Jumat, 18 Juni 2010

Mr.Goodbye (Episode 1)

Sinopsis Mr. Goodbye
Episode 1


"Untuk apa kau datang kemari Tuan?" tanya seorang pengurus Hotel.

"Minggir!" bentak seorang pria.

Pengurus hotel tidak mengizinkannya lewat. "Kyle." panggil seseorang dari belakang, Yoon Hyun Suh.

Pengurus hotel yang ternyata bernama Kyle itu minggir untuk mempersilahkan Hyun Suh lewat.

"Pemilik Nikko adalah tamu, bukan pegawai ataupun pemegang saham!" kata seorang pria, marah-marah pada Hyun Suh. "Kalian tidak bisa membeli kami dengan uang, jadi hentikan semua ini sekarang juga!"

Dengan tenang, Hyun Suh membungkuk untuk memberi hormat pada pria dari Hotel Nikko. "Selamat datang di jantung Caesar." katanya.

Pria dari Nikko berlutut di hadapan Hyun Suh. "Nikko adalah segalanya bagi kami." kata pria itu. "Bisakah kau melepaskan kami?"

Hyun Suh ikut berlutut, kemudian dengan santai meminta pria itu pergi.

Yoon Hyun Suh adalah Manajer Tertinggi Hotel Caesar di Amerika.

Choi Young In mengikuti lomba lari. Walaupun merasa tidak sanggup, ia memaksakan dirinya untuk lari. Ia bersaing ketat dengan pelari lain. Menjelang finis, ia mengulurkan kakinya sehinngga berhasil menang.

Young in kemudian pingsan. Mulutnya mengeluarkan busa. Kekasihnya dan teman dekatnya bergegas berlari menolong.

Pemenang Pertama Lomba Lari Marathon: 2 Tiket ke Las Vegas.

Keesokkan harinya, Young In sibuk menyiapkan bekal makanan.

"Aku ingin pergi lebih cepat dan sarapan bersama Gun Young." kata Young In. "Aku akan pergi bersamanya." Gun Young adalah kekasih Young In.

"Kau sangat menyukai Gun Young?" tanya ibu.

Young In hanya tersenyum.

Setelah semuanya siap, ibu mengantar Young In pergi sampai depan rumah dan memasukkan sesuatu ke dalam saku mantel Young In. "Gunakan ini baik-baik bersamanya." pesan ibu Young In.

Young In mengira itu uang. Ia sangat terkejut ketika menemukan kondom dalam saku mantelnya, bukan uang.

Young In masuk ke apartment kekasihnya, Gun Young. Di depan pintu, ia melihat sepatu Gun Young dan sepatu seorang wanita.

Young In terkejut, dan dengan perlahan-lahan masuk ke dalam ruangan itu. Di ruang tengah, ia melihat pakaian wanita dan pakaian pria berserakan dekat sofa. Ia kemudian naik ke kamar di lantai dua dan melihat Gun Young dan sahabatnya tidur bersama.

Young In membuka selimut dan membuat mereka terbangun kaget.

Young In meminta Gun Young dan sahabatnya makan bersamanya.

"Kalian tahu kenapa aku memberi makanan pada kalian?" tanya Young In. "Karena aku benci jika makan sendirian. Jadi jangan tidur lagi dan lihat aku makan!"

Young In makan dengan lahap, setelah itu, ia keluar dari apartment Gun Young dengan sedih.

Young In pergi ke bandara untuk menukarkan kupon tiketnya ke Las Vegas dengan uang, tapi tentu saja pegawai bandara menolak. "Kami tidak bisa menukar kupon dengan uang." katanya.

Young In mengomel sendiri bahwa ia tidak mood untuk pergi berlibur. Namun mendengar pengumuman pemanggilan penumpang pesawat ke Las Vegas, Young In luluh. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi sendirian.

Young in duduk di dalam pesawat sendirian dan menangis. Ia menutupi suara tangisannya dengan handuk. Semua penumpang mencari asal suara tangisan itu.

Sesampainya di bandara transit, tanpa sengaja Young In menjatuhkan handuknya. Seorang pria memungut dan mengembalikan handuk itu padanya.

"Kau datang sendirian untuk berlibur?" tanya pria itu.

"Ya." jawab Young In. "Bagaimana denganmu?"

"Untuk menikah." jawab pria itu, tersenyum.

"Dimana pengantin wanitanya?" tanya Young In. "Kau tidak datang bersamanya?"

"Aku datang bersamanya." jawab pria itu.

Young In mencari wanita yang berada di dekat situ.

Si pria tersenyum malu dan memanggil seorang pria yang duduk di dekatnya. "Kami akan menikah." katanya. Ah, rupanya mereka homo.

"Se... selamat..." ujar Young In, terbata-bata.

Pria homo itu bernama Ronny, sedang kekasihnya bernama Arthur.

Young In dan Ronny naik lagi ke pesawat.

"Terima kasih karena sudah sangat ramah mengenai pernikahan kami." kata Ronny. Ia menoleh ke belakang untuk melihat apakah kekasihnya sudah kembali dari toilet.. "Arthur mungkin terlihat kuat, tapi ia sangat sensitif pada reaksi orang lain."

Young In tersenyum.

"Tempat duduk disampingmu kosong." kata Ronny ramah. "Jika kau kembali, aku berharap ada seorang pria yang akan menemanimu. Tapi bukan seseorang sepertiku." Ekspresi Ronny berubah sedih. "Aku ingin kakakku memberi selamat pada kami, tapi aku terlalu gugup.Walaupun aku tidak memiliki apapun, aku ingin bersikap baik pada Arthur dan tidak ingin menyakitinya. Tapi aku masih merasa cemas."

Akhirnya Young In dan kedua pria homo tiba di Las Vegas. Mereka berjalan bersama.

"Kakak!" panggil Ronny, memanggil kakak laki-lakinya, Yoon Hyun Suh.

Hyun Suh menyambut mereka dengan hangat. Ia menyalami adiknya dan Arthur, kemudian memeluk Young In dengan akrab. "Selamat datang di Las Vegas!" katanya ramah.

Young In dan Ronny terkejut dengan sikap Hyun Suh. Hyun Suh mengajak mereka bertiga ikut dengannya, tanpa mendengar penjelasan Ronny terlebih dulu.

Young In ikut dalam mobil Hyun Suh. Di sepanjang jalan, sedang ada gembar-gembor berita mengenai Caesar yang mengambil alih Hotel Nikko. Hyun Suh tersenyum puas.

"Kakak..." Ronny berusaha menjelaskan pada Hyun Suh, tapi Hyun Suh memotong kata-katanya.

"Setelah kalian menikah, jika kalian mau, aku bisa memberikan sebuah kamar di Nikko pada kalian." kata Hyun Suh. "Nikko adalah milikku sekarang!" Hyun Suh tidak tahu bahwa adiknya homo.

"Maafkan aku." bisik Ronny pada Young In. "Tapi bisakah kau ikut bersama kami?"

Young In terjebak dalam situasi sulit. Hyun Suh menyiapkan satu kamar di hotel untuk Ronny dan Young In, sementara Arthur menggunakan kamar lain.

Ronny berjanji pada Young In dan Arthur bahwa ia akan menjelaskan semuanya pada kakaknya besok.

"Walaupun ia tidak bisa menerima kita, cintaku padamu tidak akan berubah." kata Ronny pada Arthur.

Malam itu, Young In berjalan-jalan di kota Las Vegas seorang diri.

Seorang tukang foto menawarkan untuk memotret Young In denan harga 5 dollar. Secara tidak sengaja Hyun Suh melihatnya.

"Apa yang kau lakukan sendirian disini?" tanya Hyun Suh seraya berjalan mendekati Young In.

"Ronny lelah dan ingin tidur, tapi aku belum lelah..." Young In berusaha mencari-cari alasan.

"Kau memegangnya salah." kata Hyun Suh. "Seharusnya di tangan satunya."

Young In melihat fotonya. Ia memegang es krimnya tidak sama dengan patung Liberty.

Young In dan Hyun Suh berjalan bersama.

"Kalian tidak telihat mirip, tapi kalian mirip." kata Young In, membandingkan Hyun Suh dan Ronny. "Ronny terlihat pekerja keras dan pandai, sedangkan kau terlihat pandai dan pembuat masalah."

"Aku pintar dan pekerja keras, Nak!" bantah Hyun Suh. "Kau ingin tahu seperti apa kau terlihat? Kau orang yang tidak terlalu pandai dan pembuat masalah."

Young In terkesan melihat pertunjukkan air mancur. "Pasti akan lebih baik jika aku melihatnya dengan seseorang yang kusukai." gumamnya.

Hyun Suh memandang Young In.

Keesokkan harinya, Hyun Suh mengetuk pintu kamar Young In.
"Apakah ia masih tidur?" tanya Hyun Suh pada Young In, menanyakan adiknya.

"Dia tidur bersama temannya." jawab Young In setengah sadar.

Young In terkejut mendengar ucapannya sendiri dan melarang Hyun Suh masuk ke kamar sebelah. "Mereka sudah pergi." katanya.

Hyun Suh membelikan sebuah pakaian untuk Young In. Ronny dan Arthur menghindarinya.

"Apakah adikku sudah kembali?" tanya Hyun Suh, menelepon Kyle, pengurus hotel.

"Ia keluar lagi." jawab Kyle, berbohong. Ronny dan Arthur saat itu ada di hadapannya.

"Apakah kau punya rekomendasi untuk kapel pernikahan?" tanya Arthur padanya.

Hyun Suh mengantar Young In berjalan-jalan di Las Vegas. Seperti layaknya tour guide, ia menjelaskan berbagai sisi kota pada Young In.

Akhirnya, Hyun Suh mengajak Young In ke sebuah lahan luas dekat pegunungan.

"Aku akan membangun sebuah hotel disini." katanya. "Orang-orang akan datang dan aku bisa menghasilkan banyak uang. Bukankah sangat bagus?"

"Apanya? Menghasilkan banyak uang?" tanya Young In.

"Pemandangan disini." jawab Hyun Suh.

"Oh, ya." jawab Young In. Ia menceritakan pada Hyun Suh mengenai adiknya. "Dia ingin menikah ditempat kau berada. Dia datang kesini untuk menemuimu."

"Kenapa kau menyukai adikku?" tanya Hyun Suh. "Dia tidak punya uang. Kemampuan menggambarnya tidak terlalu baik."

Young In ragu sejenak dan tertawa. "Aku.. tidak tahu." jawabnya kaku.

"Adikku tidak akan pernah melakukan apa yang kulakukan padamu hari ini." kata Hyun Suh. "Apakah itu tidak apa-apa?"

"Aku tidak mengerti." kata Young In bingung.

Hyun Suh memegang pundak Young In. "Dia dan aku bukan saudara kandung. Kami berdua diadopsi dari rumah yatim piatu yang berbeda di Korea." Hyun Suh tersenyum dan mendekatkan kepalanya pada Young In. "Tidak ada yang perlu dipikirkan dan tidak ada yang salah."

Young In merasa marah. Ia melepaskan tangan Hyun Suh dari bahunya dan berjalan masuk ke dalam mobil.

Young In menarik napas dalam, membuka bajunya dan berganti pakaian. Ia kemudian berjalan mendekati Hyun Suh dan memberikan baju itu padanya.

"Kau brengsek!" seru Young In. "Kau menyebut dirimu seorang kakak. Kau bahkan tidak memiliki setengah dari kejantanan adikmu. Menginginkan kau memberi selamat padanya... dia sangat..." Young In tidak menyelesaikan kata-katanya dan berjalan pergi sambil ngomel. Hyun Suh tersenyum.

"Naik!" kata Hyun Suh, mengejar Young In dengan mobil.

"Pergi ke neraka!" omel Young In.

"Naik!" perintah Hyun Suh.

"Kau harus dihukum!" seru Young In seraya menendang mobil Hyun Suh. Agar bisa mengalihkan perhatiannya dari Hyun Suh, ia memikirkan perhitungan matematika.

Di hotel, Ronny mengatakan pada Young In bahwa kakaknya mengajak mereka makan malam.

"Sepertinya ia sangat menyukaimu." katanya. "Aku tidak pernah melihatnya membicarakan orang lain seperti ini. Ia bilang kita harus menikah." Ronny mengenggam tangan Young In. "Bantu kami sampai akhir. Kurasa akan lebih mudah jika kau bersama kami."

"Tolong, Young In." pinta Arthur.

Young In terpaksa setuju.

Hyun Suh mengajak Ronny dan Young In berbincang di dalam kamar. Ia sudah menyiapkan sepasang cincin nikah untuk mereka.

"Kakak, sebenarnya... orang yang kucintai adalah Arthur..." Ronny berkata hati-hati.

"Arthur? Siapa Arthur?" tanya Hyun Suh.

Arthur masuk ke dalam kamar.

"Arthur dan aku akan menikah." kata Ronny.

Hyun Suh diam. Ia lebih kelihatan berpikir dibanding terkejut. Ia bangkit dari duduknya dan melihat Arthur tajam.

"Aku ingin memberitahu lebih awal..." kata Arthur. "Kau ingin... aku bahagia, bukan?"

"Lalu siapa dia?" tanya Hyun Suh, menunjuk Young In. Tanpa menunggu jawaban, Hyun Suh mendekati Arthur. "Apa benar yang dikatakan Ronny?"

Arthur mengangguk.

"Maaf, bisakah kau menunggu diluar?" pinta Hyun Suh pada Arthur. Hyun Suh merasa sangat marah pada Ronny, dan dengan tersenyum meminta Arthur keluar.

"Aku juga akan keluar." kata Young In.

"Tidak, tetap disini." larang Hyun Suh.

Hyun Suk menarik kerah kemeja Ronny dengan marah.

"Dia sangat berharga untukku." kata Ronny.

"Lalu bagaimana denganku?" tanya Hyun Suh. "Apa aku bagimu? Apakah aku berharga untukmu juga? Apa aku kakakmu? Kau hanya ingin uang, tapi apakah kau hanya memanfaatkan aku untuk uang?!"

"Kau tidak membutuhkan aku." kata Ronny. sedih "Kau tidak membutuhkanku disisimu. Walaupun kau selalu sibuk, ditunjuk-tunjuk dan ditertawakan karena kau yatim piatu, kau tidak pernah terluka. Kau kuat! Jika dibandingkan denganmu, aku lemah dan butuh seseorang. Kau tidak akan pernah mengerti. Aku tahu bahwa aku membuatmu malu. Aku tahu bahwa aku hanya mengganggu jalanmu."

"Aku tidak pernah mengharapkan apapun... tapi untukmu... kau tahu seberapa banyak yang sudah kulakukan." kata Hyun Suh, melepaskan cengkeramannya. "Mulai saat ini, anggap aku bukan kakakmu. Hiduplah sendirian. Itulah yang akan orang lain lakukan."

Keesokkan harinya, Hyun Suh dan bosnya, David, berbincang di elevetor. David mengatakan bahwa Hyun Suh masih terlalu muda dan berbahaya jika menjadi Presiden Nikko. Ia meminta Hyun Suh untuk pergi berlibur ke Hotel Empire di Korea selama 6 bulan. Namun Hyun Suh menolak.

Setelah David keluar, Young In masuk ke elevator. Hyun Suh kelihatan sangat marah pada Young In dan mengacuhkannya.

Young In mengoceh mengenai Arthur dan Ronny. "Mereka saling mencintai." katanya.

Hyun Suh tidak memedulikan kata-kata Young In.

Di lobby, Hyun Suh meminta Kyle mengusir Ronny, Arthur dan Young In.

Kyle tidak memedulikan Hyun Suh. Ia berkata ramah pada Young In. "Nona, apakah kau ingin check out?"

"Ini perintah!" seru Hyun Suh pada Kyle.

Kyle tetap tidak memedulikan Hyun Suh. "Nona, apakah kau ingin check out sekarang?" tanyanya.

"Tidak. Tidak Check out." jawab Young In.

Pernyataan Young In merupakan alasan cukup bagi Kyle untuk menolak perintah Hyun Suh. "Tamu hotel adalah prioritasku." katanya pada Hyun Suh.

Young In tersenyum berterima kasih pada Kyle, kemudian mengikuti Hyun Suh. Dengan semena-mena, Hyun Suh memecat sekretarisnya karena terlambat datang 23 menit, sebagai pelampiasan rasa marahnya.

Young In terus mengikuti Hyun Suh.

Hyun Suh akhirnya berbalik menghadapinya. "Kenapa kau ikut campur dalam urusan ini?" tanyanya. "Apa yang kau peroleh?"

Young In merogoh saku mantelnya ingin mengambil sesuatu, tapi tanpa sengaja menjatuhkan kondom pemberian ibunya.

"Begitu... Inikah cinta yang kau bicarakan?" tanya Hyun Suh mengejek. Ia maju selangkah mendekati Young In. "Murah." ujarnya pelan.

"Jika kau mahal, kau tidak akan menyakiti adikmu dan membuat seorang gadis menangis." kata Young In tajam Ia menyerahkan sebuah kartu undangan. "Terserah kau mau datang atau tidak ke pesta pernikahan itu! Kau pikir, kenapa mereka ingin menikah disini? Karena kau ada disini. Karena kau adalah kakaknya! Karena ia menyayangimu! Tidakkah kau melihatnya?! Kini aku bisa menilai dirimu, menakutkan dan egois!"

Young In mengomel dan pergi ke pinggir kolam renang. Kyle memberinya minuman, kemudian pergi.

"Yang sebelumnya... terima kasih." kata Young In.

Kyle berbalik dan tersenyum melihat Young In meminum minuman pemberiannya dengan rakus.

Young In menelepon ibunya. Di Korea, ibunya sedang sibuk pindah ke sebuah apartement. Ibunya ingin menyembunyikan hal tersebut dari Young In dan menutup telepon dengan cepat.

Ibu Young In mengintip ke kamar sebelah, yang pindah kesitu pada hari yang sama. Pria itu marah-marah di telepon. "Tetap saja di Amerika! Jangan datang!" pria itu ngambek karena tidak ada yang datang membantunya.

Hyun Suh makan bersama dengan mantan Presiden Nikko, Tuan Nitoshi, di sebuah restoran Jepang. Tuan Nitoshi membawa seorang wanita pencicip makanan. Ia membutuhkan wanita itu untuk mengetahui apakah makanan yang hendak ia makan beracun atau tidak.

Setelah selesai makan, Tuan Nitoshi memohon pamit. "Hotel adalah sesuatu yang hidup. Mereka akan tumbuh seperti pemiliknya." katanya. "Tolong jaga Hotel Nikko."

Hyun Suh bergegas berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan makanannya. Ia memikirkan kata-kata Tuan Nitoshi. "Omong kosong." gumamnya.

Hari pernikahan Ronny dan Arthur.

Young In memakai gaun pemberian Ronny dan menghadiri pesta pernikahan mereka. Hanya ialah satu-satunya tamu yang datang. Ronny kelihatan sedih karena kakaknya tidak juga datang.

Di lain pihak, Hyun Suh sedang dalam perjalanan, tiba-tiba ia mendapat telepon bahwa Tuan Nitoshi bunuh diri.

Hyun Suh ragu. Haruskah ia pergi ke pernikahan adiknya?

Akhirnya Hyun Suh memutuskan untuk datang ke pernikahan adiknya.

Ketika ia sampai di kapel, tempat tersebut sudah kosong. Tidak ada seorang pun disana.

Young In mengantarkan kepergian Ronny dan Arthur.

Bunuh dirinya Tuan Nitoshi membuat Hyun Suh menyadari bahwa Tuan Nitoshi memang menganggap Hotel Nikkon sebagai sebagian jiwanya. Ia kemudian menemui David dan menyatakan persetujuannya untuk pergi ke Korea.

"Kau pikir aku mengirimmu ke Korea hanya untuk berlibur?" tanya David. "Aku punya proyek khusus untukmu."

Hyun Suh bersiap-siap pergi. Ia mengambil sebuah kotak dari dalam laci, berisi kalung berbandul hati. Ia menatap kalung itu.

Keesokkan harinya, Young In naik pesawat kembali ke Korea. Ia menukarkan dua tiketnya dengan satu kursi kelas bisnis.

Young In masuk ke pesawat dan menoleh pada orang yang duduk disampingnya, Hyun Suh. Sambil ngedumel mengenai penyesalannya karena menukat tiket, ia mencoba tidur.

Di tengah perjalanan, ada kendala di pesawat. Pilot mengatakan bahwa mereka mendapat masalah dengan sistem turbulensi dan meminta penumpang mengenakan sabuk pengaman.

Hyun Suh memegangi dadanya, yang lagi-lagi terasa sakit. Ia meraih tas untuk mengambil obatnya, tapi tidak bisa menemukannya.

Young In mendengar nafas Hyun Suh yang berat, seperti kesakitan. Ia mengintip dan panik. "Ada apa?" tanyanya. "Tidak.. apa yang harus kulakukan?! Pramugari! Pramugari!"

"Aku.. aku tidak ingin mati.. tolong... tolong...." gumam Hyun Suh kesakitan.

"Hentikan pesawat!" teriak Young In, panik dan ketakutan. "Buat U-turn!! U Turn!!"

To Be Continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar