras pada keinginannya. Seperti Young Jae, ia pun kecewa. Kecewa pada sikap Young Jae. Bayangannya selama ini sirnah. Young Jae tidak merengkuhnya, tidak menghiburnya. Dia hanya memandangi Ji Eun dengan sinar mata kecewa. Ah, jadi Young Jae hanya mencintai fisiknya. Mencintai kakinya. Padahal dia ingin Young Jae menerima dirinya seperti dulu. Tapi ini... oh, Ji Eun melihat ada yang lain dalam tatapan Young Jae. Keceriaannya, kehangatannya bagai menguap entah kemana. Barangkali itulah yang mendesak air matanya untuk keluar. Rasa sedih dan kecewa.

"Ji Eun, aku tidak ingin bertengkar. Pikiranmu sedang kalut dan tampaknya kehadiranku akan menambah kacau suasana. Aku permisi dulu." Young Jae bangkit dari duduknya. Menatap Ji Eun sejenak lalu melangkah gontai.

***

Malam telah larut. Sebentar lagi hari akan berganti. Young Jae merebahkan tubuhnya menghadap dinding. Sepanjang malam ia tak dapat memejamkan matanya. Kata-kata dan sikap Ji Eun tadi sore telah menimbulkan kecamuk yang mengusir rasa kantuk. Sungguh, ia tak mengerti mengapa Ji Eun mendadak ingin memutuskan hubungan? Mungkinkah karena sikapku sendiri? batinnya.

Memang, sejak kecelakaan lalu lintas yang dialami Ji Eun, baru hari inilah Young Jae datang menjenguk. Karena kecelakaan itu terjadi di Incheon dan Young Jae sengaja tidak diberitahu. Ji Eun tak ingin mengganggu konsentrasi Young Jae yang tengah menghadapi Ujian akhir. Hingga ujian usai dan Ji Eun kembali ke Seoul, barulah kabar kecelakaan itu diberitahu.

Dan, Young Jae yang mengira Ji Eun tidak mengalami cedera datang dengan hati diliputi kerinduan. Tetapi... betapa terkejutnya ia menyaksikan siapa yang duduk di kursi roda. Selaksa kecewa seketika menyerbunya, membuatnya lupa bagaimana seharusnya sikap seorang kekasih melihat musibah yang dialami gadisnya. Young Jae hanya memandangi Ji Eun dengan kecewa. Rasa egonya telah membekukan bibirnya., Ya, ia merasa Ji Eun tak akan lagi bisa menemaninya, bercanda dengannya seperti dulu. Apalagi bersamanya mendaki gunung.

Betapa egoisnya aku, bisik hati Young Jae penuh sesal. Semestinya, aku tidak menunjukkan kekecewaanku. Ah, pantas Ji Eun menginginkan hubungan itu putus. Seharusnya aku menghibur dan memberi kecupan atau merengkuhnya. Ia butuh perhatianku.

Lama, Young Jae merenungi sikapnya. Tidak, aku tidak mau memutuskan tali kasih itu hanya karena kelumpuhannya. Ji Eun adalah Ji Eun. Seperti apapun keadaannya, dia tetap gadisku. Kekasihku. Berpikir begitu, Young Jae meraih Handphone yang tergeletak di meja kecil bersebelahan dengan peraduannya. Lalu ditekannya tombol angka.

"Hallo... " terdengar suara Ji Eun yang mengantuk.

"Hallo, Ji Eun. Ini Young Jae."

"Young Jae, ada apa?"

"Tidak ada apa-apa. Aku cuma ingin mengucapkan kalau aku tetap mencintaimu apapun yang terjadi. "

“Young Jae…..”

“Tidur yang nyenyak Ji Eun. Besok pagi aku akan datang. "

"Ini sudah pagi, Young Jae."

"O, iya, kalau begitu selamat pagi, Ji Eun manis."

“Young Jae... "

Tapi, Young Jae sudah mematikan Handphonenya. Ada senyum tersungging di bibirnya. Diluar sana Fajar telah merekah. Seperti cinta Lee Young Jae pada Han Ji Eun...

***

Fajar Untukmu
Mendung hari ini begitu terasa genting
Aku menatap waktu yang terus berputar…
Tapi aku di butakan oleh sinar fajar mentari yang terus kau pancarkan buatku…

Fajar… Aku disini tetap menantimu…
Menantimu menyambut tanganku ini…
Fajar… Aku memintamu meminangku nanti hingga aku menjadi kekasihmu …

Tapi aku ingin miliki hatimu dulu sebelum ragamu…
Lewat puisi ini aku ingin kau membacanya…

(Lee Young Jae & Han Ji Eun)


TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.rainlovers86.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar