Rabu, 11 Agustus 2010

Kabut Obsesi Cinta


Title : Kabut Obsesi Cinta
Author : Sweety Qliquers
Genre : Romance, Friendship
Production : www.korea-lovers86.blogspot.com
Production Date : 28 January 2010, 04.03 PM
Cast :
Jang Geun Suk
Park Shin Hye
Kim So Eun (Kim Bum’s Girlfriend)
Kim Bum (Geun Suk’s Best Friend)



Kabut Obsesi Cinta
Created By Sweety Qliquers



Hai, namaku Jang Geun Suk. Aku mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Seoul. Aku memiliki history cinta yang ingin kusampaikan kepada sahabat semua. Well, mungkin ini cuma roman picisan. Maybe, kisah cinta klise. Entahlah. Namun aku merasa perlu menceritakannya sebab aku tidak ingin sahabat semua terpuruk di dalam 'kasus' cintaku yang miris. Ya, miris. Sebab selama ini, aku sudah dibutakan oleh obsesi cinta sehingga tak mampu melihat arti cinta yang sesungguhnya itu sendiri. Aku terkungkung dan terpenjara oleh obsesi meski di lain pihak, ada cinta lain yang justru merupakan cinta yang nyata dan sejati.

Cinta itu bernama Park Shin Hye. Dia adalah teman sekampusku. Dia telah lama mencintaiku dengan sepenuh hati. Namun aku dibius oleh obsesi dan kecantikan Kim So Eun sehingga melalaikan Park Shin Hye. Aku terus ingin menggapai gadis obsesiku, meski ia serupa gemintang yang tak terjamah. Hei, betapa bodohnya aku, mengharap gemintang penerang temaram hatiku sementara ada pijar kecil yang senantiasa bersinar untukku lewat pelita cinta Park Shin Hye.

Betapa naifnya aku. Seharusnya aku sudah diganjar karma dari obsesiku sendiri. Namun cinta sejati Park Shin Hye yang kutampik justru mengulurkan tangannya. Diberikannya aku bahunya untuk bersandar dan menangis. Dan diberikannya satu tempat yang paling istimewa di hatinya. Selamanya. Ya, selamanya.

***


Kabut tipis mulai menyelimuti hutan-hutan kecil di lereng bukit. Angin dingin menusuk tulang hingga ke ulu hati. Pohon-pohon pinus masih basah dan lembab. Api unggun mulai meninggalkan bara berwarna kemerahan. Dengan asap menjulang tinggi.

Di gasebo kecil Jang Geun Suk termangu. Memperhatikan siluet pinus yang berjejer rapi. Bak raksasa yang sangat menakutkan. Sesekali ia mendekap jaket parasutnya. Sambil teringat dengan seorang gadis yang pernah mencuri perhatiannya. Kim So Eun, nama gadis itu. Mahasiswi ekonomi di sebuah universitas swasta.

Pertemuan itu memang begitu singkat. Di sebuah toko buku. Saat Jang Geun Suk menabraknya tanpa sengaja, dan gadis itu memaki-maki Jang Geun Suk seenak hatinya. Jang Geun Suk pun berang dan membalas makian kecil itu. Dan ternyata mereka bertemu lagi di salah satu universitas di Seoul. Pertemuan itu membuat Jang Geun Suk terbayang-bayang dengan gadis judes yang menghardiknya. Kebencian itu pun timbul dengan sendiri. Jang Geun Suk mengolok-olok si Gadis di depan umum. Bahkan di depan mahasiswa lainnya.

Namun kebencian itu mendadak berubah menjadi sebuah kerinduan di hati Jang Geun Suk. Jang Geun Suk berkali-kali mencoba merayunya. Meminta maaf kepada si Gadis. Tapi si Gadis menolaknya mentah-mentah. Ia sama sekali tidak mempedulikan Jang Geun Suk. Meski Jang Geun Suk sangat mengharapkan cinta sang Gadis, namun tetap saja ditolak.

Hal itu membuat Jang Geun Suk sakit hati. Perih rasanya. Terasa kabut-kabut tipis menyelubungi relung hatinya. Entah mengapa kabut-kabut itu semakin menebal, rasanya.

Jang Geun Suk mendesah pelan. Desahan angin menghapus tubuhnya yang beku. Gesekan angin membuat dahan-dahan pinus bergoyang dan riuh dengan suara yang syahdu. Saat menikmati semilir angin, sebuah tangan tiba-tiba saja menutup mata Jang Geun Suk dari belakang. Jang Geun Suk tercekat merasakan tangan dingin yang menutup kedua matanya.

"Kim Bum!" tebaknya asal.

Namun si pemilik tangan diam saja.

Jang Geun Suk berusaha menebaknya lagi. Mungkin hal ini keisengan teman-temannya. "Jung Yong Hwa! Lepaskan tanganmu," tebak Jang Geun Suk lagi.

Namun lagi-lagi orang di belakangnya itu diam saja. Jang Geun Suk mengulurkan tangannya dan menebak lagi. Namun tidak ketebak.

"Sorry, aku sedang tidak ingin bercanda," seru Jang Geun Suk menyerah.

Kemudian tangan itu pun membuka matanya dengan perlahan.

"Hei! Kenapa kau melamun terus," sapa seseorang padanya.

Jang Geun Suk mengucek-ucek matanya. Melihat seseorang di depannya dengan terpana.

"Park Shin Hye?" gumamnya.

Gadis itu tersenyum. Duduk di depannya kemudian.

"Ada apa denganmu akhir-akhir ini, Jang Geun Suk. Aku lihat, kau selalu Melamun. Apa kau sedang kasmaran?" selidik Park Shin Hye.

"Ah, tidak. Aku tidak melamum."

"Sudah, jangan bohongi aku. Buktinya, dari tadi aku perhatikan, kau selalu bengong. Aku tahu ada seorang gadis yang mencuri perhatianmu. Siapa dia, Jang Geun Suk?"

Jang Geun Suk terbelalak sambil menelan air liurnya.

"Melamun? Melamunkan siapa?"

"Sudahlah, tidak usah bohong lagi."

Jang Geun Suk mengerinyitkan keningnya. "Kau tahu dari mana?"

"Aku sudah membaca semua buku catatan harianmu. Maaf, kalau aku lancang."

"Park Shin Hye...! Ja-jadi... kau.... " Jang Geun Suk menatap wajah Park Shin Hye dengan lekat, seperti tidak percaya atas pendengarannya sendiri.

"Maaf, aku tidak sengaja, Jang Geun Suk. Kau marah?"

Jang Geun Suk diam. Hening. Namun hanya sesaat.

"Siapa Kim So Eun? Kau mengenalnya?" tanya Park Shin Hye memecahkan keheningan

"Hm, dia anak ekonomi."

Bibir Park Shin Hye membulat. "Oo."

Hening lagi. Perasaan Park Shin Hye tercabik-cabik. Sesungguhnya dia sangat mengharapkan Jang Geun Suk menjadi kekasihnya. Namun Jang Geun Suk tidak pernah menggubris perasaan itu. Meski perhatian yang diberikan Park Shin Hye sangat lebih untuk Jang Geun Suk, Jang Geun Suk seakan tidak peduli.

Tak berapa lama Jang Geun Suk beringsut dari duduknya. Angin dingin semakin menggila seakan menghunus jantungnya.

"Aku pergi dulu, Park Shin Hye. Aku mengantuk," ucap Jang Geun Suk sambil berlalu meninggalkan Park Shin Hye yang terpaku.

"Tapi, Tunggu... jangan tinggalkan aku sendiri disini Jang Geun Suk."

"Sudahlah, besok saja mengobrolnya," tolak Jang Geun Suk apatis (tanpa perasaan).

Park Shin Hye terpaku. Kali ini hatinya seolah terhempas ke dalam cadas-cadas yang tajam. Namun Park Shin Hye dengan sabar hati menunggu kepastian yang tak pasti. Meski berkali-kali hatinya tersayat pedih karena Jang Geun Suk memikirkan gadis lain, Park Shin Hye tetap saja memberi perhatian penuh terhadap Jang Geun Suk.

Park Shin Hye terpaku memperhatikan Jang Geun Suk yang meninggalkannya begitu saja. Malam seakan menghadirkan giris sunyi yang luar biasa. Tak terasa airmatanya menitik. Dan setiap begitu, maka ia hanya dapat menuangkan baur perasaannya lewat lembar-lembar buku diarinya. Di sana, ia menaburkan kalimat dalam bentuk puisi. Puisi cinta buat Jang Geun Suk.

Ketika hasrat hatiku
mendambakan dirimu
namun bayanganmu
hanya terlintas dalam angan dan mimpiku

Aku begitu mendambakanmu
mengharap kau merajut benang cintaku
agar menjadi sebuah sutra
yang indah dalam hatiku
dan terlukis sejuta namamu
(Di sudut kamar- Park Shin Hye)


Park Shin Hye meremas buku diari yang senantiasa menyertainya kemana pun ia pergi. Hatinya masih berdarah dalam penantian. Pemuda itu terlalu angkuh di dalam obesesinya. Dipandanginya jelaga langit. Gemintang bermain mata dalam kerlap-kerlip abadinya. Mereka indah namun tak tergapai tangan. Seperti itulah Jang Geun Suk sekarang. Ia gemintang yang tak terjamah!

***


Terlihat Jang Geun Suk mengibaskan kotoran yang menempel di celana jinsnya. Membetulkan kancing jaket parasutnya hingga menutupi lehernya yang jenjang. Memakaikan penutup kepalanya. Entah mengapa bayangan-bayagan Kim So Eun bermain-main lagi di benaknya. Bayangan itu seakan tidak mau pergi.

'Mengapa Kim So Eun menolak cintaku?' batinnya lagi. 'Aku harus mendapatkannya. Harus!'

Jang Geun Suk menuruni anak tangga gasebo dan berjalan melewati semak belukar. Langkah terhenti oleh suara canda seseorang yang telah mencuri perhatiannya. Jang Geun Suk berusaha mempertajam pendengaranya. Sepertinya ia kenal betul dengan suara itu. Ya, tidak salah lagi!

Jang Geun Suk berjalan menghampiri sebuah gasebo lain didepannya. Dengan lampu remang dan redup. Ia melihat dua orang anak manusia sedang memadu kasih.

"Kim So Eun?" jeritnya, mengerutkan dahi.

"Kim Bum?" lanjutnya terbelalak tak percaya.

Kim Bum terbelalak kaget melihat kehadiran Jang Geun Suk.

"Jang Geun Suk...."

"Kalian sedang apa di sini?" tanya Jang Geun Suk menahan gejolak cemburu yang telah membakar di hatinya.

Ternyata Kim So Eun mencintai Kim Bum, sahabatnya. Pantas saja Kim So Eun menolak cintanya.

"Kau keterlaluan, Kim Bum! Kau keterlaluan!" sergah Jang Geun Suk emosi.

"Jang Geun Suk! Apa maksudmu!"

Jang Geun Suk menarik baju Kim Bum dengan kasar. Matanya melotot tajam menahan kemarahan. Melirik ke arah Kim So Eun dengan tatapan mata tajam pula. Sedangkan Kim So Eun hanya tertunduk melihat Jang Geun Suk yang tengah kalut. Kim So Eun meringkuk ketakutan di tempat duduknya. Matanya hanya sesekali memicing memperhatikan Jang Geun Suk dan Kim Bum.

"Kau pagar makan tanaman. Kau tahu kan kalau selama ini aku sangat mencintai Kim So Eun."

"Sudahlah, Jang Geun Suk!" tepis Kim Bum. " Kim So Eun tidak mencintaimu."

"Hei, kau pikir kau hebat?! Sahabat macam apa kau?!" Jang Geun Suk mempererat tarikan pada kerah baju Kim Bum. Dan dengan kasar dihentaknya tubuh tegap itu hingga terjerembab di atas rerumputan.

Tak lama kemudian Kim Bum bangkit dengan emosi yang membara. "Kau mau apa, Jang Geun Suk?! Seharusnya Kau tahu diri sedikit. Kim So Eun itu tidak mencintaimu! Tapi mencintaiku!"

"Hei, kurang ajar!" Jang Geun Suk mendorong tubuh Kim Bum. "Yang pertama kali mengenal Kim So Eun itu aku! Bukan kau!"

"Hm... apa kau lupa, kau itu tidak pantas mendapatkan Kim So Eun. Kau itu pecundang!"

"Arrghhh...."

Buuuk! Braakkk. Duuk....

Jang Geun Suk memukul tubuh Kim Bum berkali-kali. Dan menghajarnya tanpa ampun. Jang Geun Suk dan Kim Bum terus berkelahi. Saling baku hantam memperebutkan seorang gadis yang sama-sama mereka cintai.

Kim Bum balik memukul Jang Geun Suk dengan keras. Beberapa kali Jang Geun Suk tersungkur dan bangkit dengan tertatih. Dengan terhuyung Jang Geun Suk menghantam wajah Kim Bum. Dan Kim Bum yang sudah kalap juga memukul tubuh Jang Geun Suk dengan kuat hingga ia terpelanting jauh di rerumputan.

"Sudahlah Kim Bum! Sudah...! Jangan berkelahi lagi!" Suara Kim So Eun terdengar menengahi kegaduhan mereka.

Jang Geun Suk bangkit dengan sakit di sekujur tubuhnya. Semakin terasa sakit saat melihat Kim So Eun lebih memperhatikan Kim Bum. Ternyata benar, Kim So Eun sama sekali tidak mencintainya.

Jang Geun Suk beringsut dengan mata memar. Hidungnya berdarah dan pelipisnya sobek. Ia sempoyongan di antara semak belukar. Berjalan tertatih dengan langkah yang tidak teratur. Dan mendadak saja ia tergelincir di bebatuan. Terperosok jatuh di dasar bukit. Terguling hingga terpental dan akhirnya terlentang tak sadarkan diri. Ranting-ranting kecil dan berduri menyayat jaket parasutnya.

Jeritan keras Jang Geun Suk membelah sunyi malam di hutan pinus. Park Shin Hye tercengang di depan unggun yang masih berkobar. Ia bangkit berdiri dan segera mencari asal suara yang telah mengisi hatinya sekian lama.

***


Jang Geun Suk membuka matanya dengan perlahan. Melihat seisi ruangan dengan mata nanar. Putih, semua serba putih.

'Apa aku sudah mati?' batinnya. Pandangannya buram, dan masih sangat buram.

"Jang Geun Suk...? Kau sudah sadar?" Suara seseorang menghentakkan hatinya.

"Park Shin Hye...." gumamnya parau.

"Sudah dua hari kau tidak sadarkan diri. Kata dokter, kau gegar otak ringan. Kau harus banyak istirahat."

Jang Geun Suk tersenyum tipis. Menggenggam jemari tangan Park Shin Hye yang semula beku. Kini hangat bagaikan matahari yang menyinari lubuk hatinya. Mengapa ia harus mengejar gadis yang tidak mencintainya sama sekali. Ia merasa berdosa telah membiarkan Park Shin Hye diselimuti kabut tebal. Kini ia berusaha menepis kabut-kabut itu dari kehidupannya.

"Jangan tinggalkan aku, Park Shin Hye?" ujar Jang Geun Suk sendu. Suaranya masih terdengar parau.

Park Shin Hye tersenyum tipis dengan mata penuh airmata.

"Aku tidak akan meninggalkanmu, Jang Geun Suk. Selamanya. Percayalah."

Jang Geun Suk tersenyum. Diciuminya jemari Park Shin Hye dengan lembut.

"Aku menyayangimu, Park Shin Hye," ujarnya lirih dan pelan.

Park Shin Hye tersipu bahagia dengan pipi merona merah.

Kini kabut cinta tersebut tak lagi menutupi hati mereka. Kabut telah berlalu. Terhembus angin yang sepoi nan semilir.

Keduanya tersenyum bahagia. Terlebih Park Shin Hye, yang kini mendapatkan kembali hati pujaannya.


TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar