Senin, 26 Juli 2010

Harry Potter and the Sons of Revenge (Chapter 1)


Chapter 1
Live To The Fullest


Harry Potter menyeret kopernya yang besar dengan hati-hati mencoba untuk tidak bersuara. Seluruh penghuni rumah keluarga Black ini memang sedang tertidur lelap. Tapi Harry tidak ingin mengambil resiko, sebisa mungkin dia harus keluar dari rumah ini tanpa membangunkan penghuni yang lain, terutama lukisan Mrs. Black.

Ketika dia mencapai pintu utama, Harry menarik napas panjang. ‘Inilah saatnya’, pikirnya. Ketika tangannya baru menggenggam gagang pintu, dia dikagetkan oleh suara dari belakangnya.

“Kau hendak pergi, Harry?”

Pikiran Harry sedang berputar keras sekarang. Dia tahu suara siapa itu. Pertanyaannya adalah apakah orang itu akan membiarkan Harry pergi atau akan mencegahnya?

Tanpa menoleh kebelakang Harry berkata pelan. “Sudah waktunya. Kuharap kau tidak mencegahku.”

Orang di belakang Harry tidak segera menjawabnya, sehingga Harry berbicara lagi. “Apa kau akan menahanku?”

“Kau sudah cukup umur Harry. Aku tak punya kuasa untuk menahanmu. Aku hanya ingin kau memikirkan sekali lagi tentang apa yang akan kau lakukan.” Walaupun suara orang tersebut sangatlah pelan, Harry dapat mendeteksi nada khawatir dari cara bicaranya.

“Aku sudah memikirkannya berulang kali. Ini adalah sesuatu yang harus kulakukan.”

“Seorang diri?”

“Benar. Aku harus melakukan ini seorang diri. Aku sendiri tidak mengharapkan akan selamat dari misi ini. Bagaimana bisa aku mengajak orang lain?” Harry berkata dengan mantap.

“Ron dan Hermione tidak akan pernah bisa mengerti keputusanmu ini.”

Harry menghela napas. “Aku tahu. Karena itu kau harus bisa membuat mereka mengerti.”

“Aku sendiri tidak mengerti alasan kenapa kau harus melakukan ini seorang diri. Order of Phoenix dapat membantumu.”

“Jangan tersinggung. Tapi aku tidak dapat mempercayai Order lagi setelah apa yang terjadi dengan Snape. Dan juga, aku tidak ingin mengambil teman-temanku dari keluarga mereka, terutama setelah apa yang kulihat malam ini.”

“Maksudmu pernikahan Bill dan Fleur?”

Harry tidak menjawab.

“Mereka memang tampak bahagia sekali. Sesuatu yang jarang terlihat pada jaman perang ini.”

“Aku tidak ingin mengganggu kebahagiaan mereka. Tidak setelah apa yang terjadi pada Bill. Aku yang sudah tidak punya siapa-siapa lagi ini tidak punya hak untuk menghancurkan kebahagiaan mereka.”

“Kau masih punya aku, Harry. Dan aku juga hanya punya kau seorang. Kumohon, pikirkanlah sekali lagi.”

“Kau punya seorang auror cantik yang sedang menunggu keputusanmu. Relakanlah aku pergi. Kalau kau merelakanku, aku akan merasa mendapatkan dukungan dari kedua orang tuaku dan juga ... Sirius.”

Mereka berdua hening untuk beberapa menit. Harry memang membutuhkan orang yang berdiri dibelakangnya untuk merelakan kepergiannya, hal itu akan membuat perasaan Harry jauh lebih baik, mendapatkan dukungan dari salah satu sahabat orangtuanya.

“Bagaimana Remus? Aku benar-benar butuh restumu.” Harry membalikkan badannya untuk pertama kali dan dalam cahaya remang-remang dia dapat melihat wajah pucat dan rambut penuh uban dari mantan professornya itu.

“Aku ingin kau mengingat satu hal, Harry. Kembalilah dengan selamat. Karena di rumah ini terdapat orang-orang yang menyayangimu dan mempercayaimu. Kembalilah.” Suara Remus Lupin terdengar berat.

“Aku titip Hedwig.” Itulah kata terakhir Harry sebelum dia melangkahkan kakinya keluar kedalam suhu senja yang dingin. Tak berapa lama kemudian, dia ber-Dissaparate.

“APA!!? HARRY PERGI!!!?” Teriakan melengking Mrs.Weasley mengagetkan seluruh penghuni Grimmauld Place, termasuk lukisan Mrs.Black yang langsung mengeluarkan sumpah serapahnya begitu mendengar teriakan itu.

Suasana di dapur rumah memang benar-benar tegang. Selain Mrs Weasley, ada juga Ron yang berdiri di samping ibunya menuntut penjelasan dari Remus Lupin yang duduk di meja makan. Duduk di seberang Lupin adalah Hermione dengan air mata yang berlinang. Tangannya menggenggam erat surat yang ditinggalkan Harry kepada kedua sahabatnya.

“Kenapa kau membiarkan dia pergi, Remus? Kenapa kau tidak menahannya?!!” Mrs Weasley berkata lagi.

“Aku tidak punya kuasa apa pun atas Harry, Molly. Dia sudah 17 tahun.” Ucap Moony dengan nada yang letih.

“Ta-tapi...” Ron terbata-bata. “Bagaimana mungkin dia melakukan ini? Dia tahu kami akan ikut dengannya. Benar kan, Hermione?”

Hermione kelihatan tidak memiliki energi untuk menjawab. Dia masih belum yakin bagaimana bisa Harry meninggalkan dirinya dan Ron? Sebegitu kecilkah Harry menghargai persahabatan mereka?

Mrs Weasley meledak lagi. “Remus. Kau tahu sendiri betapa bahayanya di luar sana, bagaimana bisa kau membiarkan Harry menantang bahaya sendirian? Dia anak James dan Lily, Remus!”

“Sudahlah Molly. Relakan saja dia dan hormati keinginannya.”

“Tidak bisa! Kita harus menghimpun seluruh anggota order. Kita harus menemukan Harry dan membawa dia kembali ke sini. Tidak mungkin aku ... “

Remus langsung berdiri. “Apa kau tidak dengar apa yang kukatakan?! Hormati keputusan Harry! Di suratnya dia bilang jangan mencarinya! Dan dia benar. Waktu kita jangan dihabiskan untuk menemukan Harry yang tidak ingin ditemukan!”

“Tapi...aku tidak...” Tubuh Molly Weasley langsung lunglai, beruntung Ron dengan sigap menahan ibunya yang dengan segera menangis tak terkendali di pelukan anak laki-lakinya yang termuda.

Beberapa meter dari situ, Hermione membaca sekali lagi surat yang ditinggalkan oleh sahabatnya.


Dear Hermione & Ron,

Kalau kalian membaca surat ini, berarti aku sudah pergi dari Grimmauld Place untuk memulai petualanganku yang mungkin juga akan menjadi petualanganku yang terakhir di dunia ini.

Aku tahu kalau kita sebelumnya sudah setuju untuk pergi bersama-sama. Tapi ... aku tidak bisa menyeret kalian berdua ke dalam hal ini. Ini adalah sesuatu yang harus kulakukan sendiri.

Kumohon janganlah beranggapan kalau aku kurang menghargai persahabatan kalian. Kalian berdua adalah sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Dan aku sangat bersyukur telah mengenal kalian. Aku menyayangi kalian berdua lebih dari sekedar teman, tapi seperti saudaraku sendiri.

Tidak...kurasa kalian memang saudaraku. Karena itulah aku tidak mungkin menempatkan kalian dalam posisi yang serba sulit dan penuh ketidak- pastian, dan juga kondisi penuh bahaya. Itulah yang akan kalian hadapi kalau kalian mengikutiku. Aku terlalu menyayangi kalian untuk menempatkan kalian dalam posisi itu.

Jangan khawatirkan diriku. Jalani saja hidup kalian seperti biasa. Pergilah ke Hogwarts dan selesaikan pendidikan kalian. Hiduplah sepenuhnya. Carilah kebahagiaan di pelukan seseorang. Karena siapa tahu seseorang tersebut tidak jauh sama sekali dari kalian (wink-wink). Ha-ha, Please forgive your crazy friend.

Anyway, aku sangat berharap kita dapat bertemu lagi. Bila tidak ... kita bisa bertemu di kehidupan selanjutnya. Orang yang sangat bijak pernah mengatakan kepadaku kalau kematian hanyalah petualangan besar berikutnya.

Jaga diri kalian. Ingat pesanku, ‘hiduplah sepenuhnya’.

P.S : Untuk anggota order, jangan coba-coba mencariku. Lebih baik energi kalian difokuskan untuk mengatasi para death eater terkutuk itu.

Harry


Beberapa menit kemudian, tinggal Ron dan Hermione yang berada di dapur. Lupin dan Mrs Weasley sedang pergi untuk mengadakan pertemuan order. Ron masih berdiri dengan tatapan yang menandakan bahwa dia sedang berpikir keras. Sementara itu , Hermione membaca ulang surat dari Harry untuk yang kesekian kalinya kalau-kalau ada yang dia lewati.

“Hermione.” Hermione mengalihkan perhatiannya kepada Ron. Dia bisa melihat ekspresi wajah Ron yang tampak percaya diri.

“Kemasi barang-barangmu.”

“Apa?” Hermione berkata sambil menyeka air matanya.

“Kita akan mencari Harry.” Ucap Ron mantap.


“Tapi...”

“Aku tidak peduli apa kata Remus. Dan aku juga tidak peduli apa yang dikatakan Harry. Kita akan menemukan Harry dan membantunya. Karena itulah yang harus dilakukan oleh seorang teman. Tidak... itulah yang harus dilakukan oleh sesama saudara, seperti yang Harry tulis.”

“Ron, bagaimana ...” Ucapannya dipotong.

“Ayolah Hermione. Kita kan tahu Harry akan menuju kemana.”

“Godric’s Hollow.” Ucap Hermione pelan.

“Benar sekali. Sekarang kemasilah barangmu. Aku tunggu diluar dalam 10 menit.”


Puluhan mil dari Grimmauld Place, Harry berjalan sendirian di jalanan muggle berusaha untuk tidak menarik perhatian.

‘Aku tidak percaya aku akan kembali lagi ketempat itu.’ Pikir Harry dalam hati saat dia memasuki boks telepon berwarna merah tua yang sudah kehilangan beberapa kacanya.

Mengangkat gagangnya, dia memutar nomor 62442.

“Selamat datang di Kementrian Sihir. Silahkan sebutkan nama anda dan urusan anda.”

“Harry Potter. Berkunjung ke Departemen Misteri.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar