Sabtu, 26 Juni 2010

Style (Episode 10)


Sinopsis Style
Episode 10


Park Ki Ja berkata dia bukan Pemimpin Redaksi jika dia tidak bisa melindungi editornya. Dia merobek draft tulisannya. Dia meminta Seo Jung juga memusnahkan tulisannya karena walaupun bagus Style tidak bisa menerbitkannya. Seo Jung kemudian juga merobek robek draft artikelnya. Mereka berdua terharu. Mereka lalu melemparkan sobekan-sobekan itu ke udara.

Park Ki Ja stress dia minum di bar, dia menghubungi Min Joon. Min Joon datang menemani Park Ki Ja. Park Ki Ja dipusingkan oleh Seo Woo Ji ada yang menurutnya tidak memperhatikan Style sebagai Pemimpin perusahaan dan penerbi. Juga masih ada lagi kasus Seo Jung dituntut desainer Hong dan juga Son Byung Yi yang akan memangkas budget style dan ingin memecat Seo Jung. Min Joon memberikan saran agar Ki Ja keluar saja dari Style

“Memang tidak ada lagi tempat untukmu berkarir?”, nasehat Min Joon
“Aku telah ikut membesarkan style selama 10 tahun”, kata Ki Ja dia merasa tak ingin mengorbankan karirnya di Style.

Ki Ja juga berkata telah banyak dulu yang dia korbankan yaitu Min Joon juga pernikahannya. Padahal dia rindu ingin punya anak dan itu pernah membuanya gila.

Min Joon lalu berkata bahwa dia akan mengakui tentang keadaan dirinya sebenarnya kepada Seo Jung. Ki Ja tidak setuju, dia khawatir keterusterangan itu akan melukai Min Joon

“Di korea tidak semua orang bisa menerima keadaan sepertimu. Pulanglah ke London”, kata Ki ja cemas.

Tapi Min Joon percaya Seo Jung mau mengerti.

In ja, redaktur pelaksana menakut-nakuti anak buahnya , dia tahu bahwa yang ingin menghancurkan karir Seo jung (yang posting tulisan seo jung ke internet) pasti orang yang mempunyai motif tertentu. Dia juga tahu orang itu pasti takut karirnya terhambat oleh Seojung. Jin Sun dan Jae Suk yang merasa bersalah langsung jadi gugup. In Ja juga berkata dia telah meminta rekaman kamera CCTV ruangan editor pada malam itu. Park Ki Ja datang dan berkata bahwa dia juga telah melihat rekaman CCTV. Cha ji Sun dan jae suk gemataran. Ki Ja meminta In Ja membawa Ji Sun menghadapnya. Ji Sun begitu takut. tapi Ki Ja ternyata memberi kesempatan pada Ji Sun. Ki ja memanfaatkan kemampuan Ji Sun yang bisa berbahasa perancis untuk menolong seo Jung dari kesulitan. Dia minta Ji Sun menyelidiki karir desainer Hong di Paris dan mencari apa ada kritik dari pengamat mode di Paris tentang karya disainer Hong.

Seo Jung memikirkan perkaaan Min Joon di jalan. Apa benar dia lelaki yang tidak normal. Seo Jung lalu diam-diam datang ke tempat ibunya. Ibunya memergokinya. Ibunya berkata sebaiknya mereka tidak usah bertemu lagi. Karena akan saling menyakitkan dan takut itu jadi beban baginya.

“Aku akan terus membaca artikelmu di majalah”, kata ibunya. Ibunya beranjak pergi sambil menahan tangis, lalu pergi dengan lelaki lain.

Seo Jung menginap di kantor. dia tidur di sofa kantor sambil menangis memikirkan ibunya. Min Joon datang melihat keadaan Seo Jung.

Min Joon berkata dia ingin mengaku pada Seo Jung. Seo Jung menangis di bawah selimut, dia sebenarnya sedang tidak mau diganggu. Min Joon terus nyerocos bicara. Dia juga menyesal membuat Seo Jung tidak punya tempat tinggal, karena dulu dia yang memberikan saran pada Seo Jung mencarikan ruko buat ayahnya (uang seo jung habis buat bantu ayahnya).

“Memang aku memanfaatkanmu karena Park Ki Ja. Tapi tidak sepenuhnya begitu. aku di sini tidak punya siapa-siapa. Hanya padamu aku merasa bisa bergantung. lelaki tidak sekuat yang kau kira”, kata min joon sambil menangis. Dia mengajak Seo Jung pulang ke rumahnya. Seo Jung luluh dan ikut menangis juga.

Pagi hari Seo Jung bangun terlambat. Min Joon membawakan minuman ke kamar Seo Jung.
Seo Jung merasa nyenyak tidur karena sudah beberapa hari tidur di sofa.

Draft edisi 201 telah keluar. Son Byong Yi dan Ki Ja merasa puas terutama tentang liputan pemotretan Choi Ah Yong. Namun ketika edisi 201 dicetak dan dipubikasikan ada yang membuat mereka kaget. Nama penerbitnya telah diganti menjadi Seo Woo Jin. Son Byung Yi kesal begitu jg Ki Ja karena merasa edisi 201 ini masih banyak peran dari Predir Son Byung Yi. Ki Ja menghadap Son Byung Yi. Son Byung Yi menyerah, dia akan menyiapkan pesta perayaan untuk menyambut pemimpin baru di Style.

Ki Ja menyiapkan pesta itu, dia meminta In Ja mencarikan sponsor dan membuat acara yang pas untuk diliput Style.

Seo Jung melihat foto-foto Park Ki Ja masa lalu yang dia kumpulkan dari Min Joon. Dia tertarik melihat Ki Ja memakai trench coat. Dia mendapatkan ide.

Park Ki Ja kembali menemui Seo Won Jin, dia membawa buket bunga yang istimewa. Woo Jin berkata restoran bukan catwalk yang seenaknya Ki Ja bisa datang dan pergi kapan saja. Ki Ja memberitahukan akan ada acara perayaan pengangkatan woo jin sebagai pemimpin perusahaan. Dia memberikan buket bunga tapi memberikan nya dengan gengsi, katanya dia takut dia tidak bisa memberi selamat pada acara perayaan karena sebal terhada Woo Jin.

Saat Ki Ja akan pergi Woo Jin bertanya

“Mana yang lebih kamu sukai Woo Jin sebagai manusia, sebagai lelaki atau sebagai Pemimpin majalah Style?”

“Kalau kamu mana yang kamu sukai Ki Ja sebagai manusia, sebagai wanita atau sebagai emimin redaksi?”, Ki Ja balik bertanya.

“Yang paling sedikit sukanya adalah Ki Ja sebagai pemimpin redaksi”, jawab woo jin.

“Aku juga begitu. Woo Jin sebagai pemimpin majalah style adalah suatu kegagalan”, kata Ki ja langsung pergi.

Di Kantor, Seo Jung mengajukan idenya untuk tema gaya edisi 202. Dia ingin mengangkat tema trench coat. Trench coat yang terkesan maskulin sangat mencirikan kehidupan seorang editor. Dia ingin para editor yang menjadi modelnya juga untuk menghemat budget.

Para editor bersiap-siap pergi ke acara perayaan di Incheon. Seo Jung dan Min Joon tidak ikut, mereka bertugas menyiapkan acara pemotretan. Acara pemotreatan dilakukan nanti setelah acara perayaan. Son BYung Yi dan Ki Ja akan pergi ke Incheon bersama-sama. Son Byung Yi tiba-tiba berubah pikiran dia minta acara perayaan dibatalkan.

Ki ja tidak bisa menghubungi Woo Jin, dia meminta Seo Jung mencari Wo Jin. Woo Jin ternyata terlanjur datang ke tempat acara dan kesal karena mendapati ruangan yang kosong.

Woo Jin tidak mau datang ke Incheon dengan tangan hampa dia juga ingin secara resmi bertemu dengan staf lainnya. Dia bersama Seo Jung datang ke tempat staf akan melakukan pemotretan.

Dia lalu memperkenalkan diri sebagai pemimpin /penerbit Style yang baru.

Ki Ja dan Son Byung Yi juga datang ke pemotretan, mereka heran melihat woo jin ada di sana

“Aku ingin menengok karyawanku di sini”, Woo jin menantang.
Son Byung Yi juga melihat Seo Jung ada di sana

“Bukankah aku memintamu untuk memecatnya?” kata Son byung yi pada Ki Ja. Kija bingung, woo jin memotong bahwa para editor Style sudah dalam wewenangnya sekarang. Kakaknya tidak berhak ikut campur. Son Byung Yi kesal, dia juga menganggap Ki Ja sudah mengkhianatinya

“Aku tidak akan melupakan kejadian hari ini”, kata Son mengancam Ki Ja.
Acara pemotretan dilaksanakan. para staff menjadi modelnya, mengenakan trench coat

Seo Jung sudah mengepak barang-barangnya dia sudah siap jika harus dikeluarkan dari Style. Ki Ja dan Cha Ji Sun punya kejutan untuk Seo Jung. Majalah Style di Perancis menulis kritik tentang desainer korea Hong. Park Ki Ja ternyata mengirimkan tulisan Seo Jung ke editor fashion Style di Perancis, mereka mempelajari tulisan Seo Jung. Kasus seo jung bisa dianggap selesai. Seo Jung lega dan bahagia dia berterimakasih pada Ji Sun dan Park Ki Ja karena dia tetap bisa bekerja di Style.

Min Joon berkata pada Seo Jung bahwa hasil foto Woo Jin lumayan bagus dan layak diterbitkan untuk menunjukkan pimpinan Style yang baru. Seo Jung setuju dan meminta Min Joon sendiri yang menunjukkannya pada Woo Jin.

Min Joon mendatangi Woo Jin di restoran dengan membawa hasil foto-foto. Woo Jin sebenarnya tidak suka bertemu Min Joon. Min Joon berkata demikian juga dengannya. Pada saat yang sama Park Ki Ja juga ingin menemui Woo Jin, dia frustasi karena presdir Son sepertinya membalas dendam kepadanya dengan membatalkan proyek yang selama ini dia rencanakan. Sampai di restoran Ki Ja kaget melihat Min Joon berdekatan dengan Woo Jin dengan cara yang tidak “biasa”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar