Selasa, 06 Juli 2010

Catatan Di Ujung Senja

Title : Catatan Di Ujung Senja
Author : Sweety Qliquers
Genre : Romance 17+
Production : www.rainlovers86.blogspot.com
Production Date : 24 Mei 2010 – 11.11 AM
Cast :
Yoon Eun Hye as Park Soo Jin
* Kekasih Jung Ji Hoon
* Merasa kecewa pada kekasihnya-Jung Ji Hoon, karena menodai kepercayaan yang telah diberikan Park Soo Jin Pada Jung Ji Hoon

Zac Efron as Jung Ji Hoon
* Kekasih Park Soo Jin
* Merasa bersalah karena telah melakukan sesuatu yang tak pantas pada kekasihnya-Park Soo Jin



Catatan Di Ujung Senja
(Sweety Qliquers)

Senja hampir berakhir, Jung Ji Hoon. Ketika kugoreskan pena di atas kertas putih ini. Langit semakin membiru tua. Tirai malam sebentar lagi diturunkan dan bayu senja kian terasa dingin menerpa kulit. Namun masih ada yang lebih dingin. Lebih dari segala yang dingin. Hati ini, ya hati ini telah beku. Dia tak mungkin mencair oleh bara apapun. Tidak akan! Kendati mata ini masih kerap berkaca oleh rasa kecewa yang amat pekat. Oleh selaksa benci yang kau cipta.

Episode itu, Ji Hoon… takkan mungkin pupus begitu saja dari benakku. Terlalu menyakitkan. Sekaligus menebas dinding hati ini hingga terbelah dan berdarah. Amat perih! Ia tak pernah akan sembuh dengan sejuta kata maaf. Tidak akan pernah. Luka itu teramat parah. Ia telah menjalari seluruh tubuhku.

Sepasang kaki yang sering membawaku menikmati kencan-kencan denganmu akan berlari menjauh, menghindarimu. Sejoli pipi tempat singgah kecupan lembutmu tak lagi sudi kau sentuh. Mata inipun akan memejam, enggan menatapmu. Semuanya…. semua anggota tubuhku telah menolakmu.

Akh, kadang aku berpikir, mengapa mesti ada pertemuan di antara kita? Mengapa pertemuan itu mesti menumbuhkan getar aneh di hatiku? Mengapa kaupun menyimpan getar yang senada? Dan mengapa getar hati kita saling menyatu? Inikah yang disebut jodoh? Entahlah….

Ji Hoon, sebelum senja benar-benar lelap, aku ingin memutar lagi episode kelam itu. Walaupun aku tahu itu berarti menambah perih luka di dalam sini. Tapi biarlah, karena pada saat kau baca catatan ini, mungkin aku telah pergi ke negeri bersalju. Di sana, akan kutepis jauh-jauh kenangan manis kita yang telah kau bubuhi racun. Kalau mungkin, rasanya aku ingin mencuci otakku bersih-bersih agar aku tak ingat lagi pada seorang pemuda bernama Jung Ji Hoon. Agar aku benar-benar lupa pada kebusukan yang terselubung rapat di balik ketampananmu.

Pesta pergantian tahun memang selalu memberi kesempatan bagi insan muda yang gemar hura-hura. Aku dan kau termasuk salah satu dari mereka. Kita nikmati menit demi menit menuju tahun yang baru dengan canda bersama teman-teman. Dengan aneka penganan, dengan petikan gitar dan hangatnya api unggun, kita berdendang dan bertepuk tangan.

Hingga tibalah saat yang kita nanti. Bunyi petasan dan nyala kembang api mengiringi berlalunya tahun yang lama dan menyongsong tahun baru. Acara bersama pun diakhiri dengan jabat tangan dan saling ucap : Selamat Tahun Baru.

“Selamat tahun baru, sayang…,” katamu lembut di antara riuhnya kawan-kawan yang saling bersalaman. Dengan hangat, kau jabat tangan kananku.

“Selamat tahun baru juga,” sahutku tersenyum bahagia. Tahukah kau saat itu aku merasa bahagia sekali karena tak terasa temali kasih kita telah berjalan satu tahun lamanya. Aku merasa bersyukur dan berterima kasih padaNya, yang telah memberikan seorang kekasih sebaik dirimu. Dalam relung kalbuku menyembul rasa haru berbaur sukacita. Matapun berkabut.

“Mengapa kau menangis?” Perlahan, kau menghapus air bening yang bergulir di mataku.

“Aku bahagia, Ji Hoon..,” Ujarku tersendat.

“Aku juga, “ desahmu sambil menggandeng tanganku.

Berdua kita melangkah menjauhi teman-teman, menuju rimbunan pohon-pohon.

“Tidak terasa ya, usia cinta kita sudah satu tahun,” Katamu menghentikan langkah. Aku ikut berhenti. Lalu mata kita bertemu. Kulihat pijar cinta di matamu, menatapku mesra.

“Aku mencintaimu, “ Bisikmu lirih seraya mengecup pipiku dan merengkuhku lembut. Aku tak mampu berkata-kata. Kuletakkan kepalaku di bahu tegapmu. Tangan kekarmu membelai rambutku penuh sayang.

“Aku tak mau berpisah denganmu. Sedetikpun …,” Tiba-tiba kau merenggangkan pelukanmu dan oh….kau mengecup bibirku. Aku terkejut. Belum pernah kau melakukan itu selama kita membina cinta.

“Aku sangat menyayangimu,” desismu tepat di telingaku. Mata kelammu mendadak redup. Kembali sebuah kecupan singgah di bibirku. Aku ingin mencegah kecupan berikutnya tetapi kedua tanganmu telah mendekapku erat sekali. Dan…kau kian menggila mengecupku. Bukan….ini bukan kecupan lagi, tapi ciuman…yang …oh, my God…mengapa kau mendadak kasar begini? Pelukanmu tidak lembut lagi. Bibirmu…astaga…aku seperti diingatkan sesuatu.

“Lepaskan….,” Sekuat tenaga aku mendorong tubuhmu. Namun kau semakin kuat memelukku. Tanganmu semakin nakal. Keringat dinginpun mengucur deras di tubuhku. Aku harus melepaskan diri. Kalau perlu dengan….Ciaaat!! Akhirnya dengan satu bantingan, tubuhmu terlempar ke belakang. Terpaksa, aku menggunakan ilmu bela diriku, Ji Hoon.

“Aku tak menyangka sama sekali.” Desisku tanpa merasa iba melihat kau berusaha bangkit. “Ternyata kau tak lebih dari serigala berbulu domba. Kau…..bajingan…!” Aku memakimu dan berlari meninggalkanmu dengan hati terluka.

Tak kupedulikan panggilanmu, juga tatapan teman-teman yang menyimpan rasa heran. Aku terus berlari. Berlari membawa luka di hati.

Ji Hoon, kau tentu masih ingat peristiwa itu ‘kan? Aku kecewa sekali, Ji Hoon.. Justru disaat jalinan cinta kita menginjak satu tahun, kau merusaknya, menghancurkan menjadi serpihan-serpihan tak berarti. Akh, aku tak mengerti…mengapa kau sampai hati memusnahkan harapan-harapan yang kita khayalkan bersama?

“Aku khilaf, Park Soo Jin…,” Itu jawabmu ketika kau datang ke rumahku. “Aku ..minta maaf….aku janji…”

“Mungkin aku bisa memaafkanmu,“ sergahku. “Tapi aku tak butuh janjimu karena diantara kita sudah tak ada hubungan apa-apa lagi. Simpan saja janjimu untuk gadis lain.”

“Soo Jin! Aku benar-benar minta maaf.” Kau tersentak mendengar ucapanku.

“Aku sudah memaafkan, Ji Hoon.”

“Tapi….tapi….kenapa kau memutuskan hubungan kita? Aku mencintaimu, Soo Jin..”

“Memberi maaf bukan berarti harus melanjutkan perjalanan Cinta, Ji Hoon…”

“Soo Jin, beri aku kesempatan. Aku berjanji tidak akan….”

“Kesempatan itu hanya ada satu kali,“ Tukasku pelan. “Dan kepercayaanku padamu sudah terlanjur gugur.”

“Soo Jin!” Kau menatapku sedih, tapi hatiku telah membeku. Dia tak akan cair oleh apapun.

“Pulanglah, Ji Hoon…” Kupaksakan diri membalas tatapanmu. Kau terdiam. Menghela nafas. Kemudian melangkah lesu meninggalkanku.

Ada berapa kali kau datang lagi. Berusaha meraih cintaku kembali. Namun aku tak bergeming. Cintaku sudah luruh, Ji Hoon. Bagai daun-daun di musim gugur. Dia sudah mati. Tak mungkin hidup kembali. Mengapa kau masih mengharapkannya? Bukankah masih banyak gadis lain? Kau tidak usah menyesali diri berlarut-larut. Tak ada gunanya. Toh, segalanya telah terjadi. Yang penting, benahi dirimu. Berjanjilah tidak akan mengulanginya pada gadis lain. Jadikan ini sebagai pengalaman agar lain kali kau lebih mampu mengekang diri.

Akh, aku nyinyir ya? Mungkin kau muak membaca catatan kecilku ini. Oke, aku akhiri saja sampai di sini. Sebelumnya, aku mohon sekali lagi, lupakan aku. Kalau kau tetap membandel maka kau hanya akan menemukan kesia-siaan. Cinta di dalam sini tak akan bersemi lagi.

Selamat tinggal, Jung Ji Hoon…..

Ji Hoon mendesah. Didekapnya buku mungil - yang diberikan Soo Jin sebelum check in - itu. Matanya menerawang ke langit biru pada satu titik hitam yang kian jauh. Selamat jalan, Soo Jin….Desah hatinya. Selamat jalan kelinciku…. Aku berjanji, akan selalu menunggumu. Sebab, catatan kecil di ujung senja ini hanyalah segelintir episode pahit. Aku percaya, masih ada episode manis untuk kita berdua…..Bisik Ji Hoon lirih sebelum tubuh jangkungnya meninggalkan Bandara KangSan yang ramai.


***

Ketika Pergi
Mencoba berkawan dengan kesehajaan
Lunglai menunggu menguntai sendu
Mengalun berseteru dengan waktu
Merelakan denting yang melenyap
Seakan sejengkal kisah ini musnah

Selayak berjalan diantara rindang
Tiada kicau yang meletuskan sunyi
Keterasingan..
Kebingungan..
Tiada suara merdu terbisik
Lenyap
Tiada gema damai memenuhi ruang hati
Tak hentinya genderang resah mencibir batin..
Sungguh memalukan
Bila itu hanya karena dia,..
(Sweety Qliquers)


Aku Mati
Aku telah membuang penaku
Lelah penat menghapus imajiku
Hanya terkapar ditepi waktu
Menatap putaran yg tak henti menari
Seakan hanya ada aku dan keterasingan

Malam tengah melarutkan kehidupan
Kesunyian terhidang diperjamuan
Kulahap tanpa sedikitpun keraguan
Dan hanya ada aku dan keterpakuan

Lantunan angin malam gemerisik berteman
Tak ada lagi guratan pada desah harapan
Hanya ada malam yg mengekang angan
Ya..malam ini aku tak mampu menulis.
Aku mati…
(Sweety Qliquers)


Setetes Embun Di Ujung Malam
Pernah ku merasakan kerinduan yang menyesakan,
Hingga membuatku putus asa,
Putus asa bila tidak lagi melihatnya,
Putus asa bila tak akan ada kesempatan untuk melakukannya bersama.

Bila kerinduan itu mendera selalu,
Ku berdiri di ujung malam,
Kupasang sayap rapuhku,
Mulai mengepakkan arungi mimpi yang hampir tak meninggalkan jeda,
Tinggalkan sela dan waktu,
Hingga tak bisa membedakan pagi atau senja.

Setetes embun jatuh di ujung malam,
Menyejukan panasnya rindu yang telah berubah menjadi sembilu,
Menumbuhkan tunas-tunas harapan yang kandung layu,
Andai dia tahu kerinduanku…..

Kerinduanku pada gemercik air cinta yang membasahi wajahnya,
Kerinduanku pada kata-kata cinta yang meluncur dari bibirnya,
Kerinduanku pada hamparan hati penuh cinta yang mengalasi pengabdiannya.

Aku merindukannya,
Aku sangat merindukannya,
Duhai raga pemilik cinta…..

Aku rindu saat-saat bersamamu
(Sweety Qliquers)


Perenungan Sunyi
Di ujung renta malam, begitu gelisah aku di hadapanmu
Semua kenangan menyala berhamburan menusuk pusat syaraf
Maafkanlah karena hidupku ini tidak sempurna membuatmu terluka selalu
Padahal seribu najis dan nafsu sudah kujaga dari khilaf

Di banyak hening jam dinding berdenting melukis kabur waktu
Maka aku seperti jarum jam terus berputar gemetar beredar
Untuk meraih getir-getir harapan ia terbang membawa masa lalu
Masihkah engkau menjadi tempat aku bersandar menemani tidur

Permenungan sunyi, pertapaan api sempatkanlah mengolah diri
Bahwa khusyuk doa seketika meredam kecewa mata hati
Terkubur lenyap sekilas makna mudah tercerna penuh jiwa-jiwa
Pertama engkau akan sangsi tergagap setelahnya cinta terbaca
(Sweety Qliquers)



TAMAT
Copyright Sweety Qliquers
www.rainlovers86.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar